Kemarau, Saat Tepat Sedekah Air

💢💢💢💢💢💢💢💢

Diberitakan sudah 29 propinsi kekeringan. Bagi yang masih punya air, maka ini saat yang tepat sedekah terbaik: memberikan air.

عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ

Dari Sa’d bin ‘Ubadah dia berkata:

“Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama?”

Beliau menjawab: “Memberi air.”

(HR. Ibnu Majah no. 3684. An Nasa’i no. 3664. Dishahihkan oleh Ibnu Hubban dan Ibnu Khuzaimah)

Memberikan air sama juga memberikan “kehidupan”, sebab kehidupan manusia baru berjalan dengan normal dengan air. Keperluan untuk masak, minum, MCK, dan sebagainya yang merupakan rutinitas utama manusia.

Imam Abul Hasan As Sindi Rahimahullah mengatakan, air sebagai sedekah terbaik di saat itu karena saat itu sedang kekurangan air. (Hasyiah As Sindi ‘ala Sunan An Nasa’ i, 6/255)

Ada pula yang memaknai secara tekstual, bahwa air adalah sedekah paling utama bukan karena saat itu sedang kemarau, seperti ucapan Ibnul Anbari: “Sedekahlah dengan air, karena itu adalah sedekah yang paling utama.” (Hasyiah As Sindi ‘ala Sunan Ibni Majah, 2/349)

Wa Shallallahu’ ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam.

🌷🌿🌸🍃🌵🌵🌺🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Membaca Surat Al ‘Ashr di Akhir Majelis Atau Pertemuan

💢💢💢💢💢💢💢

Sejak kecil, di surau-surau diajarkan guru ngaji bahwa di akhir majelis kita membaca surat Al ‘Ashr. Sebagian manusia bertanya: Apakah ini ada dasarnya? Ataukah ini kebiasaan saja di negeri kita?

Ketahuilah.. membaca surat Al ‘Ashr adalah kebiasaan yang terjadi di masa sahabat Nabi ﷺ. Kita meyakini yang mereka lalukan tentunya bukan bid’ah, dan betapa jauh mereka dari bid’ah. Apalagi Allah Ta’ala telah memuji mereka sebagai generasi terbaik (khairu ummah), Rasulullah ﷺ pun memuji mereka sebagai manusia-manusia terbaik.

Abu Madinah Radhiallahu ‘Anhu menceritakan:

كَانَ الرَّجُلانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَيَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَقْرَأَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ : ” وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ” ، ثُمَّ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ

Dahulu dua orang sahabat Nabi ﷺ jika berjumpa, mereka tidak akan berpisah sampai salah satu dari mereka membaca kepada yang lainnya surat: “Wal ‘Ashr, innal insaana lafiy Khusr”, kemudian yang satu salam atas yang lainnya.

(Imam Abu Daud, Az Zuhd no. 417, Imam Ath Thabarani, Al Awsath, 5/215, Imam. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, 6/501)

Imam Al Haitsami mengatakan: “Seluruh perawinya adalah perawi Shahih.” (Majma’ Az Zawaid, 10/233)

Dari atsar ini, ada dua pelajaran:

1. Dianjurkan mengucapkan salam saat berpisah dari sebuah pertemuan atau majelis. Hal ini sama dengan saat awal berjumpa.

2. Salah satu kebiasaan para sahabat Nabi ﷺ adalah membaca surat Al ‘Ashr sebelum berpisah.

Syaikh Al Albani Rahimahullah, setelah menyatakan keshahihan atsar ini, Beliau mengatakan:

التزام الصحابة لها. وهي قراءة سورة (العصر) لأننا نعتقد أنهم أبعد الناس عن أن يحدثوا في الدين عبادة يتقربون بها إلى الله إلا أن يكون ذلك بتوقيف من رسول الله صلى الله عليه وسلم قولاً ، أو فعلاً ، أو تقريراً ، ولِمَ لا ؟ وقد أثنى الله تبارك وتعالى عليهم أحسن الثناء ، فقال : (وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ) التوبة/100

Kebiasaan para sahabat terhadap surat tersebut, yaitu membaca surat Al ‘Ashr (saat berpisah). Kita meyakini bahwa mereka adalah manusia yang paling jauh dari mengada-ngada dalam urusan agama dan ibadah yang dengannya mereka bertaqarrub kepada Allah. Kecuali apa yang mereka dapatkan merupakan penerimaan dari apa yang Nabi ﷺ lakukan, atau katakan, atau persetujuannya. Bagaimana tidak? Allah Ta’ala telah memuji mereka dengan pujian yang terbaik, dalam firmanNya:

Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.

(QS. At-Taubah, Ayat 100)

(As Silsilah Ash Shahihah no. 2648)

Maka, tidak dibenarkan jika ada yang menuduh membaca surat Al ‘Ashr di akhir majelis adalah sebuah bid’ah.

Demikian. Wallahu A’lam

🌷🍁🌻🍃🌸🌿🌳🍀

✍ Farid Nu’man Hasan

Surat yang Memebaskan dari Azab Kubur

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

❓ PERTANYAAN:

Seorang khatib berkata “ada di kitab fiqih, jika seorang mayit dibacakan surat AlQadr 7x saat akan dikuburkan, maka akan bebas dari azab kubur”.
benarkah demikian ustadz?

💡 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Dalam hadits, surat yang bila dibaca bisa membebaskan pembacanya dari adzab kubur adalah surat Al Mulk.

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:

من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب

“Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al-Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur). Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasa’i dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)

Ini yang ada dalam Sunnah. Sepertinya apa yang disampaikan oleh khathib tersebut adalah pendapat ulama fiqih, Imam Ahmad bin Ujail. Bukan dr hadits.

Demikian. Wallahu a’lam

🍃🌻🌸🌺☘🌷🌾🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

Amal Orang Hidup Yang Masih Bermanfaat Bagi Orang Wafat

💢💢💢💢💢💢💢

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan:

أما ما ينتفع به من أعمال البر الصادرة عن غيره فبيانها فيما يلي:

Ada pun amal kebaikan yang dilakukan orang lain yang bermanfaat bagi mayit adalah sebagai berikut:

1 – الدعاء والاستغفار له، وهذا مجمع عليه لقول الله تعالى: (والذين جاؤا من بعدهم يقولون: ربنا اغفر لنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان، ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا، ربنا إنك رؤوف رحيم) ، وتقدم قول الرسول صلى الله عليه وسلم: ” إذا صليتم على الميت فأخلصوا له الدعاء ” وحفظ من دعاء رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” اللهم اغفر لحينا وميتنا ” ولا زال السلف والخلف يدعون للاموات ويسألون لهم الرحمة والغفران دون إنكار من أحد

1. Berdoa dan istighfar untuknya

Ini telah menjadi ijma’ (konsensus), berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan An¡ar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr: 10)

Dan sabda Rasulullah ﷺ:

“Jika kalian menyalatkan mayit maka khususkanlah doa baginya.”

Dan doa yang Rasulullah ﷺ senantiasa jaga: “Ya Allah ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan yang sudah wafat di antara kami.”

Kaum salaf dan khalaf terus menerus mendoakan orang yang sudah wafat, memohonkan rahmat dan ampunan, dan tidak ada satu pun manusia yang mengingkari.

2 – الصدقة: وقد حكى النووي الاجماع على أنها تقع عن الميت ويصله ثوابها سواء كانت من ولد أو غيره، لما رواه أحمد ومسلم وغيرهما عن أبي هريرة: أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم: إن أبي مات وترك مالا ولم يوص، فهل يكفر عنه أن أتصدق عنه؟ قال: ” نعم “.
وعن الحسن عن سعد بن عبادة أن امه ماتت.
فقال: يارسول الله: إن أمي ماتت، أفأتصدق عنها؟ قال: ” نعم “.
قلت: فأي الصدقة أفضل؟ قال: ” سقي الماء ” قال الحسن: فتلك سقاية آل سعد بالمدينة.
رواه أحمد والنسائي وغيرهما.
ولا يشرع إخراجها عند المقابر، ويكره إخراجها مع الجنازة.

2. Sedekah

Imam An Nawawi Rahimahullah telah menceritakan adanya ijma’, bahwa sedekah itu boleh atas mayit, dan sampai pahalanya, baik dari anaknya atau orang lain.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ahmad, Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang laki-laki bertanya:

“Sesungguhnya ayah saya telah wafat, dia meninggalkan harta tapi tidak ada wasiat. Apakah dosa-dosanya bisa terhapus jika saya bersedekah hartanya itu atas namanya?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya.”

Dari Al Hasan, dari Sa’ad bin ‘Ubadah, dia menceritakan ibunya telah wafat, katanya:

“Wahai Rasulullah, ibu saya telah wafat, apakah boleh saya bersedekah atas namanya?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya.”

Aku (Sa’ ad) berkata: “Sedekah apa yang paling utama?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Menuangkan air.”

Al Hasan berkata: “Maka, keluarga Sa’ad menuangkan air untuk kota Madinah.” (HR. Ahmad, An Nasa’i, dll)

Tidak disyariatkan sedekah di tempat pekuburan, dan dimakruhkan mengeluarkan sedekah saat mengurus jenazah. (karena itu merepotkan keluarganya, pen).

3 – الصوم: لما رواه البخاري ومسلم عن ابن عباس قال: جاء رجل
إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إن أمي ماتت وعليها صوم شهر أفأقضيه عنها؟ قال: ” لو كان على أمك دين أكنت قاضيه عنها “؟ قال: نعم.
قال: ” فدين الله أحق أن يقضى “.

3. Berpuasa

Berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim, dari Ibnu ‘Abbas, dua berkata:

Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ dia berkata:

“Wahai Rasulullah, ibu saya sudah wafat dan dia ada kewajiban puasa sebulan, apakah boleh saya qadha untuknya?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Apa pendapatmu jika ibumu memiliki hutang apakah wajib membayarnya?”

Laki-laki itu menjawab: “Ya.”

Lalu Rasulullah ﷺ menjawab: “Maka hutang kepada Allah lebih patut untuk ditunaikan.”

4 – الحج: لما رواه البخاري عن ابن عباس: أن امرأة من جهينة جاءت إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت: إن أمي نذرت أن تحج فلم تحج حتى ماتت أفأحج عنها؟ قال: ” حجي عنها، أرأيت لو كان على أمك دين، أكنت قاضيته؟ اقضوا فالله أحق بالقضاء “.

4. Haji

Berdasarkan hadits Bukhari dari Ibnu Abbas, bahwa ada seorang wanita dari Juhainah datang ke Rasulullah ﷺ, dia berkata:

“Ibu saya bernadzar untuk melaksanakan haji, tapi dia belum sempat haji sampai akhirnya wafat, apakah boleh saya haji untuknya? Maka, tunaikanlah sebab hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan.”_

Nabi ﷺ menjawab: “Berhajilah untuknya, apa pendapatmu jika ibumu punya hutang, bukankah kamu akan membayarkannya?”

5 – الصلاة: لما رواه الدارقطني أن رجلا قال: يارسول الله، إنه كان لي أبوان أبرهما في حال حياتهما فكيف لي ببرهما بعد موتهما؟ فقال صلى الله عليه وسلم: ” إن من البر بعد الموت أن تصلي لهما مع صلاتك، وأن تصوم لهما مع صيامك “.

5. Shalat

Berdasarkan riwayat Ad Daruquthni, bahwa ada seorang laki-laki berkata:

“Sesungguhnya saya memiliki dua orang tua yang senantiasa saya berbuat baik kepada mereka berdua di saat hidupnya, maka bagaimana cara saya berbuat baik kepada mereka berdua setelah mereka wafat?”

Rasulullah ﷺ menjawab: “Sesungguhnya di antara bentuk berbakti setelah kematiannya adalah kamu shalat untuk mereka berdua bersama shalatmu sendiri, dan kamu berpuasa untuk mereka berdua bersama puasamu.”

6 – قراءة القرآن: وهذا رأي الجمهور من أهل السنة.
قال النووي: المشهور من مذهب الشافعي: أنه لا يصل.
وذهب أحمد بن حنبل وجماعة من أصحاب الشافعي إلى أنه يصل.
فالاختيار أن يقول القارئ بعد فراغه: اللهم أوصل مثل ثواب ما قرأته إلى فلان.
وفي المغني لابن قدامة: قال أحمد بن حنبل، الميت يصل إليه كل شئ من الخير، للنصوص الواردة فيه، ولان المسلمين يجتمعون في كل مصر ويقرءون ويهدون لموتاهم من غير نكير، فكان إجماعا.

6. Membaca Al Quran

Ini adalah pendapat mayoritas Ahlus Sunnah. Imam An Nawawi mengatakan: “Yang masyhur dalam madzhab Syafi’i adalah tidak sampai.”

Ada pun Ahmad bin Hambal, dan segolongan ulama Syafi’iyyah mengatakan sampai. Pendapat yang dipilih adalah hendaknya setelah dia membaca Al Quran hendaknya berdoa: “Ya Allah sampaikanlah pahala membaca Al Quran ini kepada Fulan.”

Dalam Al Mughni-nya Ibnu Qudamah:

“Berkata Ahmad bin Hambal, bagi mayit semua kebaikan (yang dilakukan orang hidup) itu sampai kepadanya, berdasarkan dalil-dalil tentang itu, dan kaum muslimin di setiap negeri telah berkumpul, membaca Al Quran, dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit mereka tanpa ada orang yang mengingkarinya, maka ini menjadi Ijma’.”

والقائلون بوصول ثواب القراءة إلى الميت، يشترطون أن لا يأخذ القارئ على قراءته أجرا.

Orang-orang yang mengatakan sampainya pahala bacaan Al Quran kepada mayit memberikan syarat yaitu TIDAK BOLEH bagi si pembaca mengambil upah atas bacaannya.

فإن أخذ القارئ أجرا على قراءته حرم على المعطي والاخذ ولا ثواب له على قراءته، لما رواه أحمد والطبراني والبيهقي عن عبد الرحمن
ابن شبل: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” اقرءوا القرآن، واعملوا … ولا تجفوا عنه ولا تغفلوا فيه، ولا تأكلوا به ولا تستكثروا به “.

Jika si pembacanya mengambil upah dari bacaannya maka itu HARAM atas si pemberi dan penerimanya, dan tidak berpahala baginya atas bacaannya itu. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Ahmad, Ath Thabarani, dan Al Baihaqi, dari Abdurrahman bin Syibl: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Bacalah Al Quran, dan amalkanlah… Janganlah terlalu kaku dan janganlah melalaikannya, dan janganlah mencari makan dengan bacaannya, dan janganlah memperbanyak harta dengannya.”

قال ابن القيم: والعبادات قسمان: مالية وبدنية، وقد نبه الشارع بوصول ثواب الصدقة على وصول سائر العبادات المالية، ونبه بوصول ثواب الصوم على وصول سائر العبادات البدنية، وأخبر بوصول ثواب الحج المركب من المالية والبدنية، فالانواع الثلاثة ثابتة بالنص والاعتبار.

Imam Ibnul Qayyim mengatakan: Ibadah ada dua macam, ibadah maaliyah (harta) dan ibadah badaniyah (badan).

Pembuat syariat telah menjelaskan sampainya pahala sedekah atas semua jenis ibadah harta. Pembuat syariat telah menjelaskan sampainya pahaka puasa atas semua jenis ibadah badan.

Dan dikabarkan pula sampainya pahala ibadah haji yang merupakan gabungan antara ibadah harta dan badan sekaligus. Jenis yang ketiga ini juga kuat berdasarkan dalil dan perenungan (akal).

اشتراط النية ولابد من نية الفعل على الميت.
قال ابن عقيل: إذا فعل طاعة من صلاة صيام وقراءة قرآن وأهداها، بأن جعل ثوابها للميت المسلم، فإنه يصل إليه ذلك وينفعه، بشرط أن تتقدم نية الهدية على الطاعة وتقارنها. ورجح هذا ابن القيم.

Disyaratkannya niat, hal yang wajib yaitu adanya niat untuk aktivitas atas nama mayit.

Imam Ibnu ‘Aqil mengatakan:

“Jika melakukan ketaatan baik berupa shalat, puasa, membaca Al Quran, dan menghadiahkannya dan menjadikan pahalanya untuk mayit muslim, maka menyampaikan untuknya adalah sesuatu yang mendatangkan manfaat baginya, dengan syarat mendahulukannya dengan niat melakukan ketaatan.” Pendapat ini dinilai lebih kuat oleh Imam Ibnul Qayyim.

(Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/568-570)

Beberapa Catatan:

1⃣ Untuk aktifitas no. 3, yaitu berpuasa atas nama orang wafat dan dia tidak puasa Ramadhan. Ada dua pendapat yang mesti dilakukan oleh ahli warisnya yaitu:

– FIDYAH, bukan puasa. Ini pendapat mayoritas ulama, kecuali sebagian Syafi’iyah. Bagi mayoritas ulama berpuasa itu jika si mayit sebelumnya nadzar.

– PUASA, bukan fidyah. Ini pendapat sebagian Syafi’iyyah, dan inilah yang dianggap lebih Shahih menurut Imam An Nawawi.

2⃣ Untuk aktifitas no. 5. Shalat, dan 6. Membaca Al Quran, ini juga diperselisihkan ulama.

◼ Shalat dgn pahala dihadiahkan buat mayit, adalah sampai pahala tersebut menurut Hambaliyah generasi awal, juga Hanafiyah, sebagian Malikiyah dan Syafi’iyyah. Inilah yang dinilai lebih kuat oleh Imam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Abdullah Al Faqih.

Ada pun mayoritas Malikiyah dan Syafi’iyyah mengatakan tidak sampai, juga Hambaliyah Kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baaz mengatakan bid’ah.

◼Membaca Al Quran buat mayit, sudah jelas dari Syaikh Sayyid Sabiq bahwa hal itu sampai menurut mayoritas ulama. Dan tidak sampai menurut yang masyhur dari Syafi’iyyah. Kalangan mu’tazilah juga mengatakan tidak sampai, seperti yang diceritakan oleh Imam Asy Syaukani.

3⃣ Ada beberapa poin yang belum dibahas oleh Syaikh Sayyid Sabiq, diantaranya: aqiqah, qurban, dan umrah. Para ulama pun juga berselisih atas kebolehan tiga hal ini diniatkan untuk orang yang sudah wafat. Semuanya pernah kami bahas beberapa tahu lalu. Silahkan lihat di channel.

Demikian. Wallahu A’lam

🌿🌸🍃🌳🍀🌷🍁🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top