Hukum Menyebut Almarhum Untuk Muslim

💥💦💥💦💥💦

Sebagian muballigh melarang penyebutan “AlMarhum” bagi mayat muslim sebab itu merupakan pemastian adanya rahmat bagi mayat tersebut, padahal mayat tersebut belum tentu shalih.

Kita lihat fatwa ulama ..

1⃣ Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin Rahimahullah

س : ما حكم إطلاق كلمة المرحوم أو المغفور له على الميت؟
– أرى أنه لا بأس بذلك تفاؤلا كالدعاء كما يقال غفر الله له، فهو مغفور له بواسطة دعاء إخوانه المسلمين، وليس في ذلك جزم ولا تزكية

Pertanyaan: apa hukum memutlakan kata Al Marhum (yang dirahmati) atau Al Maghfur lahu (yang diampuni) kepada mayit?

Jawaban: (Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Rahimahullah)

Saya memandang hal itu tidak apa-apa dengan menyikapinya selayaknya doa, sebagaimana disebutkan ghafarallahu lahu (semoga Allah mengampuninya), maka dia mendapakan ampunan dengan sebab doa saudara-saudaranya kaum musliman, yang demikian itu bukanlah kalimat jazm (pemastian) dan bukan pula tazkiyah (pensucian/pengkultusan). (Fatawa Asy Syaikh Ibnu Jibrin, 81/17. Syamilah)

2⃣ Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah juga mengatakan:

وهو قولك المرحومة والدتي المرحومة فإن بعض الناس ينكر هذا اللفظ يقولون إننا لا نعلم هل هذا الميت من المرحومين أو ليس من المرحومين وهذا الإنكار في ملحه إذا كان الإنسان يخبر خبراً عن أن هذا الميت قد رحم لأنه لا يجوز أن نخبر أن هذا الميت قد رحم أو عذب بدون علم قال الله تعالى (وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ) لكن الناس لا يريدون بذلك الإخبار قطعاً فالإنسان الذي يقول المرحوم الوالد أو المرحومة الوالدة أو المرحومة الأخت أو الأخ أو ما أشبه ذلك لا يريدون بهذا الجزم أو الإخبار أنهم مرحومون وإنما يريدون بذلك الدعاء أن الله تعالى قد رحمهم والرجاء وفرق بين الدعاء والخبر ولهذا نحن نقول فلان رحمه الله فلان غفر الله له ولا فرق من حيث اللغة العربية بين قولنا فلان المرحوم وفلان رحمه الله لأن جملة رحمه الله جملة خبرية والمرحوم بمعنى الذي رحم فهي أيضاً خبرية فلا فرق بينهما أي بين مدلولهما باللغة العربية فمن منع المرحوم يجب أن يمنع فلان رحمه الله على كل حال نقول لا إنكار في هذه الجملة أي في قولنا فلان المرحوم وفلان المغفور له وما أشبه ذلك لأننا لسنا نخبر بذلك خبراً ونقول إن الله قد رحمه وأن الله قد غفر له ولكننا نسأل الله ونرجو فهو من باب الرجاء والدعاء وليس من باب الإخبار وفرق بين هذا وهذا

Dan ucapan Anda “Al Marhumah Ibuku”, sesungguhnya Al Marhumah telah diingkari oleh sebagian manusia. Mereka mengatakan sesungguhnya kita tidak mengetahui apakah mayit ini termasuk yang mendapatkan rahmat atau tidak termasuk. Pengingkaran ini adalah pada penghormatannya, jika manusia membawa berita tentang mayit tersebut bahwa dia telah dirahmati sesungguhnya tidak boleh kita mengabarkan bahwa mayit ini telah mendapatkan rahmat atau azab tanpa ilmu. Allah Ta’ala berfirman: (janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya)

Tetapi mereka tidaklah memaksudkannya sebagai kabar yang menunjukkan kepastian. Manusia yang mengucapan Al Marhum ayahku, Al Marhumah ibuku, Al Marhum saudaraku yang laki-laki, Al Marhumah saudaraku yang perempuan, atau yang semisalnya, tidaklah memaksudkannya sebagai bentuk memastikan atau pengabaran bahwa mereka dirahmati. Sesungguhnya mereka memaksudkannya sebagai doa, bahwasanya Allah Ta’ala telah merahmati mereka dan sebagai pengharapan, dan berbeda antara doa dan pengabaran. Oleh karenanya kita mengatakan: fulan rahimahullah, fulan ghafarallahu lahu, dan tidak ada perbedaan dari sisi bahasa Arab antara ucapan fulan Al Marhum dengan fulan rahimahullah. Karena rahimahullah merupakan kalimat khabariyah (jumlah khabariyah), sedangkan Al Marhum dengan makna yang mendapatkan rahmat, juga kalimat khabariyah. Maka tidak ada perbedaan antara keduanya, yaitu tidak ada perbedaan dari sisi bahasa. Maka, barang siapa yang melarang Al Marhum wajib melarang pula fulan rahimahullah bagaimana pun keadaannya.

Kita katakan, tidak ada pengingkaran pada kalimat ini yaitu pada ucapan kita: Si Fulan Al Marhum dan Si fulan Al Maghfur Lahu, dan yang semisalnya. Sesungguhnya dengan kalimat itu kami tidak menyampaikan sebuah berita dengan perkataan: sesungguhnya Allah Ta’ala telah merahmatinya dan telah mengampuninya. Tetapi, kita memohon kepada Allah Ta’ala dan berharap, dan ini masuk dalam bab pengharapan (Ar Raja) dan doa, bukan masuk bab pengabaran, dan antara ini dan ini berbeda. (Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin, Fatawa Nur ‘Alad Darb Bab Al Janaaiz)

🍃☘🌾🌻🌺🌴🌿🌹

✏ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top