Mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Dalam Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 45016:

فالتهنئة بالسنة الهجرية أو بالأعوام والشهور عموماً مختلف فيها، بين المنع والندب، والذي رجحه الحافظ ابن حجر أنها مندوبة، جاء في حاشتي قليوبي وعميرة في الفقه الشافعي:

Ucapan selamat Tahun Hijriyah, atau tahun dan bulan secara umumnya, DIPERSELISIHKAN ULAMA. Sebagian ada yang MELARANG dan sebagian ada yang MENGANJURKAN. Al Hafizh Ibnu Hajar menguatkan pendapat bahwa itu dianjurkan. Dalam Hasyiyah al Qalyubi wa ‘Amirah, sebuah kitab fiqih madzhab Syafi’i disebutkan:

فائدة: التهنئة بالأعياد والشهور والأعوام، قال ابن حجر مندوبة ويستأنس لها بطلب سجود الشكر عند النعمة وبقصة كعب وصاحبيه وتهنئة أبي طلحة له. وقال البيجوري وهو المعتمد،

Faidah: ucapan selamat hari raya (Islam), bulan-bulan, dan tahun-tahun.

Ibnu Hajar berkata: Hal itu dianjurkan dan menampakkan kebahagiaan pada hari itu, dgn sujud syukur atas nikmat. Berdasarkan kisah Ka’ab dan dua sahabatnya, dan tahniahnya Abu Thalhah kepadanya. Itulah pendapat yang mu’tamad (resmi dalam madzhab Syafi’i)

ونقل القمولي عن الحافظ المنذري عن الحافظ المقدسي أنه سئل عن ذلك فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين فيه، والذي أراه أنه مباح لا سنة فيه ولا بدعة. انتهى من أسنى المطالب شرح روض الطالب

Al Qamuli menukil dari Al Hafizh Al Mundziri dari Al Hafizh Al Maqdisi, bahwa dia ditanya hal itu, Beliau menjawab bahwa manusia terus2an berbeda pendapat dalam masalah itu, namun menurutku itu BOLEH, bukan sunnah dan bukan bid’ah. Demikian dari Asnal Mathalib Syarh Raudh ath Thalib.

(selesai)

Wallahu A’lam

🌿🌺🌷🌻🌸👇🌵🍃🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Makna “Datang Tuhanmu” dalam Surat Al Fajr ayat 22

💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Ust, di surat Al Fajr (ayat 22) ada ayat Jaa’a rabbuka (datanglah Tuhanmu), itu maksudnya gimana ya? Apa Allah mengalami perpindahan tempat?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim..

Ayat tersebut, oleh para imam salaf tidaklah dipahami secara tekstual. Maha Suci Allah dari pemahaman dan pemikiran bahwa Allah Ta’ala pindah-pindah tempat sebagaimana makhluk yang pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam Tarikh-nya (10/648):

وروى الحافظ البيهقي في مناقب أحمد عن الحاكم عن أبي عمرو بن السماك عن حنبل عن أحمد بن حنبل تأول قول الله {وَجَاء رَبُّكَ} [سورة الفجر] أنه جاء ثوابه، ثم قال البيهقي: وهذا إسناد لا غبار عليه

Al Hafizh al Baihaqi meriwayatkan dalam Manaqib Ahmad, dari Al Hakim, dari Abu ‘Amr bin as Simaak, dari Hambal, dari Ahmad bin Hambal, bahwa Beliau mentakwil firman Allah Ta’ala: wa jaa’a rabbuka – dan datanglah Tuhanmu, maknanya adalah DATANG PAHALANYA.

Al Baihaqi berkata: “Sanad riwayat ini tidak ada debu padanya” (maksudnya shahih). (selesai)

Imam al Baihaqi Rahimahullah berkata:

وفيه دليل على أنه كان لا يعتقد في المجيء الذي ورد به الكتاب والنزول الذي وردت به السنة انتقالا من مكان إلى مكان كمجيء ذوات الأجسام ونزولها وإنما هو عبارة عن ظهور ءايات قدرته..

Ini menjadi dalil bahwa Beliau (Imam Ahmad) tidak berkeyakinan kata “kedatangan” yang terdapat dalam Al Quran dan kata “turun” seperti yang ada dalam As Sunnah adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain sebagaimana perpindahan dan turunnya berbagai zat yang memiliki jism (raga/bentuk). Itu hanyalah ungkapan yang bermakna nampaknya tanda-tanda kekuasaanNya.. (Ibid)

Imam al Baidhawi Rahimahullah mengatakan:

وَجاءَ رَبُّكَ أي ظهرت آيات قدرته وآثار قهره

“Dan datanglah Tuhanmu” yaitu telah nampak tanda-tanda kekuasaanNya dan jejak-jejak kekuatanNya. (Tafsir Al Baidhawi, 5/311)

Imam al Qurthubi Rahimahullah menjelaskan:

قوله تعالى : { وَجَآءَ رَبُّكَ } أي أمره وقضاؤه؛ قاله الحسن

FirmanNya (dan datanglah Tuhanmu) yaitu urusanNya dan ketetapanNya. Ini dikatakan oleh Al Hasan.

(Tafsir Al Qurthubi, 13/103)

Al Kalbi berkata tentang ayat tsb:
ينزل حكمه
Dia turunkan hikmah-hikmahNya. (Tafsir Al Baghawi, 5/252)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

Susunan Surat dan Ayat Al Quran,Itu Berdasarkan Wahyu atau “Ijtihad”?

💢💢💢💢💢💢💢💢

Bismillahirrahmanirrahim..

Masalah susunan surat dan ayat Al Quran, ada tiga pendapat ulama.

Secara global:

1. Susunan surat dan ayat adalah sifatnya ijtihadi, yaitu ijtihad para sahabat nabi yang mengumpulkannya. Hal ini ditunjukkan oleh susunan surat dalam Mushaf beberapa sahabat nabi berbeda-beda.

2. Sebagiannya berdasarkan wahyu, dan sebagian berdasarkan ijtihad.

3. Semua surat dan ayat, tersusun berdasarkan wahyu. Bukan ijtihad para sahabat nabi, tapi sifatnya tauqifi (berdasarkan wahyu Allah Ta’ala kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Inilah pendapat jumhur ulama bahkan ada yang mengatakan ijma’, kecuali Rafidhah yang menuduh Al Quran saat ini tidak lengkap, 2/3-nya disembunyikan para sahabat nabi, menurut tuduhan mereka.

Syaikh Muhammad Ali ash Shabuni menjelaskan:

وكان هذا التأليف عبارة عن (ترتيب الآيات) حسب إرشاد النبي ﷺ و بأمر من الله ﷻ، ولهذا اتفق العلماء علي أن جمع القران “توقيفي” يعني : ان ترتيبه بهذه الطريقة التى نراه عليها اليوم في المصاحف انما هو بأمر و وحي من الله، فقد ورد أن جبريل عليه السلام كان ينزل بالآية أو الآيات علي النبي فيقول له: يا محمد إن الله يأمرك ان تضعها على رأس كذا، من سورة كذا، و كذلك كان الرسول يقول للصحابة : ضعوها في موضع كذا

Maksud dari ungkapan tersebut adalah susunan ayat, berdasarkan bimbingan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan melalui perintah dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa pengumpulan Al Qur’an itu sifatnya TAUQIFI (given/berdasarkan wahyu), yaitu penyusunan dengan cara ini (wahyu) yang hasilnya kita lihat saat ini di berbagai mushaf, semua itu adalah wahyu dari Allah.

Telah diriwayatkan bahwa Jibril ‘Alaihissalam menurunkan satu atau bbrp ayat kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata kepadanya:

“Wahai Muhammad, Allah memerintahkanmu meletakkan ayat ini di depan, di surat yg anu,” .. demikian juga Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada sahabatnya: “Letakkan ayat ini di bagian ini ..”

(Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuniy, At Tibyan fi ‘Ulumil Quran, hal. 53. Dar al Mawahib al Islamiyah, 2016)

Syaikh Manna’ Khalil al Qaththan mengatakan:

وترتيب الآيات في القرآن الكريم توقيفي عن رسول الله ﷺ و حكى بعضهم الإجماع علي ذلك، منهم: الزركشي في (البرهان) و أبو جعفر ابن الزبير في (مناسبته) إذ يقول: ترتيب الآيات في سورها واقع بتوقيفه ﷺ و أمره من غير خلاف بين المسلمين. وجزم السيوطي بذلك فقال: الإجماع و النصوص المترادفة على أن ترتيب الآيات توقيفي لا شبهة في ذلك.
فقد كان جبريل يتنزل بالآيات على رسول الله ﷺ ويرشده إلى موضعها من السورة أو الآيات التي نزل قبل، فيأمر رسول الله ﷺ كتبة الوحي بكتابتها في موضعها و يقول لهم: ضعوا هذه الآيات في السورة التى يذكر فيها كذا أو كذا، إو ضعوا آية كذا فى موضع كذا، كما بلغها أصحابه كذلك، عن عثمان بن أبي العاص قال: كنت جالسا عند رسول الله ﷺ إذ شخص ببصره ثم صوبه، ثم قال: أتاني جبريل فأكرني أن أضع هذه الآية هذا الموضع من هذه السورة : إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ…. الى آخرها

Penyusunan ayat-ayat Al Quran adalah hal yang tauqifi, ketentuannya dari Rasulullah ﷺ. Sebagian ulama mengatakan bahwa pendapat ini ijma’, di antaranya adalah Az Zarkasyi dalam Al Burhan dan Abu Ja’far bin az Zubeir dalam Munasabahnya, di mana dia mengatakan: “Urutan ayat di dalam surat itu tauqifi dari Rasulullah ﷺ dan atas perintahnya, ini tidak ada perselisihan pendapat di antara kaum muslimin.” As Suyuthi telah memastikan hal itu, ia berkata: “Ijma’ dan nash-nash serupa menegaskan bahwa urutan ayat-ayat ini adalah tauqifi, tanpa diragukan lagi.”

Jibril menurunkan bbrp ayat kepada Rasulullah ﷺ dan menunjukkan kepadanya tempat di mana ayat-ayat itu harus diletakkan dalam surat atau ayat-ayat yang turun sebelumnya. Lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya di tempat tersebut. Ia mengatakan kepada mereka: “Letakkanlah ayat-ayat ini pada surat yang didalamnya disebutkan ini dan itu,” atau “Letakkanlah ayat ini di tempat anu.” Penyusunan dan penempatan itu sebagaimana yang disampaikan sahabatnya, yaitu Utsman bin Abil ‘Ashi, dia berkata: “Aku duduk di samping Rasulullah ﷺ, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula. Kemudian katanya: “Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan agar aku meletakkan ayat ini di tempat anu dari surah ini: ” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat…” (QS. An-Nahl: 90).

(Mabahits Fi ‘Ulumil Quran, Hal. 133)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

Sejak Dulu Adu Domba Terhadap Umat Islam Sudah Ada (Tadabbur surat Ali Imran: 100)

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Allah Ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقٗا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah beriman.

(QS. Ali ‘Imran, Ayat 100)

Turunnya ayat ini, karena kaum muslimin di Madinah, khususnya orang-orang Anshar, hampir-hampir mereka kembali perang saudara antara suku Aus dan Khazraj (dua suku dominan di Madinah), sebagaimana di masa-masa Jahiliyah. Penyulut apinya adalah Syas bin Qais, seorang Yahudi, yang ikut duduk bersama mereka namun mengungkit-ungkit perselisihan masa lalu.

Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan:

نَزَلَتْ فِي يَهُودِيٍّ أَرَادَ تَجْدِيدَ الْفِتْنَةِ بَيْنَ الْأَوْسِ وَالْخَزْرَجِ بَعْدَ انْقِطَاعِهَا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَلَسَ بَيْنَهُمْ وَأَنْشَدَهُمْ شِعْرًا قَالَهُ أَحَدُ الْحَيَّيْنِ فِي حَرْبِهِمْ. فَقَالَ الْحَيُّ الْآخَرُ: قَدْ قَالَ شَاعِرُنَا فِي يَوْمٍ كَذَا وكذا، فكأنهم دخلهم من ذلك شيء، فَقَالُوا: تَعَالَوْا نَرُدُّ الْحَرْبَ جَذْعَاءَ كَمَا كَانَتْ. فَنَادَى هَؤُلَاءِ: يَا آلَ أَوْسٍ. وَنَادَى هَؤُلَاءِ. يَا آلَ خَزْرَجٍ، فَاجْتَمَعُوا وَأَخَذُوا السِّلَاحَ وَاصْطَفُّوا لِلْقِتَالِ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى وَقَفَ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ فَقَرَأَهَا وَرَفَعَ صَوْتَهُ، فَلَمَّا سَمِعُوا صَوْتَهُ أَنْصَتُوا لَهُ وَجَعَلُوا يَسْتَمِعُونَ، فَلَمَّا فَرَغَ أَلْقَوُا السِّلَاحَ وَعَانَقَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا وَجَعَلُوا يَبْكُونَ

Ayat ini turun tentang Yahudi yang hendak memperbarui fitnah (permusuhan) di antara Aus dan Khazraj setelah fitnah fitnah itu dihilangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Yahudi tersebut duduk bersama mereka, dan menyenandungkan syair yang pernah disampaikan salah satu pasukan mereka pada saat peperangan. Kelompok lain pun menimpali: “Syair kami pada hari anu begini begini” seolah dalam diri mereka muncul suatu (emosi).

Mereka berkata: “Ayo kita perang lagi seperti dulu.” Kelompok satu berteriak: “Wahai keluarga Aus!” kelompok lain berteriak: “Wahai keluarga Khazraj.” Lalu mereka berkumpul dan mengambil pedang masing-masing, dan mengambil posisi untuk perang. Maka turunlah ayat ini (Ali Imran: 100).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi mereka, dan berdiri di tengah-tengah barisan mereka. Beliau membacakan ayat itu dengan meninggikan suaranya. Mereka mendengarkannya dengan begitu seksama. Selesai ayat itu dibaca, mereka pun melempar senjata-senjatanya, lalu mereka berpelukan dan menangis.

(Al Jaami’ Liahkamil Quran, 3/130-131)

Imam Ibnu Jarir Rahimahullah menjelaskan ayat tersebut:

يا أيها الذين صدقوا الله ورسوله، وأقرُّوا بما جاءهم به نبيهم صلى الله عليه وسلم من عند الله، إن تطيعوا جماعة ممن ينتحل الكتابَ من أهل التوراة والإنجيل، فتقبلوا منهم ما يأمرونكم به، يُضِلُّوكم فيردّوكم بعد تصديقكم رسولَ ربكم، وبعد إقراركم بما جاء به من عند ربكم كافرين

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya, dan mengakui kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi mereka – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- sebagai risalah dari Allah, jika kalian mengikuti segolongan orang yang telah diberilan Al Kitab, yaitu kalangan ahli Taurat dan Injil, lalu kalian menerima ajakan dan perintah mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dan mengembalilan kamu menjadi kafir setelah kamu membenarkan kerasulannya, dan membenarkan risalah Allah yang dibawanya untukmu.

(Jaami’ Al Bayan, 3/1898)

Maka,…

– Permusuhan mereka kepada umat Islam memang terus menerus

– Mereka senantiasa mencari cara untuk menghancurkan umat Islam

– Salah satunya dengan membuat perpecahan dari dalam dengan mengadu domba atau lainnya

– Hal ini terjadi berulang kali sepanjang sejarah, sampai di masa modern. Sudah seharusnya umat Islam semakin waspada…

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top