Mengambil Kembali Pemberian, Sedekah, Waqaf, yang Sudah Diberikan ke Orang Lain

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Ustadz, mau bertanya, apakah harta/benda yang pernah kita hibahkan/wakafkan/hadiahkan boleh diambil kembali, apabila ada penyalahgunaan oleh orang yang diberikan?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah …

Harta yang sudah kita hibahkan, sedekah, waqaf, dan semisalnya, tidak boleh diambil lagi. Ada pun penyalahgunaan yang mereka lakukan, atau kurang dirawat dengan baik, sudah bukan tanggung jawab si pemberinya. Itu tanggung jawab yang menerima.

Hal ini berdasarkan riwayat berikut, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السُّوءِ

“Orang yang mengambil kembali pemberiannya, bagaikan anjing yang menjilat muntahnya sendiri, kami tidak memiliki sebuah perumpamaan yang buruk semisal ini “. (HR. Al Bukhari No. 2589, 6975, Muslim No. 1622)

Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah berkata:

ولعل هذا أبلغ في الزجر عن ذلك وأدل على التحريم

Dan bisa jadi ini peringatan yang paling keras tentang masalah ini, dan menunjukkan keharamannya. (Tuhfah Al Ahwadzi, 4/435)

Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Berkata Imam Ash Shan’ani Rahimahullah:

فيه دلالة على تحريم الرجوع في الهبة وهو مذهب جماهير العلماء

Pada hadits ini terdapat dalil keharaman mengambil lagi pemberian. Ini adalah pendapat mayoritas ulama. (Subulus Salam, 3/90)

Demikianlah secara umum, namun ada pengecualian, yaitu dibolehkan mengambil kembali pemberian jika pemberian orang tua ke anaknya. Misal anak diberikan HP, tp HP itu membuatnya lupa shalat dan belajar, maka tidak apa-apa diambil lagi sebagai hukuman dan pendidikan bagi anak.

Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده

Tidak halal bagi seseorang memberi suatu pemberian lalu dia ambil kembali, kecuali orangtua, dia boleh mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada anaknya”. (HR. At Tirmidzi No. 1298. Hadits ini shahih)

Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkomentar:

والعلم على هذا الحديث عند بعض أهل العلم من بعض أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وغيرهم قالوا من وهب هبة لذي رحم محرم فليس له أن يرجع فيها ومن وهب هبة لغير ذي رحم محرم فله أن يرجع فيها ما لم يثب منها وهو قول الثوري وقال الشافعي لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده واحتج الشافعي بحديث عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه و سلم قال لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده

Sebagian ulama dari sahabat nabi dan yang lainnya mempraktekkan hadits ini. Mereka berkata, “Seseorang yang memberi suatu pemberian kepada kerabat mahramnya (orang yg haram menikah dengannya), dia boleh mengambil kembali pemberian tersebut, sementara orang yang memberi suatu pemberian kepada orang lain yang bukan mahramnya, maka dia tidak boleh mengambil kembali pemberian tersebut. Demikian ini juga pendapat Ats-Tsauri. Asy Syafi’i berkata, “Tidak halal bagi seseorang yang memberi suatu pemberian. lalu mengambilnya kembali. kecuali orangtua, dia boleh mengambil apa yang telah diberikan kepada anaknya.” Asy Syafi’i berdalih dengan hadits Abdullah bin Umar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda: “Tidak halal bagi seseorang memberikan snatu pemberian lalu mengambilnya kembali, kecuali orangtua”. Dia boleh mengambil kembali apayang telah diberikan kepada anaknya. (Sunan At Tirmidzi No. 1299)

Wallahu A’lam

🍃🌸🌾🌴🌻🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Sedang Haid Bolehkah Memandikan Mayit (Jenazah)?

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum warohmatulllahi wabarokatuh. Ana dari group A 19 mau tanya gmn hukumnya wanita haid ikut memandikan mayat Atau merawat janazah (+62 813-1074-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim ..

Tidak ada larangan bagi wanita haid, atau junub, memandikan mayit, dan mengkafankannya. Hanya saja sebagian ulama memakruhkan wanita haid dan org junub ada didekat org yg sedang sakaratul maut, sebab hal itu menghalangi malaikat rahmat.

Imam Al Bujairimiy Rahimahullah mengatakan:

(ويغسل الجنب والحائض) ومثلهما النفساء (الميت بلا كراهة) لأنهما طاهران

Orang junub, haid, dan semisalnya seperti wanita nifas, tidaklah makruh memandikan mayit karena keduanya (haid dan junub) adalah suci. (Tuhfatul Muhtaj, 3/184)

Maksudnya adalah suci secara hissiyah – badan, fisiknya.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhullah mengatakan:

فلا توجد آية قرآنية تمنع الحائض من غسل الميت ولا من حضور غسله، ولا نعلم حديثاً عن النبي صلى الله عليه وسلم بهذا المعنى، ولا نعلم أحداً من أهل العلم حرم ذلك إلا أن بعض السلف كالحسن وابن سيرين كره ذلك، كما رواه عنهما ابن أبي شيبة في مصنفه

Tidak ditemukan adanya ayat Al Qur’an yang melarang orang yg haid memandikan mayit, atau pelarangan menghadiri pemandiannya, dan kami tidak ketahui adanya hadits yang seperti itu juga. Dan, kami tidak ketahui pula adanya ulama yang mengharamkannya kecuali sebagian salaf yang memakruhkan seperti Al Hasan, Ibnu Sirin, sebagaimana yg diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 30092)

Ada pun tentang mendekati org yg sakaratul maut, Imam Khalil bin Ishaq Al Malikiy Rahimahullah mengatakan:

وتجنب حائض وجنب له

Hendaknya org yg haid dan junub menjauh darinya. (Mukhtashar Al Khalil, 1/49)

Bahkan Al Muhamiliy dari kalangan Syafi’iyyah mengharamkannya seperti yang dikutip Imam Al Bujairimiy dalam Tuhfatul Muhtajnya. (3/184)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Air Mata yang Membebaskan dari Api Neraka dan yang Paling Allah Cinta

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌Air mata yang membebaskan dari api neraka …

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

عينان لا تسمهما النار عين بكت من خشية الله وعين باتت تحرس في سبيل الله

Ada dua mata yang tidak akan disentuh api neraka. (Yaitu) mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga dalam keadaan berjaga-jaga fisabilillah. (HR. At Tirmidzi No. 1639, Beliau mengatakan: hasan. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Inilah tangisan orang-rang yang bartaubat, yang takut terhadap siksaNya dan ke- Maha KuasaanNya.

Imam Al Munawi Rahimahullah mengatakan:

أي من خوف عقابه أو مهابة جلاله

Yaitu rasa takut terhadap siksaNya atau kehebatan keagunganNya. (At Taisir, 2/293)

Syaikh Abul ‘Ala AlMubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:

وهي مرتبة المجاهدين مع النفس التائبين عن المعصية سواء كان عالما أو غير عالم

Ini adalah kedudukan orang-orang yang berjihad, bersama orang-orang yang bertaubat dari maksiatnya, sama saja apakah dia seorang berilmu atau bukan. (Tuhfah Al Ahwadzi, 5/221)

📌 Air mata yang paling Allah ﷻ cinta …

Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

ليس شيء أحب إلى الله من قطرتين وأثرين قطرة من دموع في خشية الله وقطرة دم تهراق في سبيل الله وأما الأثران فأثر في سبيل الله وأثر في فريضة من فرائض

Tidak ada suatu apa pun yang lebih Allah cintai dibandingkan dua tetes dan dua bekas: ada pun dua tetes yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetas darah fisabilillah. Sedangkan dua bekas adalah bekas-bekas saat jihad fisabilillah dan bekas dari menjalankan kewajiban. (HR. At Tirmidzi No. 1669, katanya: hasan gharib. Ath Thabarani dalam Al Kabir, No. 7918. Dishahihkan oleh Imam As Suyuthi, Al Jaami’ Ash Shaghiir No. 7600. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Wallahu A’lam

🍃🌸🌾🌻🌺☘🌷🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Menguburkan Non Muslim di Pekuburan Muslim dan Sebaliknya

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Asalamualaikum ustad apa benar larangan seorang non muslim di kuburkan di pemakaman muslim ? Dan sebaliknya ?
Syukron (‪+62 821-3273-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Tidak boleh mayit muslim dikubur di pemakaman non muslim, atau sebaliknya, kecuali darurat.

Imam Al Qalyubiy mengatakan:

لا يجوز دفن مسلم في مقبرة الكفار وعكسه

Tidak boleh mengubur Seorang muslim di pekuburan orang kafir dan tidak boleh pula sebaliknya.

فيحرم إلا لضرورة فيجوز ولو بجمع مسلم و كافر

Maka itu diharamkan, kecuali krn keadaan darurat, maka dibolehkan menggabungkan mayit muslim dan kafir (satu kubur).

( Hasyiyata Al Qalyubiy wal ‘Amirah, 1/409)

Darurat itu, misal muslim yg tinggal di daerah minoritas muslimnya, atau kondisi memang tdk ada pilihan.

Syaikh Wahbah Az Zuhailiy Rahimahullah mengatakan:

ان دفن المسلم في مقابر غير المسلمين في بلاد غير إسلامية جائز للضرورة

Sesungguhnya mengubur seorang muslim di kuburan non muslim, di negeri non muslim, adalah boleh, karena darurat. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 7/109)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top