Doa Minta Miskin

💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh…

Afwan ustadz ada yang nitip pertanyaan 🙏. Ana mau tanya ustadz, apakah benar nabi dulu selalu berdoa meminta kemiskinan untuk dirinya….???
Mohon pencerahannya ustad(+62 813-3434-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Haditsnya berbunyi:

اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Ya Allah hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku di hari mahsyar bersama orang-orang miskin.

(HR. At Tirmidzi no. 2352, Ibnu Majah no. 2146)

📌 Status hadits:

Hanya saja hadits ini DHA’IF (lemah) menurut umumnya ulama.

Imam Ibnu Katsir mengatakan sanad hadits ini dha’if, karena ada perawi yang sangat lemah (dha’if jiddan) yaitu Yazid bin Sinan. (al Bidayah wan Nihayah, 6/75)

Al Hafizh Ibnu Hajar juga mengatakan lemah. (at Talkhish al Habir, 3/109)

Kemudian, Imam Ibnu Taimiyah juga mengatakan lemah. (Majmu’ al Fatawa, 18/357)

📌 Makna Hadits:

Maksud hadits di atas bukan bermakna minta miskin harta, tapi minta tawadhu’ (rendah hati), dan khusyu’.

Imam Ibnu Hajar, mengutip dari Imam al Baihaqi Rahimahullah mengatakan:

وَوَجْهُهُ عِنْدِي أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْ الْمَسْكَنَةَ الَّتِي يَرْجِعُ مَعْنَاهَا إِلَى الْقِلَّةِ , وَإِنَّمَا سَأَلَ الْمَسْكَنَةَ الَّتِي يَرْجِعُ مَعْنَاهَا إِلَى الإِخْبَاتِ وَالتَّوَاضُعِ

Menurutku, maksud minta miskin adalah bukan minta miskin dengan makna sedikitnya harta. Ini maknanya minta ketundukan dan tawadhu’. (at Talkhish al Habir, 3/109)

Syaikh Abul ‘Ala al Mubarkafuri Rahimahullah mengutip dari Ath Thibiy:

اجْمَعْنِي فِي جَمَاعَتِهِمْ بِمَعْنَى اجْعَلْنِي مِنْهُمْ لَكِنْ لَمْ يَسْأَلْ مَسْكَنَةً تَرْجِعُ لِلْقِلَّةِ بَلْ لِلْإِخْبَاتِ وَالتَّوَاضُعِ وَالْخُشُوعِ

Kumpulkanlah aku bersama rombongan mereka, maksudnya jadikanlah aku termasuk golongan mereka. Tapi maksudnya bukan minta sedikit harta, tapi minta ketundukkan, tawadhu’, dan khusyu’. (Tuhfah al Ahwadzi, 7/240)

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan:

ومعناه : أحيني خاشعا متواضعا

Maknanya adalah hidupkanlah aku menjadi org yang khusyu’ dan tawadhu’. (Ibid)

Imam Ibnul Jauzi menjelaskan:

فالمسكين المحمود هو المتواضع الخاشع لله ; ليس المراد بالمسكنة عدم المال

Miskin yang terpuji adalah orang yg tawadhu’ lagi khusyu’ kepada Allah, bukan miskin tidak punya harta. (Dikutip Imam Ibnu Taimiyah, Majmu’ al Fatawa, 18/326)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

Kirim Al Fatihah Buat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Budaya Jawa?

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum Tadz, saya lihat ceramah seorg Ust yg bilang kirim Alfatihah untuk nabi itu budaya jawa, katanya itu aswaja (asli warisan jawa), bukan asli Ahlussunnah… Itu bener gak ya? Jzkllkhr

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim…

Mengirim Al Fatihah untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah didiskusikan bagaimana hukumnya oleh para ulama Islam sejak berabad-abad lamanya. Tidak satu pun ulama yang pro maupun kontra menyebut itu warisan jawa. Semoga seorang muslim apalagi Ustadz, mengevaluasi lisannya agar tidak mengolok-olok sesama muslim.

Lalu bagaimana dengan mengirim Al Fatihah buat Nabi ?

Imam Syihabuddin Ar Ramliy Rahimahullah -seorang Imam dalam madzhab Syafi’iy dan dia bukan orang jawa- berkata ketika ditanya hukum mengirim Al Fatihah ke Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau menjawab:

نَعَمْ ذَلِكَ جَائِزٌ بَلْ مَنْدُوبٌ قِيَاسًا عَلَى الصَّلَاةِ عَلَيْهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَسُؤَالِ الْوَسِيلَةِ وَالْمَقَامِ الْمَحْمُودِ وَنَحْوِهِ ذَلِكَ بِجَامِعِ الدُّعَاءِ بِزِيَادَةِ تَعْظِيمِهِ وَقَدْ جَوَّزَهُ جَمَاعَاتٌ مِنْ الْمُتَأَخِّرِينَ وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُونَ حَسَنٌ فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ فَالْمَانِعُ مِنْ ذَلِكَ غَيْرُ مُصِيبٍ

Ya, itu (kirim Al Fatihah kepada nabi) adalah boleh bahkan dianjurkan, diqiyaskan dgn bershalawat kepadanya, mendoakan dan memintakan untuknya wasilah dan kedudukan yang terpuji dan semisalnya, dgn kumpulan doa yang menambah penghormatan kepadanya. Hal ini dibolehkan oleh segolongan ulama muta’akhirin dan diamalkan kaum muslimin. Apa-apa yang yg baik di mata kaum muslimin maka itu di sisi Allah juga baik.

(Fatawa Ar Ramliy, 3/125)

Imam Ibnu ‘Abidin Rahimahullah – juga bukan orang jawa- berkata:

مَطْلَبٌ فِي إهْدَاءِ ثَوَابِالْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -ذَكَرَ ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتَاوَى الْفِقْهِيَّةِ أَنَّ الْحَافِظَ ابْنَ تَيْمِيَّةَ زَعَمَ مَنْعَ إهْدَاءِ ثَوَابِ الْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لِأَنَّ جَنَابَهُ الرَّفِيعَ لَا يُتَجَرَّأُ عَلَيْهِ إلَّا بِمَا أَذِنَ فِيهِ، وَهُوَ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَسُؤَالُ الْوَسِيلَةِ لَهُ قَالَ: وَبَالَغَ السُّبْكِيُّ وَغَيْرُهُ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ، بِأَنَّ مِثْلَ ذَلِكَ لَا يَحْتَاجُ لِإِذْنٍ خَاصٍّ؛ أَلَا تَرَى أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَعْتَمِرُ عَنْهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عُمُرًا بَعْدَ مَوْتِهِ مِنْ غَيْرِ وَصِيَّةٍ. وَحَجَّ ابْنُ الْمُوَفَّقِ وَهُوَ فِي طَبَقَةِ الْجُنَيْدِ عَنْهُ سَبْعِينَ حَجَّةً، وَخَتَمَ ابْنُ السِّرَاجِ عَنْهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافٍ خَتْمَةٍ؛ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ. اهـ

Mengirimkan hadiah pahala bacaan Al Quran kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam itu dibutuhkan.

Imam Ibnu Hajar menceritakan dalam Al Fiqhiyah Al Kubra bahwa Al Hafizh Ibnu Taimiyah menyangka kirim bacaan Al Quran buat Nabi Shalallahu ‘Alaih wa Sallam terlarang sebab kedudukannya yg tinggi tidaklah membutuhkan itu kecuali dengan izinnya, yaitu bershalawat, dan berdoa meminta kedudukan wasilah baginya.

Dia (Ibnu Hajar) berkata: “Hal ini telah dibantah oleh As Subkiy dan lainnya, bahwasanya masalah ini tidaklah membutuhkan izin khusus dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bukankah Anda lihat bahwa Ibnu Umar umrah untuk Nabi Shalallahu ‘Alaih wa Sallam setelah wafatnya Nabi tanpa diwasiatkan olehnya.

Ibnul Muwaffaq -sezaman dgn Ibnul Junaid- telah menghajikan Nabi sebanyak 70 kali.

Ibnu As Siraj mengkhatamkan Al-Qur’an 10.000 kali untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam , dan dia berqurban untuknya sebanyak itu juga.”

(Hasyiyah Ibnu ‘Abidin, 2/244)

Ibnu ‘Abidin juga mengatakan bahwa kebolehan ini menjadi pendapat ulama Hanafiyah seperti Imam Syihab bin Ahmad Asy Syalaby, juga ulama Hambaliy seperti Imam Ibnu ‘Aqil Al Hambaliy. (Ibid)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

Sedekah Jumat

💢💢💢💢💢💢💢💢

Bismillahirrahmanirrahim..

Secara khusus, tidak ditemukan adanya dalil yang mengkhususkan Jumat atau malam Jumat sebagai hari untuk sedekah, dengan berbagai keutamaannya. Tetapi, mengkhususkannya pun juga tidak terlarang.

Sebab, secara umum hari Jumat memang hari paling utama dalam Islam, sebagaimana tanah haram dibanding tanah yang lain, atau bulan Ramadhan dibanding bulan yang lain. Maka begitulah posisi hari Jumat dibanding hari lainnya.

Bahkan dijuluki Sayyidul Ayyaam (pimpinannya hari), dan lebih agung di sisi Allah dibanding Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ibnu Majah no. 1084, hasan)

Oleh karenanya para ulama pun membenarkan keutamaan sedekah di hari Jumat.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:

أن للصدقة فيه مزية عليها في سائر الأيام، والصدقة فيه بالنسبة إلى سائر أيام الأسبوع ، كالصدقة في شهر رمضان بالنسبة إلى سائر الشهور. وشاهدت شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه، إذا خرج إلى الجمعة يأخذ ما وجد في البيت من خبز أو غيره، فيتصدق به في طريقه سرا

Bahwasanya bersedekah di hari Jumat ada keistimewaan dibanding hari-hari lainnya selama sepekan. Sebagaimana sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lain.

Aku lihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – semoga Allah sucikan ruhnya- jika keluar rumah hari Jumat dia akan membawa sesuatu dari rumahnya, baik roti atau lainnya, lalu dia sedekahkan di jalan secara diam-diam.

(Zaadul Ma’ad, 1/407)

Imam Al Bujairimi Rahimahullah mengatakan:

ويسن كثرة الصدقة وفعل الخير في يومها وليلتها، ويكثر من الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم في يومها وليلتها لخبر: إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي. انتهى

Disunnahkan banyak sedekah dan melakukan kebaikan di hari Jumat dan malamnya. Begitu juga disunnahkan banyak shalawat berdasarkan hadits: “Sesungguhnya hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat, maka perbanyaklah shalawat kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku.”

(Tuhfatul Habib, 2/431)

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa’ ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🍀🍁🌿🌻🌷🍃🌸🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

[Tata Cara Shalat] – Bersedekap (Di manakah letak tangannya?)

💢💢💢💢💢💢💢

Ini termasuk SUNNAH menurut mayoritas ulama, kecuali Malikiyah yang mengatakan justru makruh, kecuali shalat sunnah. Menurut Malikiyah hendaknya tangan tetap lurus disamping tubuh (irsaal). Bisa jadi ada yang menyangka ini shalatnya syiah, padahal Sunni yang Maliki juga melakukannya.

Kami akan ambil dari dua sumber.

Pertama. Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 38/369

Berikut ini kutipannya:

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ إِلَى أَنَّ مِنْ سُنَنِ الصَّلاَةِ الْقَبْضَ وَهُوَ وَضْعُ الْيَدِ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَخَالَفَهُمْ فِي ذَلِكَ الْمَالِكِيَّةُ فَقَالُوا : يُنْدَبُ الإِْرْسَال وَيُكْرَهُ الْقَبْضُ فِي صَلاَةِ الْفَرْضِ وَجَوَّزُوهُ فِي النَّفْل وَهَذَا فِي الْجُمْلَةِ .
وَمَكَانُ وَضْعِ الْيَدَيْنِ بِهَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ هُوَ تَحْتَ الصَّدْرِ وَفَوْقَ السُّرَّةِ ، وَهَذَا عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَرِوَايَةٌ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ ، وَهُوَ قَوْل سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ لِمَا رَوَى وَائِل بْنُ حُجْرٍ قَال : صَلَّيْتُ مَعَ رَسُول اللَّهِ ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ
وَعِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَفِي الرِّوَايَةِ الأُْخْرَى عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ أَنَّهُ يَضَعُ يَدَيْهِ تَحْتَ سُرَّتِهِ وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي مِجْلَزٍ وَالنَّخَعِيِّ وَالثَّوْرِيِّ وَإِسْحَاقَ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ قَال : مِنَ السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلاَةِ تَحْتَ السُّرَّةِ

Mayoritas ahli fiqih seperti Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, berpendapat bahwa di antara SUNNAH-SUNNAH shalat adalah Al Qabdh (bersedekap), yaitu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.

Sementara Malikiyah menyelisihi mereka dalam hal ini, mereka mengatakan: “Dianjurkan irsaal (meluruskan tangan) dan dimakruhkan sedekap di dalam shalat wajib namun boleh di shalat sunnah.” Inilah gambaran secara umum.

Ada pun tempat meletakkan tangannya adalah di bawah dada dan di atas pusar, ini menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan sebuah riwayat dari Hanabilah. Ini juga pendapat Sa’id bin Jubeir. Berdasarkan hadits Wail bin Hujr, dia berkata: “Aku shalat bersama Rasulullah ﷺ, Beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya, di dadanya.”

Sedangkan menurut Hanafiyah, dan sebuah riwayat lain dari Hanabilah, bahwa diletakkan kedua tangan itu di bawah pusar. Cara seperti ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Abu Mijlaz, An Nakha’i, Ats Tsauri, dan Ishaq. Berdasarkan riwayat dari Ali bin Abi Thalib: “Diantara sunah dalam shalat adalah meletakkan telapak tangan di atas telapak tangan, di bawah pusar.” (selesai)

Kedua. Fiqhus Sunnah, 1/146

Berikut ini uraian Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

قال الكمال بن الهمام. ولم يثبت حديث صحيح يوجب العمل في كون الوضع تحت الصدر، وفي كونه تحت السرة، والمعهود عند الحنفية هو كونه تحت السرة وعند الشافعية تحت الصدر.
وعن أحمد قولان كالمذهبين، والتحقيق المساواة بينهما.
وقال الترمذي: أن أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم والتابعين ومن بعدهم يرون أن يضع الرجل يمينه على شماله في الصلاة، ورأى بعضهم فوق السرة، ورأى بعضهم أن يضعها تحت السرة، وكل ذلك واقع عندهم. انتهى.
ولكن قد جاءت روايات تفيد أنه صلى الله عليه وسلم، كان يضع يديه على صدره، فعن هلب الطائي قال: رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يضع اليمنى على اليسرى على صدره فوق المفصل، رواه أحمد، وحسنه الترمذي.
وعن وائل بن حجر قال: (صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم فوضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره) رواه ابن خزيمة وصححه ورواه أبو داود والنسائي بلفظ: ثم وضع يده اليمنى على ظهر كفه اليسرى والرسغ والساعد.أي أنه وضع يده اليمنى على ظهر اليسرى ورصغها وساعدها.

Berkata Al Kamal bin Al Hummam: “Tidak ada hadits shahih yang menunjukkan aktifitas posisi meletakkan tangan di bawah dada, dan di bawah pusar. Dan, yang dianut oleh Hanafiyah adalah posisinya di bawah pusar, dan bagi Syafi’iyah di bawah dada.”

Sedangkan Ahmad ada dua riwayat, sebagaimana dua madzhab tersebut.

At Tirmidzi berkata: “Para ulama dari kalangan sahabat Nabi ﷺ, tabi’in, dan generasi setelah mereka, berpendapat bahwa seseorang meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, sebagian mereka berpendapat meletakkan di atas pusar, sebagian lain berpendapat di bawah pusar. Semua ini ada dalam pendapat mereka.” Selesai

Tetapi terdapat banyak riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi ﷺ meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. Dari Halab Ath Tha’iy, dia berkata: “Aku melihat Nabi ﷺ meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, di dadanya, di atas mufashshal (batas antara dada dan perut).”

Diriwayatkan oleh Ahmad, dan dihasankan oleh At Tirmidzi. Dari Wail bin Hujr, dia berkata: “Aku shalat bersama Rasulullah ﷺ, Beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya, di dadanya.” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dia menshahihkannya.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa’i dengan lafaz: “Kemudian Beliau meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya dan pergelangan tangannya serta tulang hastanya.” Maksudnya Beliau meletakkan tangan kanannya di punggung tangan kirinya, pergelangannya dan bagian hastanya.

💢 Kesimpulan:

✅ Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah (Hambaliyah), berpendapat SUNNAHnya bersedekap

✅ Sementara Malikiyah -pengikut Imam Malik- memakruhkan sedekap pada shalat wajib, tapi boleh pada shalat sunah.

✅ Tempatnya sedekap adalah di bawah dada tapi di atas pusar (antara dada dan pusar). Ini pendapat Malikiyah, Syafi’iyah, juga Imam Ahmad dalam satu riwayat, berdasarkan riwayat Wail bin Hujr.

✅ Hanafiyah dan sebagian Hanabilah, meletakkan tangan di bawah pusar. Ini juga pendapat Imam Ahmad dalam riwayat lainnya. Berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu.

✅ Para ulama masa sahabat nabi, tabi’in, dan generasi setelah mereka mempraktekan keduanya, baik di antara dada dan pusar, dan di bawah pusar.

✅ Ada pun pas di dada berdasarkan riwayat Halab bin Tha’iy, disebutkan oleh Imam Ahmad dan Imam At Tirmidzi, dengan sanad hasan.

✅ Jadi, mau di bawah pusar, antara dada dan pusar, atau di dada, semuanya ada. Ada pun TANPA SEDEKAP, tangan lurus saja, dianggap pendapat lemah oleh Syaikh Wahbah Az Zuhailiy. Pendapat yang rajih/kuat adalah pendapat mayoritas ulama. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/63)

✅ Imam Malik sendiri berbeda dengan pengikutnya, Beliau sampai akhir hayatnya tetap bersedekap, sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Abdil Bar. (Fiqhus Sunnah, 1/146)

Bersambung..

Demikian. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Wallahu A’lam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top