Urgensi Kepemimpinan dan Kekuasaan Dalam Islam

💥💦💥💦💥💦

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, beliau berkata:

يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة .
وروى الإمام أحمد في المسند عن عبد الله بن عمرو ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « لا يحل لثلاثة يكونون بفلاة من الأرض إلا أمروا عليهم أحدهم » . فأوجب صلى الله عليه وسلم تأمير الواحد في الاجتماع القليل العارض في السفر ، تنبيها بذلك على سائر أنواع الاجتماع . ولأن الله تعالى أوجب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، ولا يتم ذلك إلا بقوة وإمارة . وكذلك سائر ما أوجبه من الجهاد والعدل وإقامة الحج والجمع والأعياد ونصر المظلوم . وإقامة الحدود لا تتم إلا بالقوة والإمارة ؛ ولهذا روي : « إن السلطان ظل الله في الأرض » ويقال ” ستون سنة من إمام جائر أصلح من ليلة واحدة بلا سلطان ” . والتجربة تبين ذلك . ولهذا كان السلف – كالفضيل بن عياض وأحمد بن حنبل وغيرهما- يقولون : لو كان لنا دعوة مجابة لدعونا بها للسلطان

“Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya.” Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amru, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebuah tempat di muka bumi ini melainkan mereka menunjuk seorang pemimpin di antara mereka.”

Rasulullah mewajibkan seseorang memimpin sebuah perkumpulan kecil dalam perjalanan, demikian itu menunjukkan juga berlaku atas berbagai perkumpulan lainnya. Karena Allah Ta’ala memerintahkan amar ma’ruf dan nahi munkar, dan yang demikian itu tidaklah sempurna melainkan dengan kekuatan dan kepemimpinan.

Demikian juga kewajiban Allah lainnya seperti jihad, menegakkan keadilan, haji, shalat Jumat hari raya, menolong orang tertindas, dan menegakkan hudud. Semua ini tidaklah sempurna kecuali dengan kekuatan dan imarah (kepemimpinan). Oleh karena itu diriwayatkan: “Sesungguhnya sultan adalah naungan Allah di muka bumi.”

Juga dikatakan: “Enam puluh tahun bersama pemimpin zalim masih lebih baik disbanding semalam saja tanpa pemimpin.” Pengalaman membuktikan hal itu. Oleh karena itu, para salaf – seperti Al Fudhail bin ‘Iyadh dan Ahmad bin Hambal serta yang lain- mengatakan: “Seandainya kami memiliki doa yang mustajab, niscaya akan kami doakan pemimpin.”

📚Sumber: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar’iyyah, Hal. 169. Mawqi’ Al Islam

🌻🌴🌺☘🌷🌸🌾🍃


🌷🍃 Awal Kerusakan Sebuah Negara, Hilangnya Nahi Munkar🍃🌷

💢💢💢💢💢💢

Syaikh Muhammad Al Ghazaliy Rahimahullah:

قال الشيخ محمد الغزالي:
إنما فسدت الرعية بفساد الملوك، وفساد الملوك بفساد العلماء، فلولا القضاة السوء والعلماء السوء لقلّ فساد الملوك خوفاً من إنكارهم

Sesungguhnya rusaknya rakyat disebabkan oleh rusaknya para penguasa, dan rusaknya penguasa disebabkan rusaknya para ulama. Seandainya tidak ada para hakim dan ulama yang buruk, niscaya hanya sedikit penguasa yang rusak, karena mereka (hakim dan ulama yg buruk) takut mengingkari para penguasa.

📚 Aqwaal Asy Syaikh Muhammad Al Ghazaliy no. 10

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✏ Farid Nu’man Hasan

Biografi Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma

💦💥💦💥💦💥

Usia muda bukan halangan untuk menjadi yang piawai dalam dunia keilmuan. Bisa jadi kematangan mereka dalam bersikap tidak seperti kaum tua yang penuh hikmah. Tetapi, bukan larangan dan bukan pula cela, jika ada kenyataan bahwa kaum muda lebih menguasai banyak persoalan dibanding seniornya. Termasuk di antaranya dalam perkara-perkara agama yang digeluti banyak manusia.

Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma adalah salah satu contohnya.

Imam Ibnul Atsir Rahimahullah mengatakan:

“Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf, Abul Abbas Al Qursyi Al Hasyimi. Dia adalah anak dari paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, diberikan kun-yah (gelar panggilan) dengan nama anaknya Al ‘Abbas, sebagai anaknya yang paling besar, dan ibunya bernama Lubabah Al Kubra binti Al Harits bin Khuznul Al Hilaliyah.

Abdullah bin Abbas juga dinamakan Al Bahr (samudera) karena ilmunya yang luas, dia juga dinamakan Hibrul Ummah (tintanya umat). Dia dilahirkan di celah bukit di Mekkah tiga tahun sebelum hijrah, Beliau di-tahnik oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Usudul Ghabah, Hal. 630)

Imam Adz Dzahabi Rahimahullah menyebutnya dengan gelar Al Bahr (Samudera), Hibrul Ummah (tintanya umat), Faqihul ‘Ashr (ahli fiqih zamannya), dan Imamut Tafsir (imam ahli tafsir).

Beliau mengambalih hadits secara baik dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga meriwayatkan dari Umar, Ali, Muadz, ayahnya, Abdurrahman bin Auf, Abu Sufyan Sakhr bin Harb, Abu Dzar, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan lainnya. Beliau membacakan Al Quran di hadapan Ubay dan Zaid (karena Ubay dan Zaid di antara sahabat nabi yang menulis wahyu Allah Ta’ala, pen).

Sederetan nama beken dari kalangan tabi’in senior telah menjadi muridnya, seperti Urwah bin Zubeir, Said bin Jubeir, Ikrimah, Abu Asy Sya’tsa Jabir, Mujahid bin Jabr, Al Qasim bin Muhammad, Abu Raja’ Al ‘Atharidi, Abul ‘Aliyah, ‘Atha bin Yasar, ‘Atha bin Abi Rabah, Asy Sya’bi, Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin, Muhammad bin Ka’ab Al Qurzhi, Syahr bin Hausyab, Ibnu Abi Malikah, Amru bin Dinar, Dhahak bin Muzahim, Ismail As Suddi, dan lainnya.

Beliau memiliki beberapa anak, paling tua adalah Al Abbas, paling kecil Ali Abu Al Khulafa’. D antara mereka ada Al Fadhl, Muhammad, Ubaidullah, Lubabah, dan Asma’.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, usia beliau adalah 10 tahun, ada juga riwayat yang menyebut 13 tahun, ada juga yang menyebut 15 tahun. (Siyar A’lam An Nubala, 3/331-335)

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma bercerita:

دَعَا لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُؤْتِيَنِي اللَّهُ الْحِكْمَةَ مَرَّتَيْنِ

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan untukku sebanyak dua kali, agar Allah memberikanku hikmah (ilmu). (HR. At Tirmidzi No. 3823, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat Raudh An Nadhir No. 395, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3823)

Ibnu ‘Abbas mengatakan, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di rumah Maimunah, dia membawa air wudhu buat nabi, lalu berkata kepada nabi: “Abdullah bin Abbas telah menyediakan air wudhu untukmu.” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اللهم فقهه في الدين و علمه التأويل

Ya Allah, fahamkanlah agama baginya, dan ajarkanlah ia ta’wil. (HR. Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 6280, katanya: shahih, dan Bukhari-Muslim tidak meriwayatkannya. Imam Adz Dzahabi menyepakati keshahihannya. Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 10587, Ath Thabari dalam Tahdzibul Atsar No. 2159)

Sementara dalam riwayat Imam At Tirmidzi yang lain berbunyi: ‘Allimhu Al Hikmah – Ajarkanlah dia Al Hikmah. (No. 3824, katanya: hasan shahih)

Ada pun dalam riwayat Imam Al Bukhari, hanya: “Allahumma faqqihhu fiddin – Ya Allah, fahamkanlah agama baginya. (HR. Bukhari No. 143), juga dalam Kitab Al Fadhail, berbunyi: Allahumma ‘allimhu Al kitab – Ya Allah ajarkanlah dia Al Kitab (Al Quran).

Pada masa sahabat, ada 130 orang yang sering memberi fatwa baik laki-laki dan perempuan. Di antara mereka ada tujuh orang yang paling sering, yaitu: Umar, Ali, Ibnu Mas’ud, ‘Aisyah, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, dan Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhum. (I’lamul Muwaqi’in, 1/12)

Di antara tujuh orang itu, Ibnu Abbas adalah yang paling banyak fatwanya di antara mereka. (Tadribur Rawi, 2/218)

Abu Bakar bin Musa bin Ya’qub mengumpulkan fatwa-fatwa Ibnu Abbas, tebalnya 20 jilid. (I’lamul Muwaqi’in, 1/12)

Salah satu bukti keilmuannya adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya. Saat itu, Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma merupakan seorang bocah, yang sedang berkumpul dengan para pembesar veteran perang Badar.

Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang tafsir surat An Nashr, “Idza jaa’a nashrullahi wal fath (jika datang kepadamu pertolongan Allah dan kemenangan) … sampai selesai, ” bagaimanakah maksud ayat ini?

Sebagian mereka menjawab: “Kita diperintah Allah untuk memujiNya dan memohon ampun kepadaNya jika diberikan pertolongan dan kemenangan kepada kita.”

Sebagian lain menjawab: “Kami tidak tahu.” Sebagian lain diam tidak berkata apa-apa.

Lalu Umar berkata kepada Ibnu Abbas, “Wahai Ibnu Abbas, apakah pendapatmu juga begitu ?” Ibnu Abbas menjawab: “Tidak.”

“Lalu apa pendapatmu?” kata Umar.

Kata Ibnu Abbas: “Itu adalah tanda ajal Rasulullah ﷺ, Allah ﷻ memberitahukan itu kepada Rasulullah, “Idza jaa’a nashrullahi wal fath (jika datang kepadamu pertolongan Allah dan kemenangan),” maksudnya Fathul Mekkah, maka itu adalah tanda datangnya ajalmu. “Maka bertasbihlah dengan memujiNya dan mintalah ampun kepadaNya, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat.”

Lalu Umar berkata: “Maa a’lamu minhaa illa maa ta’lam – Tidaklah aku ketahui makna surat itu kecuali sesuai apa yang kamu ketahui.” (HR. Al Bukhari No. 4294)

Dan masih banyak lagi contoh keilmuan Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma.

Menurut Ali bin Al Madini, Ibnu Abbas wafat pada tahu 68 atau 67 Hijriyah. Sementara Al Waqidi, Al Haitsam, dan Abu Nu’aim mengatakan: tahun 68. Disebutkan bahwa Beliau hidup selama 71 tahun. (Ibid, 3/359)

Semoga Allah meridhainya. Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🍃🌻🌴🌺☘🌷🌾🌸

✏ Farid Nu’man Hasan

Hati-Hati Memilih Teman

💥💦💥💦💥💦

Imam Asy Syafi’i Rahimahullah berkata dalam salah satu bait sya’irnya:

ولا خير فى ود امرئ متلون ☼ إذا الريح مالت مال حيث تميل
جواد إذا استغنيت عن أخذ ماله ☼ وعند زوال المال عنك بخيل
فما أكثر الإخوان حين تعدهم ☼ ولكنهم فى النائبات قليل

“Tak ada kebaikan berteman dengan manusia tak berpendirian, Ke mana angin bertiup ke sanalah arah condongnya,

Dia begitu pemurah bila anda tidak memerlukan hartanya, Tetapi ia bakhil ketika anda jatuh miskin,

Alangkah banyak jumlah saudara ketika anda menghitung-hitung mereka, Tetapi alangkah sedikit mereka ketika bencana menimpa.”

🎁🎁🎁🎁🎁

📚 Sumber: Diwan Imam Asy Syafi’i, hal. 86, Dawawin Asy Syi’r Al ‘Arabiy, 9/250, Jawahirul Adab, 2/26, Majma’ Al Hikam wal Amtsaal, Bab 28, No. 2. Al Widad. Di sini disebut sebagai sya’ir Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu.

📓📕📗📘📙📔📒

✏ Farid Nu’man Hasan

Wanita Sholihah Itu…

💦💥💦💥💦💥💦

Dari Yahya bin Ja’dah, dari Nabi ﷺbersabda:

خَيْرُ فَائِدَةٍ اسْتَفَادَهَا الْمُسْلِمُ بَعْدَ الْإِسْلَامِ امْرَأَةٌ جَمِيلَةٌ، تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَهَا، وَتَحْفَظُهُ إِذَا غَابَ عَنْهَا فِي مَالِهِ وَنَفْسِهَا

Keuntungan terbaik bagi seorang muslim setelah Islam adalah istri yang cantik, yang menyenangkannya ketika dia memandanginya, dan mentaatinya ketika dia memerintahkannya, dan menjaga harta suaminya dan dirinya sendiri ketika suaminya tidak ada.

(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 17141, Sa’id bin Manshur dalam Sunannya No. 501, Al Kharaitiy dalam I’tilal Al Qulub No. 149. Hadits ini dha’if yaitu mursal (terputus/gugur sanadnya) setelah Yahya bin Ja’dah, dia tidak mendengarkannya dari Nabi ﷺ. Namun, Al Bushiri berkata: hadits ini memiliki syahid (penguat) yaitu hadits dari Abdullah bin ‘Amr yang diriwayatkan Imam  Muslim. Lihat Ittihaf Al Khairah, 4/24)

Hadits yang dimaksud oleh Al Bushiri adalah berikut ini: Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah.

(HR. Muslim No. 1467, Ahmad No. 6567, An Nasa’i No. 3232, Ibnu Hibban No. 4031, Abu ‘Uwanah No. 4504, Al Baihaqi dalam As Sunan Ash Shaghir No. 2350, juga As Sunan Al Kubra No. 13468. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih sesuai syarat Imam Muslim. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 6567)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ ditanya:

أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

“Istri yang bagaimanakah yang terbaik?” Beliau bersabda: “Yang menyenangkannya ketika dia (suami) menatapnya, yang mentaatinya ketika suaminya memerintahkannya, dan tidak menyelisihi suami dalam urusan yang dibencinya baik  urusan dirinya (istri) dan hartanya.”

(HR. An Nasa’i No. 3231, Ahmad No. 7421, 9587, 9658, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 13477, Al hakim dalam Al Mustadrak No. 2683, katanya: shahih sesuai syarat Imam Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya kuat. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 32231)

‘Aisyah Radhialahu ‘Anha berkata kepada Fathimah Radhiallahu ‘Anha, aku beritahukan kepadamu bahwa aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:

سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: «مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

Pemimpin wanita ahli surga ada empat: Maryam binti ‘Imran, Fatimah binti Muhammad, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah istri Fir’aun. (HR. Ahmad, Fadhail Ash Shahabah, No. 1336, Al Hakim No. 3836, katanya: shahih sesuai syarat Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا، وَصِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: ” هِيَ فِي النَّارِ “، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَإِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، وَصَلَاتِهَا، وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ، وَلَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: ” هِيَ فِي الْجَنَّةِ “

Berkata seorang laki-laki: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah diceritakan sebagai seorang wanita yang banyak shalatnya, puasa,  dan sedekah, hanya saja dia menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Beliau bersabda: “Dia di neraka.” Laki-laki itu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah diceritakan sebagai wanita yang sedikit puasanya, sedekah, dan shalatnya, dia memberikan sedekah kepada sapi berupa keju, dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Beliau bersabda: “Dia di surga.”

(HR. Bukhari dalam Adabul MufradNo. 119, Ahmad No. 9675, Al Bazzar No. 902, Ibnu Hibban No.

5764. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 9545, 9546. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnaduhu hasan. Lihat  Tahqiq Musnad Ahmad No. 9675)

🌴🌸🌾🍃🌻🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top