Doa Untuk Para Muzakki (Pembayar Zakat)

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz…
Apakah ada doa khusus bagi/untuk muzakki maupun amil zakat saat pembayaran zakat fitrah / maal..?
Syukron

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Perintah mendoakan Muzakki ada dalam ayat berikut:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. At-Taubah: 103)

Apakah ada dalam sunnah contoh doanya? Ada, .. Ibnu Abi ‘Aufa berkata:

كَانَ إِذَا أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَدَقَتِهِ قَالَ: «اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ» فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى»

“Apabila seseorang menyerahkan zakatnya kepada Nabi ﷺ maka beliau mengucapkan: “ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAAIHI (Ya Allah, berikanlah kesejahteraan kepadanya).” Tidak lama kemudian, ayahku menyerahkan zakatnya kepada beliau, lalu beliau bersabda: “ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA AALI ABI AUFA (Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada keluarga Abu Aufa).”

(HR. Bukhari no. 6359)

Perlu diketahui mendoakan orang yang berzakat itu Sunnah, bukan wajib. Sah tidaknya bayar zakat bukan ditentukan oleh itu.

Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

ومذهبنا المشهور ومذهب العلماء كافة أن الدعاء لدافع الزكاة سنة مستحبة ليس بواجب

Madzhab kami yang masyhur, dan madzhab para ulama semuanya, bahwa doa bagi yg bayar zakat adalah Sunnah, bukan wajib.

(Syarh Shahih Muslim, 7/185)

Ada pun doa yang lain, yang berisi kebaikan kepada Muzakki, boleh-boleh saja. Mayoritas ulama mengatakan bahwa doa yang tidak ma’tsur atas susunan sendiri boleh, walau lebih utama adalah doa yang ma’tsur (ada riwayatnya).

Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:

وَاسْتَحَبَّ الشَّافِعِيُّ فِي صِفَةِ الدُّعَاءِ أَنْ يَقُولَ آجَرَكَ اللَّهُ فِيمَا أَعْطَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُورًا وَبَارَكَ لَكَ فِيمَا أَبْقَيْتَ

Imam Asy Syafi’iy menyukai bentuk doanya adalah “Ajarakallah fiimaa a’thayta wa ja’alahu laka thahuran wa baarakallah laka fiima a’thayta” (Semoga Allah memberikanmu pahala pada apa yang kamu berikan, dan menjadikannya suci bagimu, dan semoga berkah atas apa yang kamu tinggalkan).

(Syarh Shahih Muslim, 7/185)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Mencuci jilatan Anjing, Bolehkah Pakai Sabun?

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Semoga Ustadz Farid Nu’man & keluarga, kang Irfan & keluarga senantiasa di rahmati, dijaga kesehatannya dan diridhai
الله سبحانه وتعالى. امين

Ustadz, apabila celana kita dijilat anjing, apakah sah dicuci pake sabun atau rinso saja tanpa pake tanah?

جزاك الله خيرا كثيرا
(+61 416 523 xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Wa lakum bimitsli ..

Mencuci jilatan anjing tidak cukup dgn dikucek dgn air atau sabun, tapi mesti dgn tanah dan air 7 kali, sebagai bentuk Ittiba’ kepada sunah Rasulullah ﷺ. Inilah yang dipilih oleh Syafi’iyah dan Hambaliyah, dan ini yang saya ikuti karena dalilnya jelas dan kuat.

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

ذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى وُجُوبِاسْتِعْمَال التُّرَابِ مَعَ الْمَاءِ فِي التَّطْهِيرِ مِنْ نَجَاسَةِ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا، وَاسْتَدَلُّوا لِذَلِكَ بِمَا رَوَاهُ أَبُو هُرَيْرَةَ قَال: قَال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ أُولاَهُنَّ بِالتُّرَابِ. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَحْمَدُ. وَقَدْ قَاسُوا الْخِنْزِيرَ عَلَى الْكَلْبِ.
وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ، إِلَى أَنَّهُ لاَ يَجِبُاسْتِعْمَال التُّرَابِ فِي ذَلِكَ

Syafi’iyyah dan Hambaliyah mengatakan WAJIBnya menggunakan AIR dan TANAH dalam mensucikan najis anjing, babi, dan apa-apa yang keluar dari keduanya. Dalil mereka adalah riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Sucikan bejana kalian jika Anjing menjilat di padanya dengan cara mencucinya 7 kali dan awalnya dengan tanah. (HR. Muslim dan Ahmad). Mereka mengqiyaskan babi dengan anjing.

Ada pun Hanafiyah dan Malikiyah, menyatakan bahwa tidak wajib menggunakan tanah dalam hal ini.

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 3/114)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Pendapat Para Ulama yang Membolehkan Zakat Fitrah Dengan Uang

▪▫▪▫▪▫▪▫

Abu Ishaq As Sabi’i -seorang tabi’iy yang pernah berjumpa 30 sahabat Nabi ﷺ- berkata :

أدركتهم وهم يؤدون في صدقة رمضان الدراهم بقيمة الطعام

Aku mendapati para sahabat Nabi ﷺ menunaikan zakat di bulan Ramadhan dalam bentuk mata uang (dirham) yg senilai dg makanan (1 sha’).

(HR. Ibnu Abi Syaibah, 3/65)

Kebolehan ini juga menjadi Madzhab-nya Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah. Selama ini dikira hanya Imam Abu Hanifah dari imam yang empat menyetujui zakat fitrah dengan uang.

Imam Ibnu Taimiyah menjelaskan:

“وأما إذا أعطاه القيمة ففيه نزاع : هل يجوز مطلقاً؟ أو لا يجوز مطلقاً؟ أو يجوز في بعض الصور للحاجة، أو المصلحة الراجحة؟ على ثلاثة أقوال ـ في مذهب أحمد وغيره ـ وهذا القول أعدل الأقوال” يعني القول الأخير

Adapun jika Ia (Muzakki) mengeluarkan zakatnya dalam bentuk mata uang maka terdapat khilaf diantara Ulama.

– Apakah boleh secara mutlak?,
– apa tidak boleh secara mutlak?,
– apa boleh dalam kondisi tertentu karena ada hajat ?
– dan atau boleh karena ada maslahat lebih kuat?

Didalam madzhab Imam Ahmad bin Hanbal hal ini ada 3 qaul (pendapat). Dan pendapat yang terakhir (BOLEH karena adanya maslahat yang kuat) adalah PENDAPAT YANG PALING ADIL

(Majmu’ul Fatawa, 25/79)

Imam Al Bukhari, sebagaimana yang diceritakan Imam Ibnu Rusyd – dikutip Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani:

وافق البخاري في هذه المسألة الحنفية مع كثرة مخالفته لهم لكن قاده إلى ذلك الدليل

Didalam hal ini (zakat dengan mata uang) Al-Bukhari sependapat dengan Hanafiyah walaupun lebih banyak berbeda di dalam banyak hal namun khusus masalah ini dalil-lah yang menuntun Beliau untuk sependapat dengan Hanafiyah.

(Fathul Bari, 3/312)

Demikian. Wallahu a’lam

🌸🌿🍃☘🌻🍄🍂🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Memikirkan Urusan Dunia Saat Sholat

💦💥💦💥💦💥

Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu berkata:

إِنِّي لَأُجَهِّزُ جَيْشِي وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ

“Sesungguhnya saya mempersiapkan pasukan saya, pada saat itu saya sedang  shalat.” (Riwayat Bukhari)

Tentang ucapan Umar Radhiallahu ‘Anhu ini, Imam Bukhari membuat judul: Bab Yufkiru Ar Rajulu Asy Syai’a fish shalah (Seseorang Memikirkan Sesuatu Dalam Shalat).

Dari ‘Uqbah bin Al Harits Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَصْرَ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ سَرِيعًا دَخَلَ عَلَى بَعْضِ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ وَرَأَى مَا فِي وُجُوهِ الْقَوْمِ مِنْ تَعَجُّبِهِمْ لِسُرْعَتِهِ فَقَالَ ذَكَرْتُ وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ تِبْرًا عِنْدَنَا فَكَرِهْتُ أَنْ يُمْسِيَ أَوْ يَبِيتَ عِنْدَنَا فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ

“Aku shalat ashar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika Beliau salam, beliau berdiri cepat-cepat lalu masuk menuju sebagian istrinya, kemudian Beliau keluar dan memandang kepada wajah kaum yang nampak terheran-heran lantaran ketergesa-gesaannya. Beliau bersabda: “Aku teringat biji emas yang ada pada kami ketika sedang shalat, saya tidak suka mengerjakannya sore atau kemalaman, maka saya perintahkan agar emas itu dibagi-bagi.” (HR. Bukhari No. 1221, Ahmad No. 16151, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al Ahadits Wal Matsani No. 477)

Walau hal ini dibolehkan, namun tetaplah dihindari demi kebagusan kualitas shalat. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:

ومع أن الصلاة في هذه الحالة صحيحة مجزئة   فإنه ينبغي للمصلي أن يقبل بقلبه على ربه ويصرف عنه الشواغل بالتفكير في معنى الايات والتفهم لحكمة كل عمل من أعمال الصلاة فإنه لا يكتب للمرء من صلاته إلا ما عقل منها

“Meskipun shalatnya tetap sah dan mencukupi, tetapi seharusnya orang yang shalat itu menghadapkan hatinya kepada Allah dan melenyapkan segala godaan dengan memikirkan ayat-ayat dan memahami hikmah setiap perbuata shalat, karena yang dicatat dari perbuatan itu hanyalah apa-apa yang keluar dari kesadaran.” (Fiqhus Sunnah, 1/267)

Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنّ الرّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إلاّ عُشْرُ صلاتِهِ تُسْعُها ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

“Sesungguhnya ada orang yang selesai shalatnya tetapi tidak mendapatkan melainkan hanya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima seperempat, sepertiga, dan setengah dari shalatnya.” (HR. Abu Daud No. 211, dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 211).

Sekian. Wallahu A’lam

🍃🌾🌸🌻🌴🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top