Membasuh Tangan Saat Wudhu bagi Muslimah di Tempat Terbuka, Bagaimana Solusinya?

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz. Ana mau bertanya soal wudhu yg sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Ana punya teman,kalau wudhu pas bagian membasuh tangan, beliau tdk membasuh sampai siku. Cuma pergelangan tangan sedikit ke atas. Alasannya karena tempat wudhu yg ada di tempat kerja kami berada di area sedikit terbuka dan memungkinkan seseorg yg bukan muhrim utk melihat. Jd bagaimana tata cara wudhu yg syar’i buat kami yg akhwat. Jazakillah khairan katsiro ustadz.

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d:

Membasuh tangan sampai siku termasuk fardhunya wudhu, yang jika tidak dilakukan maka tidak sah. Berdasarkan ayat berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan SIKU, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki .. (QS. Al Maidah: 6)

Makna dari ilal maraafiq (sampai ke siku) adalah ma’al maraafiq (bersama siku), artinya siku termasuk bagian tangan yang mesti dibasahi dan dicuci juga. Inilah yang shahih, dan merupakan pegangan mayoritas ulama. Dan orang-orang Arab memaknai kata “yadun” (tangan) yaitu dari ujung jari jemari sampai pangkal tangan. (Imam Al Qurthubi, Al Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 6/86, secara ringkas)

Dalam hadits pun sangat banyak keterangan tentang wudhunya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa Beliau mencuci tangannya sampai kedua sikunya.

Dari Humran –pelayannya Utsman bin Affan-, Beliau melihat Utsman Radhiallahu ‘Anhu meminta diambilkan bejana:

فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مِرَارٍ، فَغَسَلَهُمَا، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الإِنَاءِ، فَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، وَيَدَيْهِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ ثَلاَثَ مِرَارٍ

Lalu Beliau memenuhi kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali lalu dia mencuci keduanya, kemudian memasukan tangan kanannya ke bejana (untuk ambil air), lalu dia berkumur-kumur, lalu istinsyaq, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, dan kedua tangannya sampai ke siku sebanyak tiga kali, …. (HR. Bukhari No. 159, Muslim No. 226)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan:

قَوْلُهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ أَيْ كُلُّ وَاحِدَةٍ كَمَا بَيَّنَهُ الْمُصَنِّفُ فِي رِوَايَةِ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ فِي الصَّوْمِ وَكَذَا لِمُسْلِمٍ مِنْ طَرِيقِ يُونُسَ وَفِيهَا تَقْدِيمُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى

Ucapannya: “Dan kedua tangannya sampai sikunya” yaitu masing-masing tangan, sebagaimana dijelaskan oleh penyusun kitab ini, dalam riwayat Ma’mar, dari Az Zuhri, tentang shaum, demikian juga dalam riwayat Muslim, dari jalan Yunus, dan di dalamnya terdapat keterangan mendahulukan tangan kanan sebelum tangan kiri. (Fathul Bari, 1/260)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan tentang di antara kewajiban dalam wudhu:

(الفرض الثالث) غسل اليدين إلى المرفقين، والمرفق هو المفصل الذي بين العضد والساعد، ويدخل المرفقان فيما يجب غسله وهذا هو المضطرد من هدي النبي صلى الله عليه وسلم، ولم يرد عنه صلى الله عليه وسلم أنه ترك غسلهما

(Fardhu yang ketiga) mencuci kedua tangan sampai ke siku. Siku adalah batasan antara lengan atas dan lengan bawah (hasta). Dua siku termasuk bagian yang wajib dibasuh, hal ini terdapat dalam petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan tidak ada satu pun riwayat yang menunjukkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkannya. (Fiqhus Sunnah, 1/43)

Demikian. Hal ini berlaku baik muslim dan muslimah. Lalu, bagaimana membasuh tangan jika di tempat terbuka, di mana terlihat oleh kaum laki-laki yang bukan mahramnya. Bukankah menampakkan sampai siku tidak boleh karena itu aurat?

Ada beberapa hal yang mesti diupayakan seorang muslimah.

1. Tetap usahakan berwudhu di tempat tertutup, sehingga kegelisahan masalah ini tidak terjadi.

2. Jika tidak ada maka wudhu di kamar mandi atau WC, adalah pilihan yang paling “mending”. Selama WC tersebut disiram dulu sampai benar-benar bersih. Madharatnya lebih ringan dibanding menampakkan auratnya di depan banyak laki-laki. Perlu diingat, para ulama membolehkan wudhu di WC atau kamar mandi, hanya saja bagi yang mengatakan wudhu itu wajib membaca bismillah, maka makruh wudhu di WC tapi tetap sah. Makruh karena WC tempat dilarang dzikir, dan bismillah termasuk dzikir.
Tapi, bagi yang mengatakan Bismillah adalah sunnah, tidak ada masalah tanpa membacanya. Sehingga wudhu di kamar mandi juga tidak apa-apa.

3. Jika ini tidak bisa juga karena memang tidak tersedia, maka usaplah sejauh kemampuan tangan mencapainya. Fattaqullah mastatha’tum .. bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian ..

Wallahu a’lam. Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam.

🍃🌴🌺☘🌻🌷🌸🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Kapan Seorang Dikatakan Bodoh?

▫▪▫▪▫▪▫▪

Abdullah bin Al Mubarak Rahimahullah berkata:

لا يزال المرء عالماً ما طلب العلم، فإذا ظنَّ أنه قد علم فقد جهل

Seseorang senantiasa berilmu selama dia masih mencari ilmu, namun saat dia menyangka dirinya sudah berilmu maka dia telah bodoh.

📚 Al Majalisah wa Jawaahir Al ‘Ilmi, 2/186

📔📗📙📘📒📕📓

✍ Farid Nu’man Hasan

Seseorang Tergantung Agama Kawan Dekatnya, Shahihkah? Dan Apa Maksudnya?

💥💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamu ‘Alaikum .., Afwab Ustadz ana pernah dengar hadits: “Seseorang di atas agama kawan dekatnya.” Itu status haditsnya gimana ustadz? Dan maksudnya apa? (dari 085710526xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihhi wa Man waalah wa ba’d:

Hadits yang antum maksud adalah, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seorang laki-laki itu tergantung agama sahabat dekatnya, maka hendaknya seseorang di antara kalian melihat dengan siapa dia bersahabat.”

Hadits ini diriwayatkan oleh:

🔹 Imam Abu Daud dalam Sunan-nya, Kitabul Adab Bab Man Yu’maru An Yujaalisa, No. 4833
🔸Imam At Tirmidzi dalam Sunan-nya, Kitab Az Zuhd ‘an Rasulillah Bab Maa Jaa’a fi Akhdzil Maal bihaqqihi, No. 2378
🔹 Imam Ahmad dalam Musnad-nya No. 8417, dengan lafaz: “Al Mar-u (seseorang) ‘ala diini khalilih …dst”
🔸 Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya No. 7320, dengan lafaz: “Al Mar’u ‘ala diini khalilih …dst”
🔹 Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 9436
🔸 Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hinda dalam Kanzul ‘Ummal, No. 24777
🔹 Imam ‘Abdu bin Humaid dalam Musnad-nya No. 1431

Hadits ini dihasankan oleh Imam At Tirmidzi. (Lihat Sunan At Tirmidzi No. 2378), dishahihkan oleh Imam An Nawawi. (Lihat Riyadhush Shalihin, Hal. 139), Imam Al Hakim dan Imam Adz Dzahabi mengatakan: “Shahih, Insya Allah.” (Al Mustadrak ‘alash Shahihain No. 7320), Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Isnadnya jayyid (baik).” (Ta’liq Musnad Ahmad No. 8471), Syaikh Al Albani mengatakan: “hasan.” (Lihat Shahihul Jami’ No. 3545, As Silsilah Ash Shahihah No. 927, )

Khaliil artinya kekasih, jamaknya akhilla. Jadi, khaliil lebih dari sahabat dan posisinya sangat spesial.

Maksud hadits ini adalah bahwa kualitas agama seseorang, baik dan buruknya, baik dari sisi pemahaman dan pengamalan, tergantung keadaan sahabat dekatnya. Jika sahabatnya itu shalih, maka dia akan terkena imbas baiknya pada kehidupan dan kepribadiannya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, jadikanlah standar bagusnya agama sebagai parameter dalam memilih sahabat dekat, agar seseorang mendapatkan pengaruh baik dari kebagusan agama kawan dekatnya.

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah menjelaskan:

يعني: أن الإنسان إذا صار خليلاً ومصاحباً لإنسان فإنه يكون مثله في أخلاقه وفي صفاته وفي عبادته. وقوله: (فلينظر أحدكم من يخالل) أي: أنه لا يختار إلا الخليل الطيب، ومن يكون عوناً له على الطاعة، ولا يختار خليلاً يكون عوناً له على المعصية

Yaitu bahwasanya jika manusia telah menjadi teman dekat dan sahabat bagi manusia lain, maka dia akan menjadi sepertinya dalam akhlak, sifat, dan ibadah. Sabda nabi (maka hendaknya seseorang memperhatikan dengan siapa dia bersahabat) yaitu hendaknya jangan memilih teman dekat kecuali yang baik, orang yang bisa menolongnya dalam ketaatan, dan jangan memilih teman dekat yang justru menolongnya dalam maksiat. (Syarh Sunan Abi Daud, 28/2)

Semoga hadits ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk memperhatikan agama seseorang sebagai standar kelayakan dalam bersahabat dan berteman.

Demikian. Wallahu A’lam. Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihi wa Sallam.

🍃🌻🌴🌺☘🌷🌾🌸

✏ Farid Nu’man Hasan

Radikalisme dan Ekstrimisme, Milik Siapa?

▫▪▫▪▫▪▫▪

📌 Semua sepakat, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi membunuh sembarang orang tanpa alasan yang dibenarkan

📌 Tapi ekstrimitas dan radikal selalu ada dalam penganut sebuah agama, pada agama mana pun

📌 Ekstrimitas dan radikal juga ada dalam kelompok-kelompok Islam mana pun, tapi …

📌 Semua pun sepakat, itu adalah personal orangnya, jangan kaitkan dengan agamanya dan kelompoknya ..

📌 Hanya Ade Armando yang terang-terangan mengatakan terorisme memang terkait dengan Islam

📌 Hanya saja ketidakadilan yang sering terjadi, khususnya “framing”

📌 Bom Oklahoma tahun 1993, atau kasus teror berdarah di beberapa sekolah yang memakan puluhan nyawa di Amerika Serikat, semua itu pelakunya Non Muslim. Tapi, tidak ada yang menyudutkan agama mereka, bahkan bertanya apakah agama mereka pun tidak?

📌 Masih ingat kasus Bom Alam Sutera (2015)? Pelakunya non muslim tapi wuuuusss…. tenang .. lenyap, saat itu Kapolri langsung menyebut: bukan terorisme.

📌 Ya ..Yang seperti ini bukan teror, bagi mereka tapi kecelakaan, inseden, tragedi kemanusiaan, kegilaan dan istilah bias lainnya .. , sebab teroris mesti dikaitkan kepada Islam

📌 Lihat jika pelakunya muslim, maka langsung disebut teroris, tukang framing dan fitnah pun membidik cadar, rohis SMA dan kampus, bahkan partai Islam tertentu, dianggap sebagai pabrik ekstrimis, radikalis, dan teroris …

📌 Ironisnya, tidak sedikit umat Islam yang ikut meng-aminkan, Islamnya di-monsterkan oleh orang jahat dia justru membenarkan

📌 Akhirnya, takutlah dia kepada pengajian, masjid, pesantren, ustadz .. ngeri kepada agamanya sendiri.

📌 Yg juga tidak masuk akal adalah adanya pihak yang mengaku muslim, menjadikan momen ini dengan menebar kebencian kepada sejumlah tokoh dan pahlawan Islam seperti Syaikh Sayyid Quthb, bahkan ulama moderat Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, sebagai ideolog teroris. Wallahul Musta’an!

📌 Kita pun kadang jatuh dalam jurang ekstrimisme dan radikalisme dalam bentuk lain, ketika dengan sadar menjauh dari nilai-nilai tawasuth (moderat)nya Islam yang rahmatan Lil ‘alamin.

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top