Mencium Al Quran untuk Memuliakannya; Terlarangkah?

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:

Pak Ustadz, katanya mencium Al Quran kalau habis dibaca, gak boleh ya? Benar gak ?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:

Dalam hal ini ada beberapa pendapat ulama. Ada yang membid’ahkan, cukup banyak para ulama membolehkan, bahkan menganjurkan, sebagai salah satu bentuk pengagungan kepada Al Quran.

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

اختلف العلماء في تقبيل المصحف فقيل : هو جائز ، وقيل : يستحب تقبيله ، تكريما له ، وقيل : هو بدعة لم تعهد عن السلف

Para ulama berbeda pendapat tentang mencium mushaf, disebutkan: boleh, ada yang bilang: sunah menciumnya dalam rangka memuliakannya, dan dikatakan: itu adalah bid’ah dan tidak ada di masa salaf. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 38/22)

Kita bahas satu persatu.

✅ Pertama. Pihak yang membid’ahkan.

Mereka beralasan perbuatan ini tidak memiliki dasar dalam Al Quran dan As Sunnah, dan tidak pula perbuatan para sahabat Nabi ﷺ.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah menjelaskan:

لا أظنه يصح عن الصحابة, هذا بدعة محدثة أخيراً, والصواب أنها بدعة وأنه لا يقبل, ولا شيء من الجمادات يقبل إلا شيء واحد وهو الحجر الأسود, وغيره لا يقبل, احترام المصحف حقيقة بألا تمسه إلا على طهارة, وأن تعمل بما فيه, تصديقاً للأخبار وامتثالاً لأوامره واجتناباً لنواهيه

Aku kira tidak ada yang shahih dari para sahabat nabi, ini adalah bid’ah yang merebak akhir-akhir ini, yang benar adalah ini bid’ah dan tidak boleh menciumnya, dan tidak ada satu pun benda mati yang dicium kecuali satu saja yaitu Hajar Aswad. Ada pun selainnya, tidaklah dicium. Memuliakan mushaf itu hakikatnya adalah dengan tidak menyentuhnya tanpa bersuci, mengamalkan isinya, membenarkan kabar-kabar di dalamnya, serta menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. (Liqa Baabil Maftuuh, kaset No. 213)

Bahkan, lebih jauh lagi menurutnya perbuatan ini lebih mendekati dosa dibanding pahala. Beliau berkata:

أقول في هذا إن تقبيل المصحف بدعة ليس بسنة والفاعل لذلك إلي الإثم اقرب منه إلي السلامة فضلا عن الأجر فمقبل المصحف لا أجر له لكن هل عليه إثم أو لا نقول أما نيته تعظيم كلام الله فلاشك أنه مأجور عليه لكن التقبيل بدعة لم يكن في عهد الرسول عليه الصلاة والسلام ولم يكن في عهد الصحابة رضى الله عنهم

Aku katakan dalam hal ini bahwa mencium mushaf adalah bid’ah, bukan sunah. Pelakunya lebih dekat mendapatkan dosa dibanding keselamatan, apalagi pahala. Maka, orang yang mencium Al Quran tidaklah mendapatkan pahala, tetapi apakah dia berdosa atau berpahala? Maka, kita katakan bahwa niat orang tersebut mengagungkan firman Allah tidak ragu lagi hal itu berpahala, tetapi mencium mushafnya adalah bid’ah, dan tidak pernah ada di masa Rasulullah ﷺ dan tidak pula di zaman para sahabat Radhiallahu ‘Anhum. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, No. 643)

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani juga mengikuti pendapat yang membid’ahkan. (Kaifa yajibu ‘alaina An Nufassiral Quran, Hal. 11)

Ada pun ulama Malikiyah memakruhkan mencium mushaf. (Al Fawakih Ad Dawani, 2/800, Syarh Mukhtashar Al Khalil, 2/326)

✅ Kedua. Pihak yang membolehkan

Ini adalah pendapat golongan Hanafiyah dan yang terkenal dari Hambaliyah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 13/133)

Pihak yang membolehkan memiliki hujjah sebagai berikut.
Dari Ibnu Abi Malikah, katanya:

كَانَ عِكْرِمَةُ بْنُ أَبِي جَهْلٍ يَأْخُذُ الْمُصْحَفَ فَيَضَعُهُ عَلَى وَجْهِهِ وَيَبْكِي وَيَقُولُ: «كَلَامُ رَبِّي كِتَابُ رَبِّي»

‘Ikrimah bin Abi Jahal Radhiallahu ‘Anhu dahulu mengambil mushaf lalu meletakkan mushaf di atas wajahnya, dia menangis, dan berkata: “Firman Rabbku, Kitab Rabbku.”

(Al Hakim dalam Al Mustadrak, No. 5062, Ad Darimi dalam Musnadnya No. 3393, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2037. Menurut Imam An Nawawi, isnad riwayat ini SHAHIH. Lihat At Tibyan, Hal. 191)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

احتج بهذا الامام أحمد على جواز تقبيل المصحف ومشروعيته

Imam Ahmad berhujjah dengan hadits ini, bolehnya mencium Mushaf dan hal itu disyariatkan. (Al Bidayah wan Nihayah, 7/41)

Apa yang dikatakan Syaikh Ibnu Utsaimin sebelumnya, bahwa hanya ada satu benda

mati yang boleh dicium yaitu Hajar Aswad, adalah pendapat yang bertabrakan dengan kebanyakan ulama terdahulu, berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah:

واستحب بعضهم تقبيل الركن اليماني أيضا فائدة أخرى استنبط بعضهم من مشروعية تقبيل الأركان جواز تقبيل كل من يستحق التعظيم من آدمي وغيره فنقل عن الإمام أحمد أنه سئل عن تقبيل منبر النبي صلى الله عليه و سلم وتقبيل قبره فلم ير به بأسا

Sebagian ulama menyunnahkan mencium rukun Yamani. Faidah yang lain adalah sebagian mereka menyimpulkan bahwa diantara hal yang disyariatkan adalah mencium rukun-rukun itu boleh, dan mencium siapa pun yang berhak dimuliakan dari kalangan manusia dan SELAINNYA. Dinukil dari Imam Ahmad, bahwa Beliau ditanya tentang mencium mimbar Nabi ﷺ dan mencium kuburnya, menurutnya TIDAK APA-APA. (Fathul Bari, 3/475)

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah juga berkata:

ونقل عن بن أبي الصيف اليماني أحد علماء مكة من الشافعية جواز تقبيل المصحف وأجزاء الحديث وقبور الصالحين

Dinukil dari Ibnu Abi Ash Shaif Al Yamaniy, salah satu ulama Mekkah bermadzhab Syafi’iy, tentang bolehnya mencium mushaf, buku-buku hadits, dan kubur orang-orang shalih. (Ibid)

Apa yang dikatakan Imam Ibnu Abi Ash Shaif ini berbeda dengan perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin yang hanya membolehkan satu benda mati saja, Hajar Aswad.

Sementara itu, Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah menyatakan kebolehannya, saat Beliau ditanya orang yang mencium Al Quran setelah Al Qurannya terjatuh. Beliau menjawab:

لا نعلم دليلا على شرعية تقبيله، ولكن لو قبله الإنسان فلا بأس لأنه يروى عن عكرمة بن أبي جهل الصحابي الجليل رضي الله تعالى عنه أنه كان يقبل المصحف ويقول: هذا كلام ربي، وبكل حال التقبيل لا حرج فيه ولكن ليس بمشروع وليس هناك دليل على شرعيته

Kami tidak ketahui adanya dalil syar’iy tentang menciumnya, tetapi seandainya manusia menciumnya maka itu tidak apa-apa. Sebab, telah diriwayatkan dari ‘Ikrimah bin Abi Jahal, seorang sahabat yang mulia Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Beliau mencium mushaf dan berkata: “Ini firman Rabbku.” Apa pun keadaannya, mencium mushaf tidak apa-apa, tapi itu tidak disyariatkan, dan tidak ada dalil syar’i-nya. (Majmu’ Fatawa Ibni Baaz, 9/289)

Dalam fatwanya yang lain, Beliau mengatakan bahwa itu boleh tapi lebih utama ditinggalkan, sebab yang lebih utama adalah membacanya, mentadaburinya, dan mengamalkannya. Berikut ini penjelasannya:

هذا العمل ليس له أصل وتركه أحسن، لأنه ليس عليه دليل، لكن يروى عن بعض الصحابة أنه قبل المصحف وقال: هذا كلام ربي ولا يضر من فعله، لكن ليس عليه دليل وتركه أولى، ولم يفعله النبي صلى الله عليه وسلم ولم يثبت عن الصحابة إنما يروى عن عكرمة، قد يصح أو لا يصح فالترك أولى لعدم الدليل، المهم العمل به والتلاوة والإكثار من القراءة والعمل، هذا المهم وهذا الواجب فالإنسان عليه أن يكثر من قراءة القرآن ويتدبر ويعمل هذا هو المطلوب منه

Perbuatan ini tidak memiliki dasar dan meninggalkannya lebih baik. Sebab, perbuatan ini tidak ada dalilnya, tetapi diriwayatkan dari sebagian sahabat bahwa adanya mencium mushaf, dan dia berkata: “Ini firman Rabbku,” dan tidak apa-apa bagi siapa pun yang melakukannya, tetapi tidak ada dalilnya dan meninggalkannya lebih utama.
Hal ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ dan tidak ada yang shahih dari para sahabat, tapi ini hanyalah riwayat dari ‘Ikrimah, baik shahih atau tidak shahih, tetap lebih utama ditinggalkan karena ketiadaan dalilnya.
Yang terpenting adalah mengamalkannya dan membacanya, dan memperbanyak membaca dan mengamalkannya inilah yang penting dan wajib. Maka, manusia hendaknya memperbanyak membaca Al Quran, mentadaburinya dan mengamalkannya. Itulah yang diperintahkan. (Majmu’ Fatawa Ibni Baaz, 24/399)

✅ Ketiga. Pihak yang menyunnahkannya

Imam Badruddin Az Zarkasi Rahimahullah mengatakan bahwa perbuatan ini adalah mustahab (perkara yang disukai/sunah), katanya:

ويستحب تقبيل المصحف لأن عكرمة بن أبي جهل كان يقبله وبالقياس على تقبيل الحجر الأسود ولأنه هدية لعباده فشرع تقبيله كما يستحب تقبيل الولد الصغير وعن أحمد ثلاث روايات الجواز والاستحباب والتوقف

Disunahkan mencium mushaf, karena ‘Ikrimah bin Abi Jahal dahulu pernah menciumnya, dan berdasarkan qiyas terhadap mencium Hajar Aswad, karena hal itu merupakan hadiah bagi hamba-hambaNya

, maka disyariatkan menciumnya, sebagaimana disukainya mencium anak kecil. Ada pun dari Imam Ahmad ada tiga riwayat: Boleh, Sunah, dan tawaquf (no coment). (Al Burhan fi ‘Ulumil Quran, Hal. 478)

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

فقد ذهب بعض أهل العلم إلى استحباب تقبيل المصحف قال النووي في التبيان في آداب حملة القرآن روينا في مسند الدارمي بإسناد صحيح عن أبي مليكة : أن عكرمة بن أبي جهل كان يضع المصحف على وجهه ويقول: كتاب ربي كتاب ربي

Sebagian ulama mengatakan sunahnya mencium mushaf. Berkata An Nawawi dalam At Tibyan: “Kami meriwayatkan dalam Musnad Ad Darimi dengan sanad yang shahih, dari Ibnu Abi Malikah bahwa ‘Ikrimah bin Abi Jahal dahulu meletakkan mushaf di wajahnya dan berkata: “Kitab Rabbku, kitab Rabbku.” (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 115995)

Demikian masalah ini. Jadi mayoritas ulama tidak mempermasalahkannya, tapi ada hal yang disepakati oleh mereka bahwa memuliakan Al Quran itu adalah dengan membacanya dengan penuh tata krama, memahaminya, dan mengamalkannya.

Wallahu A’lam

☘🌸🌺🌴🍃🌷🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Hukum Membungkuk Kepada Manusia

▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalaamu’alaikum, saya Arief ingin menanyakan bagaimana hukumnya membungkukkan badan ala Jepang dalam latihan beladiri Karate, Tae Kwondo, Aikido, Ju Jitsu, apakah diharamkan atau tidak ? Terima kasih.(Arief)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim ..

Membungkuk seperti ruku’ kepada makhluk itu terlarang, walau tidak berniat menyembah. Maka lihat saja bagaimana cara sungkeman itu.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, Beliau berkata:

يا رسول الله أينحني بعضنا لبعض ؟ : قال ( لا ) . قلنا أيعانق بعضنا بعضا ؟ : قال ( لا . ولكن تصافحوا )

Wahai Rasulullah, apakah kami mesti membungkuk terhadap yang lain? Beliau menjawab: “Tidak.” Kami bertanya: “Apakah kami mesti berpelukan?” Beliau menjawab: “Tidak, tetapi berjabat tanganlah.” (HR. Ibnu Majah No. 3702, Ath Thahawi dalam Syarh Ma’anil Aatsar No. 6398, Abu Ya’la No. 4287, Al Bazzar No. 7360)

Hadits ini pada dasarnya dhaif, seperti kata Syaikh Husein Salim Asad dalam Tahqiqnya atas Musnad Abi Ya’la. (No. 4287). Namun karena ada tiga jalur lain yang menjadi mutaba’ah (menguatkan) yakni jalur Syu’aib bin Al Habhab, jalur Katsir bin Abdullah, dan jalur Al Mahlab bin Abi Shufrah, maka menurut Syaikh Al Albani hadits ini HASAN. (As Silsilah Ash Shahihah No. 160)

Apakah makna larangan ini? Para ulama terbagi menjadi dua pendapat antara mengharamkan dan memakruhkan.

Imam Ibnu ‘Allan, seorang ulama madzhab Syafi’i, berkata:

ومن البدع المحرمة الانحناء عند اللقاء بهيئة الركوع

Termasuk bid’ah diharamkan adalah penghormatan saat berjumpa dengan cara membungkuk.

(Dalilul Falihin, 6/181)

Imam Al Bujairimi Asy Syafi’iy berkata:

الانحناء لمخلوق كما يفعل عند ملاقاة العظماء حرام عند الإطلاق أو قصد تعظيمهم لا كتعظيم الله، وكفر إن قصد تعظيمهم كتعظيم الله تعالى

Membungkuk kepada makhluk, sebagaimana yg dilakukan saat berjumpa dgn para pejabat adalah haram secara mutlak. Atau untuk memuliakan mereka, walau tidak seperti mengagungkan Allah. Jika sampai seperti mengagungkan Allah maka itu kafir.

(Hasyiyah Al Bujairimi ‘Alal Khathib, 4/241)

Sebagian ulama memakruhkan, tidak sampai mengharamkan.

Tertulis dalam Al Fatawa Al Hindiyah:

الانحناء للسلطان أو لغيره مكروه لأنه يشبه فعل المجوس

Membungkuk kepada raja atau SELAINNYA adalah makruh. Karena itu menyerupai perilaku Majusi. (Al Fatawa Al Hindiyah, 5/369)

Imam Asy Syarbiniy berkata:

يكره حني الظهر مطلقا لكل أحد من الناس , وأما السجود له فحرام

Dimakruhkan membungkukan punggung secara mutlak kepada siapa pun, ada pun sujud kepadanya haram.

(Mughni Al Muhtaj, 4/218)

Apa pun hukumnya, maka hindari membungkuk, merunduk, jongkok, kepada makhluk walau untuk penghormatan.

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shalallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Bekerja di Bank Konvensional

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum wr.wb ustd maaf sebelumnya saya mau tanya teman saya ada yang bekerja di bank konvensional..akhir2ini karena ia ikut halaqoh ia mulai risau dengan pekerjaanya ini..ia per usia 30 th dan bl menikah ust yg jd pwrtanyaan saya bagai mana sebenarnya bank konvensional dalam islam dan apakah mungkin ust ada kaitanya jodoh yang tak kunjung datang dengan pekerjaanya ini..jzklh ust dan di tunggu pencerahanya ust..
(+62 852-6153-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim ..

Bank konvensional, alias bank ribawi, tentu dibangun atas dasar sistem yg ribawi pula. Maka, aktifitas berupa mencatat, saksi, memakan hasilnya, dan memberikan riba adalah terlarang.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba…” (QS. Ali ‘Imran: 130)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا هُنَّ قَالَ … وَأَكْلُ الرِّبَا …

“Jauhilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan.” Mereka bertanya: “Apa saja itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: (Salah satunya) .. memakan riba .. (HR. Al Bukhari No. 2766, Muslim No. 89)

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

هذا تصريح بتحريم كتابة المبايعة بين المترابيين والشهادة عليهما وفيه تحريم الاعانة على الباطل والله أعلم

Ini merupakan penjelasan keharaman penulisan transaksi antara para pelaku riba, juga menjadi saksinya, dan dalam hadits ini terdapat pengharaman memberikan bantuan terhadap kebatilan. Wallahu A’lam.

(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 11/26)

Sebagian ulama ada yang memberikan “keringanan”, yaitu jika dia bekerja di bank konvensional tapi tidak langsung bersentuhan dengan proses ribanya maka tidak apa-apa. Seperti tukang servic AC, Office Boy, security, dan sejenisnya.

Berikut ini saya lampirkan fatwa cukup bagus dari Mufti Kerajaan Jordania, Syaikh Nur ‘Ali Salmaan Rahimahullah:

العمل في البنوك الربوية فيه تفصيل تابع لصفة العمل المقصود:
1- فإذا كان عمل الموظف في البنك الربوي بعيدا عن مباشرة الفوائد الربوية، وليس فيه إعانة مباشرة عليها: فلا بأس في عمله ولا حرج.

2- أما إذا كان عمل الموظف في البنك الربوي مباشرا للفوائد الربوية، وفيه إعانة عليها: فلا يجوز له ذلك، لقول الله عز وجل: (وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثم وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ) المائدة/ 2.

وفي صحيح مسلم عن جابر رضي الله عنه قال: (لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ) يقول الإمام النووي رحمه الله: “فيه تحريم الإعانة على الباطل” انتهى. “شرح مسلم” (11/26)

والاعتذار عن العمل الحرام بنية تجميع الأموال والانتقال إلى عمل آخر مباح اعتذار مردود، فالمال المحرم لا يبارك الله فيه، والنية لا تقلب العمل المحرم حلالا، واللعن الوارد في الحديث لكل من أعان على الربا يوجب على المسلم التوقف والتأمل، إن كان يرضى أن يحشره الله في زمرة الملعونين، أم في زمرة التائبين العابدين.

وأخيرا نذكركم أن الله عز وجل يقول: (وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً) الطلاق/2-3. والله أعلم.

Bekerja di Bank Ribawiyah (konvensional) ada perincian hukumnya sesuai sifat pekerjaan yang dimaksud:

1. Jika pekerjaan pegawai bank ribawi tersebut jauh dari berhubungan langsung dengan bunga bank, tidak ada aktifitas i’anah (membantu) secara langsung maka TIDAK APA-APA, tidak masalah

2. Jika pekerjaan pegawai bank ribawi tersebut langsung berhubungan dengan bunga bank maka di dalamnya ada aktifitas membantu secara langsung maka TIDAK BOLEH baginya kerja di situ.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Janganlah saling menolong dalam dosa dan pelanggaran. (QS. Al Maidah: 2)

Dalam Shahih Muslim, dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya, dan dua ornag saksinya.” Beliau bersabda: “Semuanya sama.”

Imam An Nawawi berkata: “Pada hadits ini menunjukkan HARAMNYA membantu kebatilan.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 11/26)

Beralasan bahwa bekerja di tempat haram dengan niat mengumpulkan harta dulu dan pindah ke pekerjaan lain yang halal adalah alasan yang tertolak. Sebab harta yang haram tidak diberkahi Allah Ta’ala. Dan niat itu tidaklah mengubah suatu yg haram menjadi halal.

Kata laknat dalam hadits berlaku bagi semua bentuk pertolongan atas riba dan wajib setiap muslim untuk tunduk dan memperhatikannya. Jika dia ridha terhadap riba, maka Allah akan mengumpulkannya bersama orang-orang yang dilaknat. Ataukah dia mau dikumpulkan bersama orang-orang bertaubat.

Terakhir, kami ingatkan Anda dengan sebuah firman Allah Ta’ala:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaq: 2-3). Wallahu a’lam

Mufti: Syaikh Nuur ‘Ali Salmaan (mufti umum Darul Ifta)

(Fatwa No. 467)

Demikian. Jawaban saya atas masalah ini.

Ada pun apakah terhalangnya jodoh karena bekerja di bank konvensional? Wallahu a’lam. Para ulama menjelaskan -seperti Imam Ibnul Qayyim- bahwa maksiat termasuk penghalang rezeki, dan salah satu jenis rezeki dan nikmat hidup adalah pernikahan. Di sisi lain, kita lihat banyak orang yang hidupnya bergelimangan riba tapi baik-baik saja, juga memiliki istri dan anak-anak. Ini bisa jadi istidraj bagi mereka. Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada orang yang jauh dariNya yang sebenarnya itu hanyalah penundaan azab baginya, dengan istidraj ini menguji manusia apakah dia bertaubat atau semakin jauh.

Demikian. Semoga bermanfaat.

Wa Shalallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Dzikrul Maut – Mengingat Kematian

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa pasti merasakan kematian .. (QS. Ali Imran: 185)

Ayat lainnya:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh … (QS. An Nisa: 78)

📌 Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu datang seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu dia mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian berkata:

“Wahai Rasulullah, mu’min apakah yang paling utama?”

Beliau bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.”

Dia berkata lagi: “Mu’min apa yang paling cerdas?”

Beliau bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang terbaik persiapannya terhadap hari setelah kematian. Merekalah orang-orang cerdas.”

(HR. Ibnu Majah No. 4259, Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 7993, Al Bazzar dalam Musnadnya No. 6175. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah No. 1384)

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Perbanyaklah mengingat pemutus semua kenikmatan, yakni kematian. (HR. At Tirmidzi No. 2307, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 4258, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 1950, Ibnu Hibban No. 2992)

✅ Mintalah Husnul Khatimah

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

“Janganlah kalian mengharapkan kematian lantaran buruknya musibah yang menimpa, sekali pun ingin melakukannya, maka berdoalah: “Allahumma Ahyini Maa Kaanat Al Hayatu Khairan Liy, wa Tawaffani Idza Kaanat ý Wafaatu Khairan Liy (Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan itu adalah baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika memang wafat itu baik bagiku).”

(HR. Bukhari No. 5990, Muslim No. 2680, At Tirmidzi No. 970, Ibnu Hibban No. 968, Abu Ya’la No. 3799, 3891, Ahmad No. 13579 )

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

Barang siapa yang berdoa kepada Allah meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan sampaikan dia pada derajat syuhada walau dia mati di atas ranjangnya.

(HR. Muslim No. 1909)

Umar Radhiallahu ‘Anhu berdoa:

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ

Ya Allah, rezekikanlah aku mati syahid di jalanMu, dan jadikanlah kematianku di negeri rasulMu.

(HR. Bukhari No. 1890)

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi was Salam. Wallahu A’lam

🌸🌺🌴☘🌻🌾🌾🍃


🌾🌷 Kematian Yang Mulia 🌷🌾

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah berkata:

احرصوا على الموت توهب لكم الحياة واعلموا أن الموت لابدَّ منه، وأنه لا يكون إلا مرةً واحدةً، فإن جعلتموها في سبيل الله كان ذلك ربحَ الدنيا وثوابَ الآخر

Bersungguh-sungguhlah dalam mempersiapkan kematian yang telah diberikan oleh kehidupan kepadamu. Ketahuilah bahwa kematian itu keniscayaan. Tidaklah terjadi kecuali hanya sekali. Maka, sungguh jika kalian menjadikan kematian itu fisabilillah maka itu merupakan keuntungan di dunia dan mendapatkan balasan di akhirat.

📚 Aqwaal Hasan Al Banna

☘🌷🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top