Bagaimana pun juga dia ayahmu!

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Semiskin apa pun keadaannya …

Seburuk apa pun rupanya ..

Segalak apa pun jika sedang marah ..

Sepelit apa pun dia saat kau ingin sesuatu ..

Seburuk apa pun perangainya ..

Selama dia masih mengimani Allah dan RasulNya ..

Tidak menyekutukanNya dengan apa pun ..

📌 Dia adalah tetap AYAHMU …, Jangan membencinya dan jangan ingkari bahwa kau anaknya ..

📌 Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَهُوَ كُفْرٌ

Jangan kalian benci ayah-ayah kalian, barang siapa yang membenci ayahnya maka dia kufur. (HR. Al Bukhari No. 6768, Muslim, 113/62)

Imam Badruddin Al ‘Aini Rahimahullah mengatakan:

قَوْله: لَا ترغبوا عَن آبائكم أَي: لَا تتركوا النِّسْبَة عَن آبائكم فتنسبون إِلَى غَيرهم. قَوْله: فَإِنَّهُ كفر بكم أَي: فَإِن انتسابكم إِلَى غير آبائكم كفر بكم أَي: كفر حق ونعمة

Sabdanya: “Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian,” yaitu jangan kalian meninggalkan nasab kalian kepada ayah-ayah kalian lalu kalian menasabkan diri kalian kepada selain mereka.

Dan sabdanya “itu adalah kekufuran” yaitu penasaban kalian kepada orang lain adalah kufurnya kalian, yaitu kufur terhadap hak (ayah) dan nikmat. (‘Umdatul Qari, 9/24)

Syaikh Mushthafa Al Bugha menjelaskan makna “kufur” dalam hadits ini:

خرج عن الإسلام إن استحل ذلك أو المراد فقد كفر بالنعمة إذ أنكر حق أبيه عليه

Yaitu keluar dari Islam jika dia menghalalkan perbuatan itu, atau maksudnya adalah dia kufur terhadap nikmat sebab dia telah mengingkari hak ayahnya atas dirinya. (Ta’liq Muhthafa Al Bugha)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ

Barang siapa yang mengklaim seorang yang bukan ayahnya padahal dia tahu (itu bukan ayahnya), maka surga haram baginya. (HR. Al Bukhari No. 4326, Muslim, 115/63)

Yuk bagi yang ayahnya masih ada … sayangi ayah kita ..
Bagi yang sudah wafat, jangan lupa doanya dan sedekah untuknya ..

Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🌻🌾🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Umat Islam Itu Satu Tubuh

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Nahnu Islam Qabla Kulli Syai’ (Kita adalah Islam Sebelum apa pun juga). Ini bukan ayat, bukan pula hadits, namun memiliki nilai kebenaran. Kita semua seharusnya merenung sejenak, bahwa sebelum kita menjadi NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafi, dan lainnya, kita adalah seorang muslim. Kita adalah fitrah (Islam) sebelum menjadi ini dan itu.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al A’raf (7): 172)

Oleh karena itu, kecintaan dan kebanggaan diri sebagai muslim harus lebih diutamakan dibanding kebanggaan sebagai anggota ini dan itu.

Allah Ta’ala berfirman:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri (muslim)?” (QS. Al Fuzhilat (41): 33)

Dari sini kita paham bahwa Allah Ta’ala yang telah mengikat kita dengan Islam, bukan ormas-ormas.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal 98): 63)

Dalam ayat lain:

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya (21): 92)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إن المؤمن للمؤمن كالبنيان، يشد بعضه بعض . وشبك أصابعه

“Sesungguhnya seorang mu’min bagi mu’min lainnya adalah seperti bangunan saling menguatkan satu sama lainnya.” Maka nabi menggenggamkan jari-jemarinya. (HR. Bukhari [476, 2314], At Tirmidzi [1993], Ibnu Abi Syaibah [112])

Maka, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan karena Islam) jangan dikorbankan dan dikalahkan oleh ukhuwah jam’iyah (persaudaraan karena organisasi). Ikatan hati dan aqidah ini sangat mahal harganya dan sangat sayang nilainya, jika hanya dikorbankan karena rebutan pengaruh dan eksistensi diri dan kelompok semata.

Ayat-ayat dan hadits ini adalah makanan sehari-hari para tokoh Islam dan aktifis dakwah. Mereka pun diberbagai forum senantiasa menyerukan persaudaraan dan keutuhan. Tetapi, jangan sampai ini semua hanya slogan dan bacaan formalitas tanpa aksi nyata. Apakah ayat dan hadits ini adalah kalimat-kalimat kosong tanpa makna?

Disebutkan dalam sebuah syair:

ولست أدرى سوى الإسلام لي وطنا الشام فيها و وادي النيل سيان
وكلمـــا ذكر أسم الله فى بلــد عددت أرجاءه من لب أوطـاني

Aku Tidak Mengenal Tanah Air selain Islam
Bagiku sama saja, Syam atau lembah Nil
Tiap kali disebut nama Allah di sebuah negeri
Maka, kuingat setiap penjuru dari negeriku

Dari An Nu’man bin Basyir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang, simpati mereka bagaikan satu jasad, jika salah satu anggota tubuhnya ada yang mengeluh, maka bagian yang lain juga mengikutinya, dengan rasa tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim No. 2586, Ahmad No. 18373)

Al Imam Ibnu daqiq Al ‘Id Rahimahullah menjelaskan:

وقال بعض العلماء: في هذا الحديث من الفقه أن المؤمن مع المؤمن كالنفس الواحدة فينبغي أن يحب له ما يحب لنفسه من حيث إنهما نفس واحدة

Sebagian ulama berpendapat : “Hadits ini mengandung pemahaman bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, hendaknya ia mencintai saudaranya sendiri seperti dia mencintai apa yang ada pada dirinya, sebagai tanda bahwa keduanya adalah jiwa yang menyatu”. (Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah Hal. 64)

🌾🌿🌷🌳🌻☘🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Dosa itu Menggelisahkan dan Memalukan

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Dari Nawas bin Sam’an Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang “kebaikan” dan “dosa”, Beliau menjawab:

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَاحَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Kebaikan” itu adalah akhlak yang baik, dan “dosa” itu apa-apa yang membuat dadamu gelisah, dan kamu benci jika itu tampak dihadapan manusia.

📚 HR. Muslim No. 14/2553, At Tirmidzi No. 2389, dll

Syaikh Fuad Abdul Baqi menjelaskan:

أي تحرك فيه وتردد ولم ينشرح له الصدر وحصل في القلب منه الشك وخوف كونه ذنبا

Yaitu dada terombang ambing, bimbang, dan tidak lapang, di hati lahir keraguan dan rasa takut lahirnya dosa. (Selesai)

Ini merupakan hasasiyah imaniyah (kepekaan iman), yang tidak terjadi atas manusia yang sudah qaswatul qulub (keras hati). Bagi mereka yg sudah keras hati karena terbiasa dengan dosa, maka tidak ada lagi rasa gelisah itu, kecuali yang dirahmati Allah untuk bertaubat.

🍃🌷🌾🌿🌷🌳☘🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Apakah Tuyul Ada dalam Islam?

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Ada yg bertanya nie…bagaimana dengan keberadaan tuyul yg suka mencuri uang….ada/ tidak ya….,tolong d bahas ya.. terimakasih..🙏

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah …

Tuyul, dan segala macam istilah “makhluk halus” di negeri kita, adalah bagian dari kejahatan jin jahat terhadap manusia. Dia bs mencuri, mengganggu, dan kejahatan lainnya, dgn izin Allah, ini sudah pernah terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu menceritakan dalam sebuah hadits yang panjang:

وَكَّلَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكاَةِ رَمَضَانَ، فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ وَقُلْتُ: وَاللهِ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: إِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ، وَلِي حَاجَةٌ شَدِيْدَةٌ. قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ الْبَارِحَةَ؟. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيْدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُوْدُ. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُوْدُ لِقَوْلِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُ سَيَعُوْدُ. فَرَصَدْتُهُ، فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: دَعْنِي فَإِنِّي مُحْتَاجٌ، وَعَلَيَّ عِيَالٌ، لاَ أَعُوْدُ. فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ماَ فَعَلَ أَسِيْرُكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيْدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُوْدُ. فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعاَمِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ، إِنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُوْدُ ثُمَّ تَعُوْدُ. قَالَ: دَعْنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللهُ بِهَا. قُلْتُ: مَا هُنَّ؟ قَالَ: إِذَا أََوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِي {اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ} (البقرة: 255) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرِبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ الْبَارِحَةَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِي كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِيَ اللهُ بِهَا فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: مَا هِيَ؟ قُلْتُ: قَالَ لِي: إِذَا أَوَيْتُ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِي {اللهُ لاَ إلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ} وَقَالَ لِي: لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. وَكَانُوْا أَحْرَصَ شَيْءٍ عَلَى الْخَيْرِ. فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوْبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُذْ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menugaskanku untuk menjaga zakat Ramadhan. Tiba-tiba seseorang datang. Mulailah ia mencuri makanan zakat tersebut. Aku pun menangkapnya dan mengancamnya: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.” Orang yang mencuri itu berkata: “Aku butuh makanan, sementara aku memiliki banyak tanggungan keluarga. Aku ditimpa kebutuhan yang sangat.” Karena alasannya tersebut, aku melepaskannya. Di pagi harinya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat tawananmu semalam?” “Wahai Rasulullah, ia mengeluh punya kebutuhan yang sangat dan punya tanggungan keluarga. Aku pun menaruh iba kepadanya hingga aku melepaskannya,” jawabku. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.” (Di malam berikutnya) aku yakin pencuri itu akan kembali

lagi karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan: “Dia akan kembali.” Aku pun mengintainya, ternyata benar ia datang lagi dan mulai menciduk makanan zakat. Kembali aku menangkapnya seraya mengancam: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.” “Biarkan aku karena aku sangat butuh makanan sementara aku memiliki tanggungan keluarga. Aku tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi.” Aku kasihan kepadanya hingga aku melepaskannya. Di pagi harinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Wahai Abu Hurairah, apa yang diperbuat oleh tawananmu?” “Wahai Rasulullah, ia mengeluh punya kebutuhan yang sangat dan punya tanggungan keluarga, aku pun iba kepadanya hingga aku pun melepaskannya,” jawabku. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.” Di malam yang ketiga, aku mengintai orang itu yang memang ternyata datang lagi. Mulailah ia menciduk makanan. Segera aku menangkapnya dengan mengancam: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau. Ini untuk ketiga kalinya engkau mencuri, sebelumnya engkau berjanji tidak akan mengulangi perbuatanmu tetapi ternyata engkau mengulangi kembali.” “Lepaskan aku, sebagai imbalannya aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadamu dengan kalimat-kalimat tersebut,” janji orang tersebut. Aku berkata: “Kalimat apa itu?” Orang itu mengajarkan: “Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi: اللهُ لاَ إلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ (Al-Baqarah: 255) hingga engkau baca sampai akhir ayat. Bila engkau membacanya maka terus menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tidak akan mendekatimu sampai pagi hari.” Aku pun melepaskan orang itu, hingga di pagi hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya kepadaku: “Apa yang diperbuat tawananmu semalam?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, ia berjanji akan mengajariku beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku dengan kalimat-kalimat tersebut, akhirnya aku membiarkannya pergi.” “Kalimat apa itu?”, tanya Rasulullah. Aku berkata: “Orang itu berkata kepadaku: `Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat: اللهُ لاَ إلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ’. Ia katakan kepadaku: `Bila engkau membacanya maka terus
menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tidak akan mendekatimu sampai pagi hari’.” Sementara mereka (para shahabat) merupakan orang-orang yang sangat bersemangat terhadap kebaikan1. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Sungguh kali ini ia jujur kepadamu padahal ia banyak berdusta. Engkau tahu siapa orang yang engkau ajak bicara sejak tiga malam yang lalu, ya Abu Hurairah?.” “Tidak,” jawabku. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari No. 2187)

Wallahu A’lam

🌷🌺🌴🌻🍃🌸🌾☘

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top