Penjelasan Tentang Larangan Memotong Kuku dan Rambut Bagi yang Ingin Berqurban

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Ustadz mohon penjelasan ttg larangan utk potong kuku dan rambut bagi yg berkurban (Hengky Hariadi)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah …

Berikut ini larangannya .., Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا

“Jika kalian memasuki tanggal 10 (Dzulhijjah) dan hendak berkurban maka janganlah dia menyentuh sedikit pun dari rambutnya dan kulitnya.” (HR. Muslim No. 1977)

Hadits ini menunjukkan bahwa siapa pun yang rencana berqurban, hendaknya dia tidak memotong rambutnya dan kukunya. Zhahirnya larangan ini berlaku untuk shahibul qurban (pemilik hewan qurban), bukan untuk hewannya. Sebab, apa perlunya memotong rambut dan kuku hewannya? Hal itu tidak ada dalam benak kita. Maka, dhamir (kata ganti) “hu” d situ kembali kepada shahibul qurban bukan hewannya. Ini berlaku baik yang ditanah air atau yang sedang haji.

Lalu, apakah ini juga berlaku buat keluarganya, bagi yang berqurban satu ekor untuk satu keluarga? Jika dia mau hati-hati, tidak apa-apa dia libatkan keluarganya untuk tidak memotong rambut dan kukunya. Namun, sebagian ulama seperti Syaikh Utsaimin dan Syaikh Abdullah Al Jibrin menyatakan itu cukup bagi shahibul qurban saja.

Berapa lamakah durasinya? Yaitu sejaik memasuki satu Zulhijjah sampai 10 Zulhijjah sesuai zahir haditsnya, setelah dia berqurban.

Lalu apa implikasi hukum pada larangan dalam hadits ini, apakah bermakna haram, makruh, atau larangan bersifat adab saja?

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاء فِيمَنْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ عَشْر ذِي الْحِجَّة وَأَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ فَقَالَ سَعِيد بْن الْمُسَيِّب وَرَبِيعَة وَأَحْمَد وَإِسْحَاق وَدَاوُد وَبَعْض أَصْحَاب الشَّافِعِيّ : إِنَّهُ يَحْرُم عَلَيْهِ أَخْذ شَيْء مِنْ شَعْره وَأَظْفَاره حَتَّى يُضَحِّي فِي وَقْت الْأُضْحِيَّة ، وَقَالَ الشَّافِعِيّ وَأَصْحَابه : هُوَ مَكْرُوه كَرَاهَة تَنْزِيه وَلَيْسَ بِحَرَامٍ ، وَقَالَ أَبُو حَنِيفَة : لَا يُكْرَه ، وَقَالَ مَالِك فِي رِوَايَة : لَا يُكْرَه ، وَفِي رِوَايَة : يُكْرَه ، وَفِي رِوَايَة : يَحْرُم فِي التَّطَوُّع دُون الْوَاجِب

Ulama berbeda pendapat tentang orang yang memasuki 10 hari bulan Zulhijjah dan orang yang hendak berquban.

📌 Sa’id bin Al Musayyib, Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud, dan sebagian pengikut Asy
Syafi’I mengatakan: sesungguhnya haram baginya memotong rambut dan kukunya sampai dia berqurban pada waktu berqurban.

📌 Asy Syafi’i dan pengikutnya mengatakan: hal itu makruh, yakni makruh tanzih (makruh mendekati boleh), tidak haram.

📌 Abu Hanifah mengatakan: tidak makruh.

📌 Malik mengatakan: tidak makruh. Pada riwayat lain dari Malik; makruh. Pada riwayat lain: diharamkan bagi jamaah haji yang sunah, bukan yang wajib. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/472)

Apakah hanya rambut kepala atau lainnya?

Hal ini dijelaskan oleh Imam An Nawawi Rahimahullah:

قال أصحابنا والمراد بالنهي عن أخذ الظفر والشعر النهى عن إزالة الظفر بقلم أوكسر أو غيره والمنع مِنْ إِزَالَةِ الشَّعْرِ بِحَلْقٍ أَوْ تَقْصِيرٍ أَوْ نَتْفٍ أَوْ إِحْرَاقٍ أَوْ أَخْذِهِ بِنَوْرَةٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ وَسَوَاءُ شَعْرُ الْإِبْطِ وَالشَّارِبِ وَالْعَانَةِ وَالرَّأْسِ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ شُعُورُ بَدَنِهِ

Sahabat-sahabat kami (Syafi’iyyah) berkata bahwa yang dimaksud dengan larangan mengambil kuku dan rambut adalah larangan menghilangkan kuku baik dengan menggunting, mematahkan, atau lainnya. Sedangkan larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar, kerok, atau lainnya. Sama saja apakah rambut di ketiak, kumis, kemaluan, kepala, dan rambut-rambut lainnya di tubuh.
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 13/138)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌷🌻🌳🌾🌿☘🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Hadits, “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahad”, Shahihkah?

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Assalamu ‘Alaikum, Afwan Ust, ana mau Tanya tentang hadits: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampal ke liang lahad.” Itu hadits shahih apa tidak, dan perawinya siapa saja. Syukran. (02192663xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala
Rasulillah wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah wa ba’d:

Ucapan tersebut sangat terkenal di lisan manusia, mulai dari para penceramah hingga orang awamnya. Lalu, mereka dengan yakin menisbatkannya sebagai hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini telah dikoreksi para ulama. Hadits ini tidak diriwayatkan para imam muhadditsin, tidak dalam kitab Shahih, Sunan, Jami’, Musnad, dan Mu’jam.

Para ulama telah menyebutnya sebagai bukan hadits shahih, baik yang menyebutnya palsu (maudhu’) dan ada pula yang menyebut Laa ashla lahu (tidak memiliki dasar).

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah mengatakan:

حديث: ( اطلبوا العلم من المهد إلى اللحد ) ليس صحيحاً، موضوع عند أهل العلم

Hadits (tuntutlah ilmu dari ayunan/buaian hingga liang lahad) adalah bukan hadits shahih, itu palsu menurut para ulama. (Durus Lisyaikh Abdil Aziz bin Baaz, 10/35)

Begitu pula yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman Sa’id Ad Dimasyqiyah, bahwa hadits ini tidak ada dasarnya, katanya:

فرواية أطلب العلم من المهد إلى اللحد مشهورة وهي لا أصل لها عند أهل الحديث« وحديث »أطلب العلم ولو في الصين« مشهور كذلك لكنه لا أصل له

Riwayat: Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahad adalah terkenal, dan ini tidak ada dasarnya menurut ahli hadits, begitu pula hadits: Tuntutlah ilmu walau ke negeri cina, juga terkenal tetapi tidak ada dasarnya. (Ahaadiits Yahtajju Biha Asy Syii’ah, Hal. 64)

Sebagian lain mengatakan ini adalah ucapan dan nasihat para salaf, seperti yang dikatakan Syaikh Ibnu Jibrin. (Fatawa Asy Syaikh Ibni Jibrin, 81/10), ada pun Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh menyebutkan bahwa ini adalah ucapan Imam Ahmad bin Hambal. (Qismul ‘Ilmi wad Da’wah, Hal. 1)

Namun walaupun tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ucapan ini secara makna adalah benar dan baik.

Berikut komentar Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih:

فهذا الحديث لا يصح سندا، وهو من الأحاديث المشتهرة على ألسنة الناس، ومثله حديث: اطلبوا العلم ولو في الصين. ونحوها، وقد أوردها العجلوني في كتابه كشف الخفاء ومزيل الإلباس عما اشتهر من الأحاديث على ألسنة الناس. إلا أن معناه صحيح، وقد قال تعالى في محكم كتابه: وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ {النحل: 78} فالإنسان يولد وهو لا يعلم شيئا، ثم لا يزال يتعلم حتى يوارى في رمسه

Ini adalah hadits yang tidak shahih sanadnya, dan termasuk hadits yang tenar diucapkan lisan manusia, sebagaimana hadits: Tuntutlah ilmu walau ke Cina, dan yang semisalnya. Hal ini telah disampaikan oleh Al ‘Ajluni dalam kitabnya Kasyful Khafa wa Muziil Al Ilbaas ‘ammasytahara minal Ahaadits ‘ala Alsinatin Naas. Hanya saja makna hadits ini memang shahih, Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitabNya yang begitu jelas: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (QS. An Nahl: 78).

Jadi, manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian mereka terus menerus belajar sampai dia disemayamkan di kuburnya. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, No. 60804)

Hal ini perkuat lagi oleh berbagai kisah fakta perjalanan kehidupan orang-orang shalih dan ulama yang menghabiskan hidupnya dengan ilmu, baik mencari dan mengajarkannya, sejak mereka kanak-kanak hingga detik-detik menjelang ajalnya.

Wallahu A’lam

Wash Shallallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi Ajmain.

🌷☘🌺🌴🌻🍃🌸🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Memakai Kuku Palsu

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaykum ustadz, apa hukumnya memakai kuku palsu (nail art)? (+62 857-1344-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Kuku palsu jika tujuan berobat, misal karena kuku pecah adalah boleh. Itu sama dgn memakai kaki palsu, agar anggota tubuh kembali berfungsi. Tp, jika utk kecantikan semata, maka terlarang.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:

لا حرج في وضع الأظافر الصناعية بشكل دائم إذا كان ذلك بسبب كسر الأظافر الطبيعية بسبب قلة الكالسيوم في الجسم .
أما وضعها من أجل الزينة والتجمل فلا يجوز ذلك

Tidak mengapa memasang kuku buatan yang permanen jika sebabnya adalah pecahnya kuku secara alami karena kekurangan kalsium dalam tubuh. Adapun memasangnya dengan tujuan sebagai perhiasan dan mempercantik diri, maka hal itu tidak dibolehkan.

(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 120850)

Dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah disebutkan:

لا يجوز استخدام الأظافر الصناعية ، والرموش المستعارة ، … ؛ لما فيها من الضرر على محالها من الجسم ، ولما فيها أيضا من الغش والخداع وتغيير خلق الله )

Tidak diperbolehkan memakai kuku palsu, bulu mata palsu, dan lensa kontak berwarna, karena barang tersebut berbahaya bagi tubuh, dan barang tersebut juga melakukan penipuan dan mengubah ciptaan Allah Subhanahu wata’alla.

(Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 17/133)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Lebih Tampan Mana; Nabi Muhammad Shalallahu’Alaihi wa Sallam atau Nabi Yusuf ‘Alaihissalam?

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum warahmatullah .. apakah benar isi BC yg menceritakan Nabi Muhammad lebih tampan dibanding Nabi Yusuf?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Sallam memang sangat tampan …

عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ سَمِعَ الْبَرَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرْبُوعًا وَقَدْ رَأَيْتُهُ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْهُ

Dari Abu Ishaq, dia mendengar Al Barra` Radhiallahu ‘anhu berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), saya melihat beliau mengenakan pakaian merah, dan saya tidak pernah melihat orang yang lebih tampan dari beliau.”

(HR. Bukhari no. 5848)

Hadits ini menunjukkan ketampanan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Sallam. Bisa jadi yang paling tampan di masanya. Ada pun perbandingan dgn ketampanan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Apalagi sampai spesifik menyebutkan Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam lebih tampan dibanding Nabi Yusuf ‘Alaihissalam.

Imam Ash Shan’aniy Rahimahullah mengatakan:

قيل: إنه لم يعط أحد من الحسن أكثر مما أعطي يوسف ، لأنه في مقام إفضاله تعالى على يوسف ؛ فالقائل أن نبينا – صلى الله عليه وسلم – أعطي أكثر مما أعطي يوسف من الحسن يحتاج إلى دليل

Dikatakan, bahwa dalam masalah ketampanan tidak ada seorang pun yang diberikan seperti ketampanan Nabi Yusuf, karena Allah Ta’ala memberikan posisi yang lebih kepadanya dalam hal ini.

Maka, perkataan bahwa Nabi kita Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diberikan ketampanan lebih dari Nabi Yusuf adalah Perkataan yg membutuhkan dalil.

(At Tanwir Syarh Al Jaami’ Ash Shaghir, 2/496)

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan:

ويوسف الصديق، وإن كان أجمل من غيره من الأنبياء، وفي الصحيح: ” أنه أعطي شطر الحسن ، فلم يكن بذلك أفضل من غيره، بل غيره أفضل منه، كإبراهيم، وإسماعيل، وإسحاق، ويعقوب، وموسى، وعيسى، ومحمد، – صلوات الله عليهم أجمعين – .

Nabi Yusuf Ash Shidid, walau pun dia paling tampan di antara para nabi yang lain, dalam Ash Shahih disebutkan: “Dia diberikan setengah ketampanan”, tapi hal itu tidaklah menjadikannya sebagai nabi yang paling utama dibanding nabi yg lain seperti Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa, dan Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Sallam.

ويوسف، وإن كانت صورته أجمل، فإن إيمان هؤلاء وأعمالهم كانت أفضل من إيمانه وعمله ….

Nabi Yusuf, walau penampilannya paling menawan, tetapi iman mereka itu dan amalnya, lebih utama dibanding iman dan amalnya…

(Minhajus Sunnah, 5/318)

Perlu diketahui .., masalah ini bukan masalah krusial untuk diketahui. Jika kita tahu bahwa yang satu lebih tampan dibanding yang lain, tidaklah itu lantas jg membuat kita semakin shalih dan semakin baik akhirat kita. Seandainya tidak tahu pun tidak lantas kita buruk di sisi Allah Ta’ala.

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top