Surban; Sunah atau Adat Kebiasaan?

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz, apakah ada dalil keutamaan shalat menggunakan sorban dan kain yang diselempangkan di leher – bahu? (+62 852-2901-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Tidak ada hadits Shahih yang menyebut keutamaannya, tetapi memang SHAHIH bahwa Nabi ﷺ senantiasa memakainya .. kecuali dalam keadaan tertentu Beliau membukanya.

Tapi, pakaian Nabi ﷺ bukan hanya surban, tapi juga gamis, kain sarung (izar), Rida’ (selendang), sebagaimana pakaian kaumnya saat itu.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizahullah menjelaskan:

واختلف العلماء في لبس العمامة هل هو من المباحات والعادات ، أم يعدّ سنة يشرع فيه الاقتداء بالرسول صلى الله عليه وسلم ، والأظهر أن ذلك من باب العادات والمباحات ، والأصل أن يلبس الإنسان ما يلبسه قومه – ما لم يكن محرما – وألا يشذ عنهم بلباس يشتهر به ؛ لنهي النبي صلى الله عليه وسلم عن لباس الشهرة ، ولو قيل بأن العمامة سنة من أجل أن النبي صلى الله عليه وسلم لبسها ، لقيل أيضا بأن لبس الإزار والرداء سنة لأن النبي صلى الله عليه وسلم لبسهما

Para ulama berbeda pendapat tentang status memakai surban apakah ini masuk dalam “perkara yang dibolehkan” dan “adat kebiasaan” saja, ataukah dihitung sebagai sunnah yang disyariatkan dalam rangka mengikuti perbuatan Nabi ﷺ.

YANG BENAR, ini adalah hal yang dibolehkan dan merupakan adat kebiasaan saja.

Sebab hukum dasar pakaian manusia adalah pakaian yang biasa dipakai kaumnya -selama bukan pakaian yang diharamkan- dan tidak lain sendiri dengan menggunakan pakaian syuhrah (ketenaran).

Seandainya ada yg mengatakan surban itu Sunnah karena Nabi ﷺ memakainya, maka tentunya kain sarung dan selendang juga menjadi Sunnah sebab Nabi ﷺ pun memakai keduanya.

(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 113894)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Zakat Dari Harta Haram

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Ustadz, apakah zakat dari harta riba itu diterima Alloh? Seperti zakat gaji pegawai bank konven. (+62 856-1653-xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Membayar zakat dengan uang haram, tidaklah sah.

Nabi ﷺ bersabda:

ان الله طيب لا يقبل الا طيبا

Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali dari yang baik-baik. (HR. Muslim)

Imam An Nawawi mengatakan:

وَفِيهِ الْحَثُّ عَلَى الْإِنْفَاقِ مِنَ الْحَلَالِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْإِنْفَاقِ مِنْ غَيْرِهِ

Pada hadits ini terdapat dorongan untuk berinfak dari harta yang halal dan larangan dari selainnya. (Syarh Shahih Muslim, 8/100)

Kenapa dilarang? Karena itu uang kotor dan diperoleh dari cara yang kotor.

Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin mengatakan:

والطيب من الأموال: ما اكتسب عن طريق حلال، وأما ما اكتسب عن طريق محرّم فإنه خبيث

Harta yang thayyib (baik) adalah apa-apa yang diperoleh dari jalan halal, sedangkan yg didapat dari jalan haram adalah khabits (buruk).

(Syarhul Arbain, Hal. 142)

Syaikh Nuh Ali Salman mengatakan:

إذا كسب مالاً بطريقة غير مشروعة كأن وضع ماله في بنك ربويٍّ وأخذ الربا فهذا أيضاً -المال الذي في يده- ليس له ولم يملكه فلا تجب فيه الزكاة، لكن لو أخرج مقدار الزكاة فهذا لا يُسمّى زكاة بل هو إبراء لذمته مما وجب فيها، لأنه لا يستطيع ردّ المال إلى مالكه الأصليّ وعندئذٍ يُسمَّى هذا المال بالمال الضائع يتصدَّق به على الفقراء والمساكين، أما لو كان الربا مأخوذاً من شخص مُعيَّن فهذا كالمال المغصوب يجب ردُّه إلى صاحبه ولا تُخرَج منه الزكاة

Jika seseorang memperoleh hartanya dari cara yang tidak sesuai syariat, seperti orang yang menyimpan di bank ribawi, lalu dia mengambil ribanya -maka harta ini juga- yang ada ditangannya itu sebenarnya BUKANLAH MILIK DIA, maka tidak wajib zakat atasnya. Tapi, seandainya dia mengeluarkan hartanya seukuran zakat maka itu tidaklah dinamakan zakat, itu sekedar gugur kewajiban atas harta yang ada dalam tanggungannya.

Sebab, dia sendiri tidak mampu mengembalikan riba itu ke pemilik aslinya, oleh karena itu harta ini lebih dinamakan harta buangan yang disedekahkan kepada orang fakir dan miskin saja.

Ada pun jika riba diambil dari seseorang individu, maka ini sama seperti harta rampasan, wajib baginya mengembalikan dan tidak wajib zakat

(Dairatul Ifta, Fatwa No. 2288)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Zakat Untuk Orang Tua Sendiri

◼◽◼◽◼◽◼◽

📨 PERTANYAAN:

Maaf Ustadz, kalo penghasilan org tua kurang, terus kita selaku anak memberikan sejumlah uang, apa boleh diniatkan zakat? Mohon pencerahan nya. (+62 813-6791-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Tidak sah, seorang anak menyalurkan zakatnya untuk orang tuanya, sebab orang tua memang menjadi tanggung jawabnya. Dia harus nafkahi, saat orgtuanya tidak produktif lagi.

Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin mengatakan:

دفع الزكاة للوالدين وللأولاد لا يجزئ عند جمهور أهل العلم، بل حكاه بعضهم إجماعًا لأهل العلم

Membayar zakat untuk kedua orangtua atau untuk anak-anaknya tidaklah sah menurut mayoritas ulama, bahkan sebagian mereka menceritakan adanya ijma’ (konsensus) atas hal ini.

(Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 15/343)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Dalil Nuzulul Qur’an Tanggal 17 Ramadhan

▪▫▪▫▪▫▪▫

Tentang kapan tanggal turunnya Al Qur’an, itu banyak versi dan pendapat, di antaranya 17 Ramadhan, dan ada juga yang mengkombinasikan, bahwa Al Qur’an turun dua tahap. Tahap pertama turun dalam satu kesatuan utuh dari Baitul ‘Izzah ke langit dunia, di malam Lailatul Qadar, lalu tahap kedua turun sesuai peristiwanya ke muka bumi secara berangsur, diawali 17 Ramadhan.

Allah ﷻ berfirman:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan KEPADA APA YANG KAMI TURUNKAN kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Anfal: 41)

Ayat ini ada dua peristiwa:

1. Perang Badar

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

{ يَوْمَ الْفُرْقَانِ } يوم بدر، فَرَق الله فيه بين الحق والباطل

(Hari Al Furqan) yaitu perang Badr, Allah membedakan pada hari itu antara Haq dan Batil. (Tafsir Ath Thabari, 13/561, Tafsir Ibn Katsir, 4/65)

2. Turunnya Al Quran, “dan KEPADA APA YANG KAMI TURUNKAN kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan.”

Walau turunnya tidak ditahun yang sama dengan terjadinya perang Badar, ayat ini menjelaskan bahwa ditanggal yang sama dengan perang Badar juga terjadi turunnya Al Quran.

Kapankah ini? Al Hasan bin Ali Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

كانت ليلة “الفرقان يوم التقى الجمعان”، لسبع عشرة من شهر رمضان

Malam Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan, terjadi pada 17 Ramadhan.

(Tafsir Ath Thabariy, 13/562)

Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuniy Hafizhahullah berkata:

كان بدء نزول القران الكريم فى السابع عشر من رمضان للاربعين سنة خلت من حياة النبي ﷺ ….

Dahulu awal turunnya Al Quran Al karim adalah pada 17 Ramadhan disaat usia Nabi ﷺ 40 tahun …. (At Tibyan fi ‘Ulumil Quran, Hal. 14)

Sedangkan perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan juga, yaitu 15 tahun setelah Al Qur’an turun, tepatnya tahun ke-2 Hijriyah.

Bagaimana Dengan Lailatul Qadar?

Al Qur’an diturunkan malam Lailatul Qadar, sebagaimana ayat:

انا انزلناه فى ليلة القدر

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada Lailatul Qadar. (QS. Al Qadr: 1)

Yaitu Allah Ta’ala turunkan Al Qur’an satu kesatuan utuh dari Baitul ‘Izzah ke langit dunia di malam itu.

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma mengatakan:

نزل القرآن كله مرة واحدة في ليلة القدر في رمضان إلى السماء الدنيا، فكان الله إذا أراد أن يحدث في الأرض شيئًا أنزله منه حتى جمعه

Al Qur’an turun seluruhnya dalam satu kesatuan di Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan ke langit dunia, jika Allah hendak menciptakan suatu peristiwa di bumi maka Allah menurunkannya sampai semuanya terkumpul.

(Tafsir Ath Thabariy, 24/531)

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma:

نزل القرآن في ليلة من السماء العليا إلى السماء الدنيا جملة واحدة، ثم فُرِّق في السنين، وتلا ابن عباس هذه الآية:( فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ ) قال: نزل متفرّقا

“Al Quran diturunkan di malam hari dari langit tertinggi secara satu kesatuan, lalu diturunkan secara berbeda-beda secara bertahun-tahun.” Lalu Ibnu Abbas membaca: “Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.” Beliau berkata: “Turun secara bagian demi bagian.”

(Ibid, 24/532)

Jadi, turunnya Al Qur’an di 17 Ramadhan, memang ada dalam khazanah sejarah turunnya Al Qur’an.

Ada sebagian kalangan yang mudah sekali menyalahkan saudaranya hanya karena mereka kurang menelaah lagi.

Kata pepatah Arab:

قبل رماء تملأ الكنائن

Sebelum melepaskan panah, isi dulu busurnya!

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top