Wasiat Harta

🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Apa sih perbedaan seseorang berwasiat harta dengan memberikan hadiah?

Syaikh K.H. Muhammad Muhajirin Amsaar Bakasiy Rahimahullah -seorang ulama Nusantara, berasal dari Bekasi- dia berkata dalam Syarahnya terhadap kitab Bulughul Maram:

و الوصية بالمال هي التبرع بعد الموت و اما التبرع فى الحياة فانه هبة أو صدقة أو هدية فلا تنفيذ الوصية الا بعد الموت

Wasiat dengan harta adalah pemberian yang dilakukan setelah kematian. Sedangkan pemberian pada saat masih hidup itu adalah hibah, sedekah, dan hadiah. Maka, wasiat tidak bisa dilaksanakan kecuali setelah kematian.

(Mishbahuzh Zhalam Syarh Bulugh Al Maram, Jilid. 3, Hal. 13. 2914M-1435H. Darul Hadits. Jakarta)

Syariat Islam menganjurkan umatnya menuliskan wasiat, sebagaimana hadits berikut:

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ما حقُّ امِرئٍ مسلمٍ ، له شيءُ يُوصي فيه ، يَبِيتُ ليلتين إلا ووصيتُه مكتوبةٌ عندَه

Tidak ada hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan, dia bermalam selama dua malam, melainkan wasiatnya sudah tertulis disisinya. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Ini menunjukkan anjuran kuat bagi seorang muslim untuk melakukannya. Syaikh K.H. Muhammad Muhajirin Amsaar Rahimahullah berkata:

قال النووى فى شرح مسلم : فيه الحث على الوصية، قد اجمع على الامر بها، لكن مذهبنا و مذهب الجماهير انها مندوبة لا واجبة، و قال داود و غيره من اهل الظاهر: هي واجبة لهذا الحديث و لا دلالة لهم فيه، فليس فيه تصريح بإيجابها لكن ان كان على الإنسان دين أو حق أو عنده وديعة أو نحوه لزمه إيصاء بذلك

Imam An Nawawi berkata dalam Syarh Muslim: “Pada hadits ini terdapat dorongan untuk membuat wasiat. Telah terjadi ijma’ atas perintah membuatnya. Tetapi madzhab kami dan juga madzhab mayoritas ulama berpendapat bahwa hal itu sunah bukan wajib. Sedangkan Daud dan selainnya, dari golongan tekstualist (Ahluzh Zhahir), berpendapat wajib berwasiat berdasarkan hadits ini. Hadits ini bukankah alasan bagi mereka.

Di dalam hadits ini tidak ada keterangan yang menunjukkan wajibnya. Tetapi, jika manusia memiliki hutang, atau hak, atau dia memiliki harta wadi’ah (titipan), atau yang semisalnya, maka dia mesti/wajib berwasiat karena hal ini. (Mishbahuzh Zhalam, Ibid)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌸🌾🌻🌴🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Allah Ta’ala dan RasulNya Telah Menjamin Kemenangan Bagi Kaum Muslimin

💦💥💦💥💦💥💦💥

Allah Ta’ala berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, namun Allah menyempurnakan cahaya (agama)Nya walau orang-orang kafir membencinya. Dialah (Allah) yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas semua agama-agama, walau orang-orang musyrik membencinya. (Qs. Ash Shaf: 8-9)

Dalam Tafsir Al Muyassar:

الله هو الذي أرسل رسوله محمدا بالقرآن ودين الإسلام؛ ليعليه على كل الأديان المخالفة له، ولو كره المشركون ذلك

Allah, Dialah yang mengutus seorang rasul yaitu Muhammad, dengan membawa Al Quran dan agama Islam, untuk meninggikannya di atas semua agama yang menyelisihinya, walau orang-orang musyrik membenci agama itu (Islam). (Tafsir Al Muyassar, 10/122)

Dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بَشِّرْ هَذِهالْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ، وَالدِّينِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ

“Berikan kabar gembira kepada umat ini dengan keagungan, ketinggian, agama, pertolongan, dan kedudukan kuat di muka bumi.”

(HR. Ahmad No. 21220, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan: isnaduhu qawwiy-isnadnya kuat. Juga diriwayatkan oleh Asy Syaasyi No. 1491, Al Hakim, 4/311. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6834, 10335, juga dalam Dalail An Nubuwah, 6/317-318 , dari jalan Zaid bin Al Hibab, dan lain-lain. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 2825)

Bisa jadi, kaum muslimin kalah di beberapa front pertempuran, beberapa mimbar perjuangan, dan beberapa periode pertarungan …. Tapi, itu tidak seberapa dibanding kemenangan besar yang telah dan akan mereka raih.

Imam Asy Syaukani Rahimahullah berkata:

وهذا الوعد لهم بالنصر ، والغلبة لا ينافيه انهزامهم في بعض المواطن ، وغلبة الكفار لهم ، فإن الغالب في كل موطن هو : انتصارهم على الأعداء ، وغلبتهم لهم ..

“Ini adalah janji pertolongan untuk mereka, dan kemenangan tidak berarti meniadakan adanya kekalahan mereka di beberapa medan perang, dan kemenangan orang-orang kafir terhadap mereka, sebab pemenang dalam semua medan adalah pertolongan untuk mereka atas musuh-musuhnya, kemenangan mereka atas musuh-musuh tersebut ….” (Fathul Qadir, 6/224. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Wallahul Musta’an

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻


🍃🌸 Syarat Menjemput Kemenangan Umat Islam🌸🍃

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫

1⃣ Iman yang mendalam bahwa kemenangan berasal dari Allah Ta’ala

2⃣ Kekuatan Hubungan Dengan Allah Ta’ala

3⃣ Strategi dan perencanaan yang matang

4⃣ Persatuan umat Islam

5⃣ Optimalisasi para pemuda

6⃣ Peran muslimah membentuk generasi penerus

7⃣ Kekuatan dana

8⃣ Penguasaan media dan sarana perjuangan lainnya

Wallahu a’lam wa Lillahil’Izzah

📙📘📕📒📔📓📗

✍ Farid Nu’man Hasan

Wartawan, Reporter, Redaksi, dan Media Hitam

💦💥💦💥💦💥💦💥

Syahdan, ada seorang pejabat diwawancarai kerumunan wartawan.

“Makanan apa yang bapak sukai?” Tanya seorang wartawan.
“Pada prinsipnya semua makanan saya suka yang penting cocok aja,” jawab si pejabat.
“Apakah Bapak suka gado-gado?” Tanya wartawan lainnya.
Pejabat menjawab, “Maaf saya tidak bisa makan gado-gado, saya kurang sehat …. sudah dulu ya saya ada urusan lagi.” Wawancara pun selesai.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Keesokan harinya muncul berita di stasiun KOMPRES TV: PEJABAT INI ANTI MAKANAN DAERAH.
Sementara stasiun MISRO TV: GADO-GADO TIDAK MASUK SELERA PEJABAT INI.
Ada lagi di portal berita online JENTIKNEWS.COM: LUPA DIRI GADO-GADO PUN DITOLAKNYA.

Padahal pejabat tersebut menolak gado-gado karena asam uratnya parah dan mesti menghindar kacang-kacangan, dan dia sudah menyebut “kurang sehat”.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Di atas hanyalah ilustrasi saja, yang bisa jadi mewakili gambaran yang terjadi pada sebagian media mainstream, khususnya media Islamophobia. Pembunuhan karakter dengan fitnah keji terhadap seseorang yang ditarget untuk dihancurkan reputasinya; baik dia pejabat, politisi, atlet, dan tokoh ulama. Bisa dilakukan dengan memutilasi wawancara atau framing. Kejujuran memang sifat yang mahal dan sulit diraih oleh mereka. Apalagi jika “korban” adalah lawan politik dan lawan ideologi mereka atau lawan pemilik media.
Apa yang mereka lakukan adalah buhtan, kebohongan keji, yang disindir dalam hadits Nabi ﷺ. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:

أَنَّهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ »

Bahwasanya ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah, Apakah ghibah itu?” Beliau bersabda: “Kamu menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia tidak suka.” Ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu jika pada saudaraku memang seperti yang aku katakan.”
Beliau bersabda: “Jika apa yang kamu katakan memang ada, maka kamu telah menghibahinya. Jika apa yang kamu katakan tidak ada padanya, maka kamu telah melakukan buhtan (kebohongan keji).” (HR. Muslim No. 2589)

Mereka-mereka ini adalah orang-orang bangkrut (muflis), sebagaimana dialog berikut ini:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab,”Muflis itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Muflis dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci ini, menuduh orang lain (tanpa hak), makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang menjadi korbannya akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka (korban) akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim No. 2581)

Dari Hafsh bin ‘Ashim Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia selalu mengatakan setiap apa-apa yang dia dengar. (HR. Muslim No. 6)

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah

🌷☘🌺🌴🍃🌾🌻🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Min Amradhil Muharrikin (Diantara Penyakit-Penyakit Para Aktifis)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

1⃣ Kamaliyat (Perfeksionis)

Ada aktifis Islam yang begitu ingin sempurna dan ideal. Apa yang dia baca, dia pahami, dan dia inginkan harus benar-benar terwujud sejak proses sampai tujuan akhirnya. Pandangan terhadap seseorang, nilai, dan entitas, begitu sempurna. Aktifis model ini akan mudah kecewa jika tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jenis muharrik (aktifis) seperti ini rentan menggerutu dan merajuk (ngambek) jika idealismenya tidak terwujud. Dia lupa bahwa dirinya manusia, qiyadah-nya manusia, kawannya manusia, mad’u (objek da’wah)-nya juga manusia, yang akan terjadi hal-hal yang sifatnya manusiawi pula.

2⃣ Isti’jaal (Tergesa-gesa)

Ada lagi aktifis Islam yang begitu semangat dalam da’wahnya, mengerahkan semua tenaga dan pikirannya, tanpa memahami tabiat jalan da’wah yang begitu panjang dan melelahkan. Akhirnya staminanya berakhir pada saat jauh dari tujuan. Ini terjadi karena keinginannya untuk cepat-cepat menang, cepat-cepat terjadinya futuhat (penaklukan) atas musuh atau daerah. Kadang tergesa-gesa pula dalam menilai perubahan musuh-musuh da’wah, sehingga hilang kewaspadaan. Disangkanya musuh melunak, disangkanya musuh sudah ditaklukan, disangkanya musuh menjadi pendukung, padahal itu strategi mereka. Tergesa-gesa memang membuat kesadaran untuk hati-hati dan waspada menjadi tipis.

3⃣ Futuur (Lemah dan Berhenti)

Ada pula aktifis yang lemah setelah semangat, berhenti setelah bergerak. Itulah futur. Biasanya disebabkan oleh kerasnya pertarungan dan minimnya stamina baik berupa pasokan ruhiyah yang ringkih, fikriyah yang lemah, jasadiyah yang layu, ditambah faktor ekonomi yang terseok-seok. Di sisi luar, kemenangan yang tidak kunjung datang, sementara musuh-musuh da’wah Islam semakin keras menteror, memfitnah, sampai menangkap mereka. Lahirlah rasa takut, akhirnya mereka surut dan meninggalkan da’wah sama sekali. Dulunya mereka rijal, sekarang menjadi buih.

5⃣ Hubbuzh Zhuhuur (Senang Tampil)

Ada pula aktifis yang selalu ingin tampil. Ingin disebut namanya, dianggap besar saham da’wahnya, dan penting kontribusinya. Semangat dalam keramaian, lesu dalam kesendirian. Sesak dada jika saudaranya lebih unggul dan sering tampil. Keikhlasannya dipertaruhkan. Memandang saudaranya sesama aktifis sebagai kompetitor dalam arti negatif, bukan berlomba dalam kebaikan. Penyakit ini hanya bisa disembuhkan dengan bagusnya tauhid, mujahadah untuk meluruskan niat, dan mengenyampingkan target pribadi duniawi.

5⃣ Isytighal bimaa laa ya’nih (Sibuk Dengan Hal Yang Tidak Bermanfaat)

Ada aktifis yang sibuknya mengoleksi kesalahan saudaranya, berdebat di sana sini, berkutat pada masalah yang tidak produktif, dan jauh dari umat. Seolah dia autis, punya dunia dan kehidupan sendiri. Bagaimana bisa memperbaiki, jika sibuk sendiri, dan menjauh dari permasalahan umat?

6⃣ Tafarruq (perpecahan)

Ada aktifis yang sulit untuk menerima pandangan saudaranya. Lapang dada adalah sikap yang tidak mampu dia raih. Ke mana dia berada selalu mengundang dan mengandung ihtikaak (gesekan/friksi), baik di organisasi, perkumpulan, masjid, bahkan dunia maya. Hobi sekali berpecah, dengan alasan “meluruskan yang salah”. Akhirnya, kawan menjadi lawan, saudara menjauh, sementara musuh bertepuk tangan.

Wallahu A’lam

❔❓ Wahai Para aktifis, apakah ini pernah Anda alami?

🍃🌸🌾🌻🌴🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top