[Tata Cara Shalat] – Takbiratul Ihram

Sebelumnya:

[Tata Cara Shalat] – Bersedekap (Di manakah letak tangannya?)

💢💢💢💢💢💢💢

Yaitu ucapan takbir Allahu Akbar, sebagai pembuka shalat sesaat setelah niat. Ini salah satu rukun shalat, tanpanya shalat menjadi batal.

Secara bahasa takbiratul ihram artinya takbir untuk mengharamkan. Maksudnya dengan takbir tersebut maka diharamkan aktifitas lain kecuali hanya bacaan dan gerakan shalat.

Hal ini berdasarkan hadits:

مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم

Kuncinya Shalat adalah bersuci, pengharamnya adalah takbir, dan penghalalannya adalah salam.

(HR. Abu Daud, Ahmad, Al Hakim, kata Al Hakim: sanadnya Shahih)

Caranya adalah dengan mengucapkan Allahu Akbar, sambil mengangkat tangan, dan mengangkat tangan hukumnya sunnah berdasarkan ijma’.

Dari Abu Humaid:

أن النبي
صلى الله عليه وسلم كان إذا قام إلى الصلاة اعتدل قائما ورفع يديه ثم قال: (الله أكبر) ، رواه ابن ماجه، وصححه ابن خزيمة وابن حبان

Bahwa Nabi ﷺ jika dia berdiri untuk shalat, maka dia diri tegak lurus, dan mengangkat kedua tangannya dan membaca: Allahu Akbar.

(HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Bagaimana tata cara mengangkat tangannya? Yaitu boleh sejajar pundak (bahu) dan boleh sejajar telinga.

Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ فِي الصَّلاَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ، وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يُكَبِّرُ لِلرُّكُوعِ ، وَيَفْعَلُ ذَلِكَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، وَيَقُولُ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، وَلاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ “

“Aku melihat jika Rasulullah ﷺ berdiri shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan PUNDAKNYA. Beliau melakukan seperti itu ketika takbir untuk rukuk dan bangkit dari rukuk dengan mengangkat kepalanya sambil mengucapkan: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya) ‘. Namun beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud.”

(HR. Bukhari no. 735 dan Muslim no. 390)

Malik bin Huwairits Radhiallahu ‘Anhu berkata:

” أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ ، وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ ” فَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ “

Bahwa Rasulullah ﷺ apabila bertakbir mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinganya. Apabila rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua TELINGANYA, dan apabila mengangkat kepalanya dari rukuk seraya mengucapkan; ‘Sami’allahu liman hamidah (semoga Allah mendengarkan orang yang memujiNya)’, beliau melakukan seperti itu juga.

(HR. Muslim no. 391)

Dari keterangan di atas, menunjukkan ada beberapa keadaan disunnahkan mengangkat kedua tangan.

– Saat takbiratul ihram
– Saat akan ruku’
– Saat bangun dari ruku’

Utk shalat yang empat rakaat dianjurkan angkat tangan pula saat bangun dari duduk tasyahud awal.

Dalam Syarhul Mumti’, tertulis:

مواضع رَفْع اليدين أربعة : عند تكبيرة الإحرام ، وعند الرُّكوعِ ، وعند الرَّفْعِ منه ، وإذا قام من التشهُّدِ الأول

Ada 4 posisi mengangkat kedua tangan:

– saat takbiratul Ihram
– hendak ruku’
– bangun ruku’
– dan bangun dari tasyahhud awal.

(Syarhul Mumti’, 3/214)

Demikian. Wallahu A’lam

Bersambung..

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

Selanjutnya:

[Tata Cara Shalat] – Bersedekap (Di manakah letak tangannya?)

 

[Tata Cara Shalat] – Niat

💢💢💢💢💢💢💢

Rasulullah bersabda:

انما الاعمال بالنيات

Amal itu hanyalah dengan niat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya tidak SAH sebuah amal ibadah tanpa niat, dan shalat termasuk di dalamnya. Tanpa niat maka shalat batal atau tidak sah.

Niat artinya ‘azmul qalbi (tekad di hati), dan al qashdu (maksud).

Maka, tempatnya niat adalah di hati. Semua ulama sepakat ini. Jika seseorang dihatinya sdh ada kehendak dan tekad, ingin shalat secara spesifik (misal subuh, zuhur, dll), maka itu sudah cukup dan sah dikatakan niat.

Ada pun mengucapkan niat di lisan, adalah perselisihan ulama. Sebagian ulama mengatakan sunnah (dianjurkan), ada yang mengatakan boleh, ada yang mengatakan (makruh/dibenci), bahkan bid’ah (mengada-ngada). Sikap kita adalah lapang dada atas perbedaan pendapat ini. Namun, yang jelas semua sepakat niat di hati saja sudah cukup dan itu sah. Keluar dari perselisihan adalah lebih baik.

Imam Muhammad bin Hasan Al Hanafi mengatakan:

النِّيَّةُ بِالْقَلْبِ فَرْضٌ ، وَذِكْرُهَا بِاللِّسَانِ سُنَّةٌ ، وَالْجَمْعُ بَيْنَهُمَا أَفْضَل

“Niat di hati adalah wajib, menyebutnya di lisan adalah sunah, dan menggabungkan keduanya adalah lebih utama.”

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 42/100)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menyebutkan:

ولا يشترط التلفظ بها قطعاً، لكن يسن عند الجمهور غير المالكية التلفظ بها لمساعدة القلب على استحضارها، ليكون النطق عوناً على التذكر، والأولى عند المالكية: ترك التلفظ بها ؛ لأنه لم ينقل عن النبي صلّى الله عليه وسلم وأصحابه التلفظ بالنية، وكذا لم ينقل عن الأئمة الأربعة

“Secara qah’i melafazkan niat tidaklah menjadi syarat sahnya, tetapi DISUNNAHKAN menurut jumhur (mayoritas) ulama -selain Malikiyah- melafazkannya untuk menolong hati menghadirkan niat, agar pengucapan itu menjadi pembantu dalam mengingat, dan yang lebih utama menurut kalangan Malikiyah adalah meninggalkan pelafazan niat itu, karena tidak ada riwayat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya tentang melafazkan niat, begitu pula tidak ada riwayat dari imam yang empat.”

(Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 1/137)

Bersambung..

Demikian. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Wallahu A’lam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

Selanjutnya:

[Tata Cara Shalat] – Bersedekap (Di manakah letak tangannya?)

 

Peran Ikhwanul Muslimin dan Tokoh-Tokohnya Terhadap Dunia Islam

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

1⃣ Syaikh Manna’ Khalil al Qaththan Rahimahullah: “Gerakan Islam terbesar yang membangkitkan kesadaran Islam di Dunia Islam”

Beliau adalah Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su’ud, Saudi Arabia. Pakar Tafsir dan Hadits.

Beliau berkata:

تعتبر حركة الإخوان المسلمين التي قام بها الشهيد حسن البنا كبرى الحركات الإسلامية المعاصرة بلا مراء، ولا يستطيع أحد من خصومها أن ينكر فضلها فيما أحدثته من وعى فى العالم الإسلامى كافة، فجر طاقات الشباب المسلم لخدمة الإسلام وإعزاز شريعته وإعلاء كلمته وبناء مجده وإستعادة سلطانه. و مهما قيل فى الأحداث التى وقعت على هذه الجماعة فإن أثرها الفكرى لا يجحده إنسان

“Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan Al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan-lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga.”

(Mabahits Fi ‘Ulumil Quran, Hal. 362. Dar al’ Ilmi wa al Iman)

2⃣ Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu’ud Rahimahullah: “Jangan lupakan jasa Ikhwan dan Al Banna”

Beliau adalah anggota Al Lajnah Ad Daimah, Beliau berkata:

رأي العلامة ابن قعود رحمه الله في حسن البنا
قال العلامة عبد الله بن قعود رحمه الله :
وأنا عندي أن البنا رحمه الله تعالى قام بدور أرجو الله أن يغفر له وأن يضاعف أجره ، والحقيقة أنه حرَّك الدعوة في مصر وانتشرت منه إلى غير مصر على ما له فيه من نقص لكن له السبق ، له السبق في تربية الشباب وفي تـحريك الشباب والناس
إذا ربنا أكرمهم أكثر مما كانوا فالشباب الآن أصبحوا شباب سنة أكثر من ذي قبل وشباب التزام أكثر من ذي قبل والخير فيهم أكثر مما كان في بدايات ( الإخوان ) بلا شك لكن هناك بدؤوا في وقت تكاد تكون لا شيء ، فلا ينسى للناس فضلهم .
المرجع : شريط ( وصايا للدعاة – الجزء الثاني ) للشيخ العلامة عبد الله بن حسن ابن قعود رحمه الله

Berkata Al ‘Allamah Abdullah bin Qu’ud Rahimahullah:

“Bagi saya, sesungguhnya Al Banna Rahimahullah Ta’ala telah menjalankan tugasnya, saya harap semoga Allah mengampuninya dan melipatgandakan pahala baginya.

Pada kenyataannya, dialah yang menggerakan dakwah di Mesir dan menyebarkannya ke luar Mesir di atas sesuatu yang masih ada kekurangan, tetapi dia telah mendahului. Dia telah mendahului dalam mentarbiyah para pemuda dan dalam menggerakan para pemuda dan manusia.

Rabb kita telah memuliakan mereka lebih banyak dari sebelumnya. Lalu pemuda sekarang menjadi pemuda sunah yang lebih banyak daripada sebelumnya, dan pemuda yang memiliki komitmen lebih banyak daripada sebelumnya, dan kebaikan pada mereka lebih banyak daripada permulaan masa (Al Ikhwan), tanpa diragukan lagi. Tapi mereka (Al Ikhwan) memulai pada saat hampir belum ada apa-apa, maka janganlah manusia melupakan keutamaan yang mereka miliki …” sumber: kaset Washaya Lid Du’ah, Juz. 2. (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyah, Hal. 53)

Masa-masa Syaikh Al Banna sampai tahun 80an awal adalah masa hubungan mesra antara Ikhwan dan Kerajaan Arab Saudi. Universitas Islam Madinah, yang sejak perang teluk begitu resisten terhadap Ikhwan sampai sekarang, dulunya juga dibidani oleh para ulama Ikhwan seperti Syaikh Ahmad ‘Assal. Bahkan Syaikh al Qaradhawi menjadi salah satu anggota kehormatan dan majelis tingginya.

3⃣ Peran Ikhwanul Muslimin dalam jihad

– Ikut andil dalam perang melawan Inggris dalam mempertahankan terusan Suez

– Ikut andil bahkan menjadi kontingen terpenting dalam Jihad melawan Zionis di Palestina tahun 1948. Bahkan sampai kini tetap memiliki peran penting dalam mempertahankan Palestina, melalui lahirnya gerakan HAMAS, dengan batalyonnya: ‘Izzuddin al Qassam.

– Berperan penting bersama mujahidin Afganistan dalam mengusir Uni Soveit. Dengan diutusnya tokoh-tokoh Ikhwan seperti Syaikh Kamaluddin as Sananiri, dan Syaikh Abdullah ‘Azzam beserta ribuan pemuda Ikhwan ke Afganistan.

– Peran penting mereka pada masa lalu dalam Jihad di Bosnia, Moro, dan lainnya.

4⃣ Peran Ikhwanul Muslimin dalam kemerdekaan Indonesia

Hal ini sudah terkenal dan terdokumentasikan dengan baik. Ikhwan membentuk panitia kecil untuk kemerdekaan Indonesia, serta mendorong pemerintah Mesir dan timur tengah mengakui kemerdekaan Indonesia. Sehingga Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ikhwanul Muslimin yang saat itu jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan-dukungan negara Arab lainnya untuk mendukung ke merdekaan Indonesia. Dan, setelah Mesir, negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia.

Selengkapnya silahkan:

https://republika.co.id/berita/m79azo/peran-ikhwanul-muslimin-untuk-kemerdekaan-indonesia

https://m.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/08/19/5931/hasan-al-banna-dan-kemerdekaan-indonesia.html

https://historia.id/politik/articles/mesir-dan-kemerdekaan-indonesia-DAxe6

5⃣ Peran Ikhwanul Muslimin dalam dunia intelektualitas

Ini salah satu peran yang tidak terbantahkan. Walau ilmuwan mereka banyak yang disiksa, tiarap, diusir, dizalimi di negerinya dengan fitnah dan tuduhan, tapi karya-karya tokoh mereka tetap mengisi perpustakaan dunia Islam.

– Syaikh Hasan al Banna, dengan kumpulan risalahnya. Bahkan kitab Al Aqaid-nya dipakai di pesantren ternama di Jawa.

– Syaikh Sayyid Quthb, dengan tafsir Fi Zhilalil Quran dan Ma’alim Fith Thariq, yang oleh Syaikh Abdullah Al Qu’ud sebagai kitab yang telah dibayar mahal oleh penulisnya dengan darah dan nyawanya. Belum karyanya yang lain dalam mengkritik Komunis dan Sosialis seperti al ‘Adalah al Ijtima’iyah fil Islam.

– Syaikh Sayyid Sabiq, ulama al Azhar dengan kitab monumentalnya yang tersebar diseluruh dunia Islam, Fiqhus Sunnah, juga Aqidah Islamiyah.

– Syaikh Yusuf al Qaradhawi, seorang ulama al Azhar, faqihul Islam, dengan berbagai kitabnya dalam bidang fiqih, Fatwa-Fatwa, hadits, al Quran, dakwah, sejarah, akhlak, sosial kemasyarakatan, dan lainnya.

– Syaikh Mushthafa as Siba’i, penanggung jawab Ikhwan pertama di Siria, seorang ahli hadits, mujahid, dan pemikir ulung.

– Syaikh Abdul Fatah Abu Ghudah, seorang ahli hadits ternama, pemimpin Ikhwan di Siria setelah Mushthafa as Siba’i.

– Syaikh Muhammad al Ghazali, seorang ulama al Azhar, pemikir, orator, dan pejuang. Banyak kitab-kitabnya tersebar di Indonesia seperti Jaddid Hayatak, dll.

– Sebelum mereka, ada Al Muhaddits Muhibbudin al Khathib, Syaikh Mutawalli asy Sya’rawi (kemudian menyatakan diri mundur dari Ikhwan), Abdul Halim Hamid, yang rata-rata adalah ulama al Azhar.

6⃣ Peran Ikhwanul Muslimin dalam memperkenalkan Syumuliyatul Islam (kesempurnaan Islam)

Saat lahirnya tahun 1928M, banyak kaum muslimin dan kelompok-kelompok Islam yang menampilkan Islam dalam hal tertentu saja. Ada yg hanya menggarap pemuda saja, atau urusan ibadah saja, urusan pelayanan masyakarat saja, urusan sunnah dan bid’ah saja, dan lainnya. Menampakkan Islam dalam wujud serpihan bagian tertentu saja, dinilai tidak tepat sebab Islam itu agama sempurna yang meliputi semua bagian dan fenomena kehidupan.

Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah:

الإسلام نظام شامل يتناول مظاهر الحياة جميعا فهو دولة ووطن أو حكومة وأمة ، وهو خلق وقوة أو رحمة وعدالة ، وهو ثقافة وقانون أو علم وقضاء ، وهو مادة أو كسب وغنى ، وهو جهاد ودعوة أو جيش وفكرة ، كما هو عقيدة صادقة وعبادة صحيحة سواء بسواء

“Islam adalah nizham (tatanan) sempurna yang mencakup seluruh sisi kehidupan. Dia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak dan kekuatan, rahmat dan keadilan, wawasan dan undang-undang, ilmu dan ketetapan, materi dan kekayaan alam, atau penghasilan dan kekayaan, jihad dan da’wah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana dia adalah aqidah yang benar serta ibadah yang sahih, tidak lebih tidak kurang.”

(Al Imam Asy Syahid Hasan Al Banna, Majmu’ah Ar Rasail, hal. 305. Ushul ‘Isyrin No. 1. Maktabah At Taufiqiyah, Kairo. tanpa tahun)

7⃣ Peran Ikhwanul Muslimin dalam memperkenalkan Islam yang moderat (wasathiy)

Tokoh-tokoh Ikhwan, seperti Syaikh Yusuf al Qaradhawi yang juga mufti Qatar, sering menggaungkan ini dalam berbagai karyanya, fatwa, ceramah-ceramahnya. Bahwa Islam itu agama pertengahan, baik konsep dan prakteknya. Tidak seperti paham komunisme, sosialisme, juga tidak seperti kapitalisme, tidak seperti orang kebatinan yg berlebihan dlm perhatiannya terhadap spiritualitas, dan tidak pula seperti kaum materialisme yang melupakan sisi ruhani dan tenggelam dalam materi, dst.

Semoga bisa mengingatkan para pejuang Islam dimasa lalu. Sebagaimana Syaikh Manna al Qaththan, butuh satu jilid sendiri untuk menceritakan sepak terjang dan peran besar Ikhwanul Muslimin di masa kebangkitan Islam modern.

Namun, bagi yang dengki, hasad, pengrajin fitnah, hal-hal seperti ini sama sekali tidak dinilai apa-apa. Sebab, ‘ainus sukhthi (mata kebencian) membuat buta terhadap kebaikan.

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Islam dan Adaptasi Peradaban

💢💢💢💢💢💢💢💢

Islam dan Tradisi

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha:

أنَّها زَفَّتِ امْرَأَةً إلى رَجُلٍ مِنَ الأنْصارِ، فقالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: يا عائِشَةُ، ما كانَ معكُمْ لَهْوٌ؟ فإنَّ الأنْصارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ

Bahwa dia (Aisyah) menyerahkan seorang wanita untuk nikah dengan laki-laki Anshar (Madinah), maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Wahai Aisyah, kenapa tidak ada hiburan? Karena orang-orang Anshar itu suka hiburan.”

(HR. Bukhari no. 5162)

📌 Dalam kisah ini terjadi pernikahan antara wanita muhajirin dengan laki-laki Anshar (Madinah).

📌 Hadits ini menunjukkan pengetahuan dan rasa hormat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selaku tamu (orang Mekkah) terhadap tradisi orang Madinah yaitu al Lahwu: hiburan.

📌 Dalam Islam, tradisi yang bukan berasal dari Islam tidaklah lantas dilenyapkan, tapi justru dijaga dan dirawat jika sejalan dengan Islam. Inilah yang oleh para ulama diistilahkan dengan al ‘Urf ash Shahih (tradisi yang benar).

Para ulama – khususnya Syafi’iyah dan Hanafiyah – mengatakan:

الثابت بالعرف كالثابت بالنص

Ketetapan hukum karena tradisi itu seperti ketetapan hukum dengan Nash/dalil.

(Syaikh Muhammad ‘Amim Al Mujadidiy At Turkiy, Qawa’id Al Fiqhiyah, no. 101)

📌 Ada pun tradisi yang rusak, tidak sejalan dengan Islam, maka Islam menghapusnya dengan hikmah dan diganti dengan alternatif yang lebih baik. Inilah yang diistilahkan para ulama dengan al’ Urf al Fasad (tradisi yang rusak).

📌 Seperti, tradisi Arab jahiliyah melumuri darah hewan ke kepala bayi yang baru lahir, diganti dengan tradisi aqiqah. Tradisi bersenang-senang orang Madinah di dua hari raya mereka: Nairuz dan Mihrajan, diganti dengan bersenang-senang di Idul Fithri dan Idul Adha.

💢💢💢💢💢💢💢💢

Islam dan Gagasan “Asing”

▶️ Khandaq (parit) dalam perang Ahzab

Al Waqidi meriwayatkan, dari Salman al Farisi Radhiyallahu ‘Anhu:

يَا رَسُولَ اللّهِ إنّا إذْ كُنّا بِأَرْضِ فَارِسَ وَتَخَوّفْنَا الْخَيْلَ خَنْدَقْنَا عَلَيْنَا، فَهَلْ لَك يَا رَسُولَ اللّهِ أَنْ نُخَنْدِقَ ؟ فَأَعْجَبَ رَأْيُ سَلْمَانَ الْمُسْلِمِينَ وَذَكَرُوا حِينَ دَعَاهُمْ النّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ أَنْ يُقِيمُوا وَلَا يَخْرُجُوا، فَكَرِهَ الْمُسْلِمُونَ الْخُرُوجَ وَأَحَبّوا الثّبَاتَ فِي الْمَدِينَةِ

Wahai Rasulullah, dulu saat kami di Persia dan kami ketakutan oleh kuda-kuda musuh maka kami membuat khandaq (parit), apakah engkau mau kami buatkan parit untukmu? Maka, kaum muslimin kagum dengan usul Salman, mereka pun teringat saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil mereka di saat perang Uhud untuk tetap di Madinah dan tidak keluar. Akhirnya kaum muslimin tidak suka untuk keluar, mereka memilih tetap bertahan di Madinah (saat perang Ahzab).

(Al Maghazi, 2/445)

▶️ Stempel pada surat-surat resmi

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الرُّومِ، قَالُوا: إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا، ” فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى وَبِيصِهِ، وَنَقْشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ “

Dari Anas bin Malik, dia berkata:

“Tatkala nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak menulis surat kepada Romawi, mereka mengatakan bahwa kaum Romawi tidaklah membaca surat kecuali yang sudah berstempel.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat stempel dari perak, seolah aku melihat kilauannya dan ukirannya bertuliskan: “Muhammad Rasulullah.” (HR. Bukhari no. 7162)

📌 Dua riwayat ini, dan riwayat sejenis, menunjukkan bahwa Islam tidak selalu menolak apa-apa yang datangnya dari Barat (Romawi) dan Timur (Persia)

📌 Semuanya ditimbang dengan adil serta ditilik sesuai maslahat dan madharatnya

📌 Ada manusia yang menolak mentah-mentah, semua hal dari luar Islam, bahwa semuanya rusak dan tidak bermanfaat, serta peradaban kafir yang harus dijauhi.

📌 Sebaliknya ada manusia yang menerima tanpa saringan, semua yang datang dari luar. Mereka silau, menganggap mengadopsi segalanya dari luar adalah sebab kemajuan dan kejayaan. Sampai simbol agama pun dijiplak dari non Islam.

📌 Sikap yang benar adalah adil dan pertengahan. Semua yang datang dari luar, dilihat dulu, screening, lalu ditimbang dengan timbangan teradil yaitu Al Quran dan As Sunnah. Jika sejalan dan tidak bertentangan maka diterima, dan jika bertentangan maka ditolak.

📌 Inilah ilmu dan hikmah, yang bisa kita ambil dari peradaban mana pun setelah kita menyaringnya.

📌 Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu berkata:

الْعِلْمُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ فَخُذُوهُ وَلَوْ مِنْ أَيْدِي الْمُشْرِكِينَ وَلَا يَأْنَفْ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْخُذَ الْحِكْمَةَ مِمَّنْ سَمِعَهَا مِنْهُ

Ilmu itu harta mukmin yang hilang, maka ambillah walau berasal dari kaum musyrikin, dan janganlah kamu remehkan mengambil hikmah dari orang yang telah kamu dengarkan ilmunya. (Imam Ibnu Abdil Bar, Jaami’ Bayan al ‘Ilmi wa Fadhlih, no. 621)

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Kemampuan Diplomasi

Kita ambil pelajaran dari peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Dzulqa’dah, 6 Hijriyah (HR. al Baihaqi, 4/91), membawa 1400 kaum muslimin (HR. Bukhari no. 4154), dan membawa 70 ekor Unta, hendak Umrah ke Baitullah, dihadang Quraisy di Hudaibiyah. (HR. Ahmad no. 18910)

Ada pun isi perjanjian Hudaibiyah (Abu Umar ash Shabuni, as Sirah an Nabawiyah kama Ja’at fi Ahadits ash Shahihah, 3/193-194):

– Tidak ada peperangan selama 10 tahun, tidak ada al makfufah (tipuan), al islaal (pencurian), dan al ighlaal (khianat).

– Siapa yang ingin ikut bersumpah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam silahkan, siapa yang ingin ikut bersumpah bersama Quraisy juga silahkan.

– Pasukan Islam harus pulang tahun ini, tidak boleh ke Mekkah, Umrah ditunda tahun depan dan hanya tiga hari , dan tidak boleh membawa senjata peperangan, hanya boleh membawa pedangnya musafir.

– Orang-orang Mekkah (Quraisy) tidak boleh keluar mengikuti agama Muhammad, sementara orang-orang Madinah tidak boleh dilarang untuk ikut agama orang Quraisy di Mekkah

Isi perjanjian merugikan kaum Muslimin, dan ditentang keras oleh Umar bin al Khathab Radhiyallahu ‘Anhu. Sebab, seperti menunjukkan kelembekkan umat Islam. Tapi di masa-masa tenang saat berlakunya perjanjian Hudaibiyah, justru berbondong-bondong manusia masuk Islam.

Akhirnya, turunlah surat Al Fath (kemenangan) “Inna fatahnaa laka fathan mubiina” (Sesungguhnya Kami telah memberikanmu kemenangan yang nyata).

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ الْكَرِيمَةُ لَمَّا رَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقِعْدَةِ مِنْ سَنَةِ سِتٍّ مِنَ الْهِجْرَةِ، حِينَ صَدَّهُ الْمُشْرِكُونَ عَنِ الْوُصُولِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ لِيَقْضِيَ عُمْرَتَهُ فِيهِ، وَحَالُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ ذَلِكَ، ثُمَّ مَالُوا إِلَى الْمُصَالَحَةِ وَالْمُهَادَنَةِ، وَأَنْ يَرْجِعَ عَامَهُ هَذَا ثُمَّ يَأْتِيَ مِنْ قَابِلٍ، فَأَجَابَهُمْ إِلَى ذَلِكَ عَلَى تَكَرُّهٍ مِنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ، مِنْهُمْ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ….

Turunnya ayat ini, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali dari Hudaibiyah, Dzulqa’dah, 6 H. Saat itu kaum musyrikin menghalangi untuk masuk ke masjid al haram dalam rangka Umrah, mereka berunding, lalu mereka mengambil maslahat dan berdamai, tahun itu juga mereka pulang dan akan datang lagi tahun depan, sebagian sahabat nabi ada yang meresponnya dengan tidak suka, di antaranya Umar bin al Khathab Radhiallahu ‘Anhu ….” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/325)

📌 Peristiwa ini menunjukkan dibalik pengorbanan terhadap idealita, setelah melalui perjuangan dan lobi-lobi, tidak selalu hasilnya buruk. Awalnya bisa jadi nampak buruk di mata manusia.

📌 Perjuangan tidak selalu dimaknai kekerasan, otot, dan ngotot dalam debat.

📌 Sikap mengalah dan berdamai, untuk rehatnya fisik dan jiwa, serta memberikan nafas kepada dakwah Islam adalah bagian dari perjuangan.

📌 Allah Ta’ala selalu punya cara untuk memenangkan pertarungan hidup hamba-hambaNya, maka yakinilah!

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Kemampuan Diplomasi

Kita ambil pelajaran dari peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Dzulqa’dah, 6 Hijriyah (HR. al Baihaqi, 4/91), membawa 1400 kaum muslimin (HR. Bukhari no. 4154), dan membawa 70 ekor Unta, hendak Umrah ke Baitullah, dihadang Quraisy di Hudaibiyah. (HR. Ahmad no. 18910)

Ada pun isi perjanjian Hudaibiyah (Abu Umar ash Shabuni, as Sirah an Nabawiyah kama Ja’at fi Ahadits ash Shahihah, 3/193-194):

– Tidak ada peperangan selama 10 tahun, tidak ada al makfufah (tipuan), al islaal (pencurian), dan al ighlaal (khianat).

– Siapa yang ingin ikut bersumpah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam silahkan, siapa yang ingin ikut bersumpah bersama Quraisy juga silahkan.

– Pasukan Islam harus pulang tahun ini, tidak boleh ke Mekkah, Umrah ditunda tahun depan dan hanya tiga hari , dan tidak boleh membawa senjata peperangan, hanya boleh membawa pedangnya musafir.

– Orang-orang Mekkah (Quraisy) tidak boleh keluar mengikuti agama Muhammad, sementara orang-orang Madinah tidak boleh dilarang untuk ikut agama orang Quraisy di Mekkah

Isi perjanjian merugikan kaum Muslimin, dan ditentang keras oleh Umar bin al Khathab Radhiyallahu ‘Anhu. Sebab, seperti menunjukkan kelembekkan umat Islam. Tapi di masa-masa tenang saat berlakunya perjanjian Hudaibiyah, justru berbondong-bondong manusia masuk Islam.

Akhirnya, turunlah surat Al Fath (kemenangan) “Inna fatahnaa laka fathan mubiina” (Sesungguhnya Kami telah memberikanmu kemenangan yang nyata).

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ الْكَرِيمَةُ لَمَّا رَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقِعْدَةِ مِنْ سَنَةِ سِتٍّ مِنَ الْهِجْرَةِ، حِينَ صَدَّهُ الْمُشْرِكُونَ عَنِ الْوُصُولِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ لِيَقْضِيَ عُمْرَتَهُ فِيهِ، وَحَالُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ ذَلِكَ، ثُمَّ مَالُوا إِلَى الْمُصَالَحَةِ وَالْمُهَادَنَةِ، وَأَنْ يَرْجِعَ عَامَهُ هَذَا ثُمَّ يَأْتِيَ مِنْ قَابِلٍ، فَأَجَابَهُمْ إِلَى ذَلِكَ عَلَى تَكَرُّهٍ مِنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ، مِنْهُمْ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ….

Turunnya ayat ini, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali dari Hudaibiyah, Dzulqa’dah, 6 H. Saat itu kaum musyrikin menghalangi untuk masuk ke masjid al haram dalam rangka Umrah, mereka berunding, lalu mereka mengambil maslahat dan berdamai, tahun itu juga mereka pulang dan akan datang lagi tahun depan, sebagian sahabat nabi ada yang meresponnya dengan tidak suka, di antaranya Umar bin al Khathab Radhiallahu ‘Anhu ….” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/325)

📌 Peristiwa ini menunjukkan dibalik pengorbanan terhadap idealita, setelah melalui perjuangan dan lobi-lobi, tidak selalu hasilnya buruk. Awalnya bisa jadi nampak buruk di mata manusia.

📌 Perjuangan tidak selalu dimaknai kekerasan, otot, dan ngotot dalam debat.

📌 Sikap mengalah dan berdamai, untuk rehatnya fisik dan jiwa, serta memberikan nafas kepada dakwah Islam adalah bagian dari perjuangan.

📌 Allah Ta’ala selalu punya cara untuk memenangkan pertarungan hidup hamba-hambaNya, maka yakinilah!

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Ketegasan dalam menerapkan hukuman

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ المَرْأَةِ المَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا: وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ، ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ، أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Aisyah Radhiallahu ‘Anha bercerita: “Orang-orang Quraisy pernah mengurusi masalah orang paling penting, seorang wanita tokoh Bani Makhzum yang telah melakukan pencurian. Mereka berkata: “Siapa yang mau membicarakan masalah wanita ini kepada Rasulullah?”

Mereka menjawab: “Tidak ada yang berani membicarakannya kecuali Usamah bin Zaid, kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Lalu Usamah pun membicarakannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Usamah: “Apakah engkau hendak membela (wanita itu) dalam urusan hukum-hukum Allah?” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah:

“Sesungguhnya binasanya kaum terdahulu disebabkan jika golongan high class yang mencuri, mereka tidak menghukumnya. Tapi jika yang mencuri wong cilik, hukuman itu dijalankan. Demi Allah, seandainya Fathimah putri Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya.”

(HR. Bukhari no. 3457)

📌 Hadits ini menunjukkan salah satu peradaban Islam yang luhur yaitu egaliter dihadapan hukum.

📌 Siapa pun yang terbukti bersalah walau dia pejabat mesti mendapatkan hukuman yang setimpal kesalahannya.

📌 Fenomena penegakan hukum yang “Tumpul ke atas dan tajam ke bawah” sudah terjadi sejak masa umat terdahulu, dan mereka hancur karena itu.

📌 Umar bin Khathab Radhiallahu ‘Anhu pernah menghukum anaknya sendiri yaitu Abu Syahmah.

📌 Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menceritakan: “Abu Syahmah dihukum oleh Amr bin Ash di Mesir karena dia minum khamr, lalu dia dibawa ke Madinah, lalu dia dihukum ayahnya, Umar bin Khathab, sebagai hukuman untuk mendidik (ta’dib). Kemudian dia sakit selama sebulan, lalu dia wafat. Ada pun apa yang disangka penduduk Iraq bahwa dia wafat karena dihukum cambukan adalah KELIRU.” (Musnad al Faruq, 2/519)

📌 Sungguh Indah peradaban Islam, dan betapa adilnya, sekaligus jawaban bagi orang-orang yang prihatin rasa keadilan atas penegakkan hukum yang tebang pilih.

Demikian. Wallahu A’lam

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top