Hukum Zakat Uang Dibayar dengan Barang

▪▪▪▪▫▫▫▫

PERTANYAAN:

Aziz Aziz:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Izin bertanya bolehkah zakat mal pakai barang misal sarung..atau makanan misal sirop, gula dll dan dikemas dalam bentuk parcell..?

🙏🙏🙏🙏🙏

JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Pada dasarnya tidak boleh menyerahkan zakat dgn cara mengubah zakat uang, dengan barang-barang yang kita anggap bermanfaat bagi penerimanya. Sebab uang lebih bermanfaat, dan mustahiqlah yg lebih tahu apa yang dibutuhkan dirinya. KECUALI jika memang benar-benar sangat diperlukan dan beralasan (misal mustahiqnya tidak pandai memakai uang, hanya dibelikan rokok saja), maka boleh diserahkan dalam wujud barang, baik makanan dan lain-lain.

Syaikh Utsaimin Rahimahullah ditanya:

“هل يجوز تحويل مبلغ الزكاة إلى مواد عينية غذائية وغيرها فتوزع على الفقراء؟”

Apakah boleh mengubah zakat menjadi barang2 kebutuhan pokok dan selainnya, lalu diberikan ke kaum fakir?

فأجاب :

” لا يجوز، الزكاة لا بد أن تدفع دراهم… “. انتهى

Jawaban:

Tidak boleh, zakat itu harus dibayar dengan dirham (uang).

(Al Liqa Asy Syahri, 12/41)

Beliau juga berkata:

” زكاة الدراهم لابد أن تكون دراهم ، ولا تخرج من أعيان أخرى إلا إذا وكلك الفقير فقال : إن جاءك لي دراهم فاشتر لي بها كذا وكذا ، فلا بأس … “. انتهى

Zakat dirham harus dikeluarkan dalam bentuk dirham, tidak boleh dalam bentuk materi lain, KECUALI jika anda menjadi wakil orang fakir (mustahiq), dan berkata: “Jika anda membawa dirham (bayar zakat), BELIKANLAH ini dan ini, .. begini tidak masalah.”

(Majmu’Fatawa wa Rasail, 18/303)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:

إذا كان هناك فقير معين ، يحتاج إما إلى دواء أو غذاء ، أو نحو ذلك من احتياجاته ، ويعلم أنه سيترتب على صرف الزكاة له نقوداً مفسدة واضحة ، أو كانت المصلحة تقتضي عدم إعطاء ذلك الفقير النقود ، ففي هذه الحال أجاز بعض العلماء صرفها له مواد عينية بدلاً من النقود

Jika ada orang fakir tertentu yang butuh obat atau makanan, atau kebutuhan lainnya, dan diketahui bahwa jika dia dizakati dengan uang akan merusak uangnya secara jelas, dalam keadaan seperti ini sebagian ulama MEMBOLEHKAN MENGGANTI UANG DENGAN BARANG-BARANG.

Beliau juga berkata:

والخلاصة : أن إخراج السلع والمواد العينية بدلا من زكاة المال لا تجوز ولا تجزئ ، إلا إذا وجدت الحاجة والمصلحة الداعية لذلك .

Kesimpulan: mengeluarkan barang atau materi untuk mengganti zakat mal adalah TIDAK BOLEH dan TIDAK SAH, KECUALI jika anda dapatkan adanya keperluan untuk itu, dan adanya maslahat yang mengharuskannya.

(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 138684)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Kapan Waktu Membayar Fidyah?

▪▫▪▫▪▫▪▫

Bismillahirrahmanirrahim …

Membayar fidyah, boleh dilakukan perhari yaitu setelah terbenamnya matahari di hari dia tidak puasa. Boleh pula setelah berakhirnya bulan Ramadhan, dia mentotalnya. Yg tidak boleh adalah membayar fidyah diawal bulan alias menyegerakannya, seolah dia mengutamakan fidyah dibanding kewajiban puasanya.

Imam Syihabuddin Ar Ramliy mengatakan:

ويتخير في إخراجها بين تأخيرها وبين إخراج قيمة كل يوم فيه أو بعد فراغه، ولا يجوز تعجيل شيء منها لما فيه من تقديمها على وجوبه . انتهى

Dia boleh memilih dalam mengeluarkan fidyahnya, antara mengakhirkannya atau dia membayarkan harga (uang) untuk tiap-tiap harinya, atau setelah selesainya. Tidak boleh baginya menyegerakan fidyah, sebab itu sama juga mendahului fidyah diatas kewajiban puasanya.

(Fatawa Ar Ramli, 2/74)

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

وعليه فأنت مخير بين أن تخرجَ فديةَ كل يوم على حدة بعد استباحة فطره وبين أن تخرج الفدية عن جميع الشهر بعدَ انقضائه

Atas dasar itu, maka anda bisa memilih mengeluarkan fidyah tiap hari secara masing-masing, setelah dibolehkannya berbuka.

Bisa juga mengeluarkan fidyah sepanjang bulan setelah selesai (Ramadhan).

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 116475)

Dalam fatwa lain Beliau berkata:

وأما إخراجها فيكون بعد رمضان، أو إخراج فدية كل يوم بعد دخول ليلته والأفضل بعد طلوع فجره

Ada pun mengeluarkan fidyah setelah Ramadhan atau setiap hari setelah masuknya malam hari, lebih afdol adalah setelah terbitnya fajar.

(Ibid, no. 77217)

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

Farid Nu’man Hasan

Hukum Shalat Di Hijr Ismail

▪▪▪▪▫▫▫▫

PERTANYAAN:

Bagaimana hukum shalat di Hijr Ismail..? Bukannya itu masih masuk dlm area Ka’bah..? (+62 823-2846-5372)

JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Hijr Ismail adalah bagian dari ka’bah. Shalat di Hijr Ismail adalah boleh menurut semua ulama, bahkan itu hal yang mustahab (disukai), khususnya shalat sunnah.

Hal ini berdasarkan hadits berikut:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ فَنَزَلَ بِفِنَاءِ الْكَعْبَةِ وَأَرْسَلَ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ طَلْحَةَ فَجَاءَ بِالْمِفْتَحِ فَفَتَحَ الْبَابَ قَالَ ثُمَّ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِلَالٌ وَأُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ وَعُثْمَانُ بْنُ طَلْحَةَ وَأَمَرَ بِالْبَابِ فَأُغْلِقَ فَلَبِثُوا فِيهِ مَلِيًّا ثُمَّ فَتَحَ الْبَابَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَبَادَرْتُ النَّاسَ فَتَلَقَّيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجًا وَبِلَالٌ عَلَى إِثْرِهِ فَقُلْتُ لِبِلَالٍ هَلْ صَلَّى فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ أَيْنَ قَالَ بَيْنَ الْعَمُودَيْنِ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ قَالَ وَنَسِيتُ أَنْ أَسْأَلَهُ كَمْ صَلَّى

Dari Ibnu Umar ia berkata; Ketika Rasulullah ﷺ tiba di Makkah di hari penaklukannya, beliau turun di halaman Ka’bah dan menyuruh Utsman bin Thalhah mengambil kunci, lalu dibukanya pintu Ka’bah. Kemudian masuklah Nabi ﷺ disusul Bilal, Zaid dan Utsman bin Thalhah. Kemudian pintu Ka’bah pun di tutup, lalu mereka tinggal di dalam beberapa saat lamanya. Dan setelah Usman membuka pintu, kata Abdullah, aku segera mendahului orang banyak menemui Rasulullah ﷺ. Beliau keluar dengan diiringi Bilal, maka aku pun bertanya kepada Bilal, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunaikan shalat di dalam?” Bilal menjawab, “Ya.” Aku bertanya lagi, “Di mana?” Bilal menjawab, “Di antara dua tiang.” Ibnu Umar berkata; Aku lupa untuk menanyakan berapa lama beliau shalat.

(HR. Muttafaq ‘Alaih)

Dari sini para ulama nyatakan bolehnya shalat di dalam ka’bah, begitu pula Hijr Ismail, karena dia bagian dari ka’bah.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahumallah menjelaskan:

وتصح النافلة في الكعبة وعلى ظهرها . لا نعلم فيه خلافا ; لأن النبي صلى الله عليه وسلم صلى في البيت ركعتين

Shalat Sunnah sah di dalam ka’bah dan di atas punggungnya. Kami tidak ketahui adanya perbedaan pendapat dalam hal ini, karena Nabi ﷺ shalat di dalamnya sebanyak dua rakaat.

(Al Mughni, 1/406)

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah mengatakan:

الصلاة في حجر إسماعيل مستحبة ; لأنه من البيت ، وقد صح عن النبي – صلى الله عليه وسلم – : أنه دخل الكعبة عام الفتح وصلى فيها ركعتين متفق على صحته من حديث ابن عمر – رضي الله عنهما – عن بلال – رضي الله عنه -.
وقد ثبت عنه – صلى الله عليه وسلم – أنه قال لعائشة – رضي الله عنها – لما أرادت دخول الكعبة : صلي في الحجر فإنه من البيت

Shalat di Hijr Ismail adalah sunnah, karena itu termasuk al bait (ka’bah). Telah Shahih dari Rasulullah ﷺ bahwa Beliau masuk ke ka’bah di tahun Fathu Makkah dan shalat dua rakaat di dalamnya. Keshahihannya telah disepakati, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dari Bilal Radhiyallahu ‘Anhu.

Telah Shahih dari Rasulullah ﷺ bahwa Beliau berkata kepada Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, saat dia masuk ke Ka’bah: “Shalatlah di Hijr, sebab dia bagian dari Ka’bah.”

(Majmu’ Fatawa, 11/389)

Ada pun shalat wajib, terjadi perbedaan pendapat di antara para imam.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahumallah menjelaskan:

ولا تصح الفريضة في الكعبة , ولا على ظهرها . وجوزه الشافعي وأبو حنيفة ; لأنه مسجد , ولأنه محل لصلاة النفل , فكان محلا للفرض , كخارجها . ولنا : قول الله تعالى ( وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره ) والمصلي فيها أو على ظهرها غير مستقبل لجهتها , والنافلة مبناها على التخفيف والمسامحة , بدليل صلاتها قاعدا , وإلى غير القبلة , في السفر على الراحلة “.

Tidak sah shalat wajib di dalam ka’bah, begitu pula di atas punggung ka’bah. Sementara, Imam Asy Syafi’iy dan Imam Abu Hanifah membolehkannya, sebab itu masjid, dan itu adalah tempat shalat sunnah maka itu shalat wajib juga sebagaimana bagian luarnya.

Bagi kami (Hambaliyah): Allah Ta’ala berfirman: “Di mana pun saja kamu berada, hadapkanlah wajah kamu ke arah itu”, maka tempat shalat di dalamnya atau di atasnya tidaklah mengarah ke arah itu. Sedangkan shalat sunnah lebih ringan dan fleksibel, dalilnya adalah shalat sunnah boleh duduk, dan boleh menghadap ke selain kiblat saat shalat di atas kendaraan.

(Al Mughni, 1/406)

Demikianlah. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Kontroversi Dzikir dan Shalawat di Sela-Sela Tarawih

▪▪▪▪▫▫▫▫

Bismillahirrahmanirrahim ..

Masalah ini memang diperselisihkan ulama sejak dahulu sampai sekarang.

Imam Al Kasani Rahimahullah mengatakan:

ومنها -أي سنن صلاة التراويح- أن الإمام كلما صلى ترويحة قعد بين الترويحتين قدر ترويحة يسبح، ويهلل ويكبر، ويصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ويدعو وينتظر أيضا بعد الخامسة قدر

Di antara Sunnah2 shalat tarawih adalah bahwa imam di tiap shalat tarawih dia duduk di antara dua shalat, dia bertasbih, tahlil, takbir, BERSHALAWAT atas Nabi ﷺ, berdoa, dan menunggu juga setelah yg shalat yg kelima seukuran sekali rehat, sebab hal ini adalah warisan kaum salaf. Ada pun istirahat setelah lima kali salam apakah ini disunnahkan? Sebagian katakan: YA, sebagian lain mengatakan tidak sunnnah, dan inilah yang benar, sebab itu menyelisihi perilaku kaum salaf.

(Bada’i Ash Shana’i, 1/290)

Imam Ibnu Hajar Al Haitami ditanya tentang shalawat ditiap-tiap setelah shalat tarawih, Beliau mengatakan bahwa itu bid’ah jika dilakukan karena mengkhususkannya, tapi tidak apa-apa bagi yang tidak mengkhususkannya, Beliau mengatakan:

الصلاة في هذا المحل بخصوصه لم نر شيئاً في السنة ولا في كلام أصحابنا فهي بدعة ينهى عنها من يأتي بها بقصد كونها سنة في هذا المحل بخصوصه دون من يأتي بها لا بهذا القصد، كأن يقصد أنها في كل وقت سنة من حيث العموم بل جاء في أحاديث ما يؤيد الخصوص إلا أنه غير كاف في الدلالة لذلك. انتهى

Bershalawat pada posisi ini secara khusus, kami belum melihat ini sebagai sunnah, tidak pula kami melihat ini sebagai perkataan sahabat-sahabat kami (Syafi’iyah). Maka, ini adalah bid’ah yang terlarang bagi yang mengkhususkannya, tapi bukan bagi yang melakukannya dgn tidak mengkhususkannya.

(Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubra, 1/186)

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

وأما التهليل والتسبيح والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ونحو ذلك من أنواع الذكر بعد كل ركعتين في صلاة التراويح أو بعد كل أربع فمحل خلاف بين أهل العلم رحمهم الله تعالى، فمنهم من استحبه ومنهم من أجازه ومنهم من عده بدعة منهيا عنها

Ada pun tahlil, tasbih, shalawat kepada Rasulullah ﷺ, dan dzikir lainnya, setelah tiap-tiap dua rakaat tarawih, atau empat rakaat, adalah zona khilafiyah para ulama Rahimahullah, di antara mereka ada yang menyunnahkan, membolehkan, dan ada juga yg menilainya bid’ah terlarang.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 69133)

Maka, lapang dada saja. Bagi yang meyakini itu ada, maka silahkan jalankan penuh khidmat jangan sampai dijadikan gurauan. Jangan ingkari yang lain.

Bagi yang meyakini itu tidak ada, silahkan jalankan keyakinannya. Jangan pula ingkari yang lain pendapat.

Imam Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah

إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه

“Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.

(Imam Abu Nu’aim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top