Wartawan, Reporter, Redaksi, dan Media Hitam

💦💥💦💥💦💥💦💥

Syahdan, ada seorang pejabat diwawancarai kerumunan wartawan.

“Makanan apa yang bapak sukai?” Tanya seorang wartawan.
“Pada prinsipnya semua makanan saya suka yang penting cocok aja,” jawab si pejabat.
“Apakah Bapak suka gado-gado?” Tanya wartawan lainnya.
Pejabat menjawab, “Maaf saya tidak bisa makan gado-gado, saya kurang sehat …. sudah dulu ya saya ada urusan lagi.” Wawancara pun selesai.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Keesokan harinya muncul berita di stasiun KOMPRES TV: PEJABAT INI ANTI MAKANAN DAERAH.
Sementara stasiun MISRO TV: GADO-GADO TIDAK MASUK SELERA PEJABAT INI.
Ada lagi di portal berita online JENTIKNEWS.COM: LUPA DIRI GADO-GADO PUN DITOLAKNYA.

Padahal pejabat tersebut menolak gado-gado karena asam uratnya parah dan mesti menghindar kacang-kacangan, dan dia sudah menyebut “kurang sehat”.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Di atas hanyalah ilustrasi saja, yang bisa jadi mewakili gambaran yang terjadi pada sebagian media mainstream, khususnya media Islamophobia. Pembunuhan karakter dengan fitnah keji terhadap seseorang yang ditarget untuk dihancurkan reputasinya; baik dia pejabat, politisi, atlet, dan tokoh ulama. Bisa dilakukan dengan memutilasi wawancara atau framing. Kejujuran memang sifat yang mahal dan sulit diraih oleh mereka. Apalagi jika “korban” adalah lawan politik dan lawan ideologi mereka atau lawan pemilik media.
Apa yang mereka lakukan adalah buhtan, kebohongan keji, yang disindir dalam hadits Nabi ﷺ. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:

أَنَّهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ »

Bahwasanya ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah, Apakah ghibah itu?” Beliau bersabda: “Kamu menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang dia tidak suka.” Ditanyakan lagi: “Apa pendapatmu jika pada saudaraku memang seperti yang aku katakan.”
Beliau bersabda: “Jika apa yang kamu katakan memang ada, maka kamu telah menghibahinya. Jika apa yang kamu katakan tidak ada padanya, maka kamu telah melakukan buhtan (kebohongan keji).” (HR. Muslim No. 2589)

Mereka-mereka ini adalah orang-orang bangkrut (muflis), sebagaimana dialog berikut ini:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab,”Muflis itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Muflis dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci ini, menuduh orang lain (tanpa hak), makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang menjadi korbannya akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka (korban) akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim No. 2581)

Dari Hafsh bin ‘Ashim Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia selalu mengatakan setiap apa-apa yang dia dengar. (HR. Muslim No. 6)

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah

🌷☘🌺🌴🍃🌾🌻🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top