[Renungan Para Imam dan Hukama] Maksiat Hilangkan Hafalan

💦💥💦💥💦💥

Berkata Nashirus Sunnah, Imam Asy Syafi’iy Rahimahullah:

شكوت إلى وكيع سوء حفظي فأرشدني إلى ترك المعاصي
وأخـبرني بأن العـلم نــور ونور الله لا يهـدى لعـاص

“Aku keluhkan kepada Waki’ tentang buruknya hapalanku, lalu dia membimbingku agar aku meninggalkan maksiat, dan dia memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya dari Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

📋 Hikam wa Aqwaal Al Imam Asy Syafi’iy

🌿🌾🌺🌻🍄🌴🍀🍃🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Imam Tidak Sadar Jika Dirinya Sedang Haid

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

([17/11 09.39] +60 11-2638xxxx)

Assalamualaikum…ustadz
Soalannya.. Kalau imam perempuan haid dlm solat tapi dia tidak sedar dan xtahu smpai habis waktu solat.. Selepas solat baru dia sedar yg dia haid, sahkah solat makmum2 yg lain?

📬 JAWABAN

💢💢💢💢💢💢💢

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh …

Bagi si imam, maka dia mesti ulang, sebab keadaan suci dari hadats adalah syarat sahnya shalat. Khususnya bagi yg haid, atau junub. Ini berbeda dgn kondisi pakaian kena najis, dan dia lupa ada najisnya, maka shalatnya tetap sah, sebab adanya najis termasuk bab ‘melakukan larangan’, sedangkan kondisi haid dan junub termasuk bab ‘meninggalkan perintah’ yaitu perintah untuk mandi jika sdh suci.

Ada pun bagi makmum, jika dia TAHU imamnya berhadats, baik junub, haid, atau blm wudhu, maka makmum juga batal. Ini jelas.

Tapi kalau makmum TIDAK TAHU, maka shalatnya tetap SAH.

Syaikh Utsaimin mengatakan dalam Syarhul Mumti’:

والصحيح في هذه المسألة: أنَّ صلاةَ المأمومينَ صحيحةٌ بكُلِّ حالٍ، إلا مَن عَلِمَ أنَّ الإِمامَ مُحدِثٌ، وذلك لأنهم كانوا جاهلين، فهم معذورون بالجهلِ، وليس بوسعِهم ولا بواجبٍ عليهم أن يسألوا إمامَهم: هل أنت على وُضُوءٍ أم لا؟ وهل عليك جنابةٌ أم لا؟

Yang benar dalam masalah ini: Bahwasanya shalatnya makmum adalah SAH pd tiap keadaaan. Kecuali jika dia tahu si imamnya berhadats, karena ini keadaannya tidak tahu maka mereka diberikan maaf atas ketidaktahuannya. Mereka juga tidak dibebani dan tdk diwajibkan untuk bertanya kepada imam:

Anda sudah wudhu belum? Anda sedang junub atau tidak? (selesai)

Demikian. Wallahu a’lam

🌵🌷🌱🌴🌸🌾🍃🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Bekal Bagi Yang Wuquf di Arafah

💢💢💢💢💢💢

📌 Hari terbaik untuk berdoa.

Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku baca adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).”

📚 HR. At Tirmidzi No. 3509, Malik No. 449, 841, status: Hasan.

📌 Doa terbanyak yang Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam baca

كان أكثر دعاء النبي – صلى الله عليه وسلم – يوم عرفة: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد بيده الخير وهو على كل شيء قدير

Doa yang paling banyak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baca di hari ‘Arafah adalah:

“LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).”

📚 HR. Ahmad, 2/210. Imam Nuruddin Al Haitsami berkata: “Para rijal/perawinya terpercaya.” (Majma’ Az Zawaid,
No. 5550)

📌 Tentunya dianjurkan berdoa untuk dirinya, kedua orangtuanya, keluarganya, negerinya, seluruh kaum muslimin yang teraniaya, dan para mujahidin.

📌 Tidak dianjurkan berpuasa karena yang paling utama adalah banyak berdoa

Diriwayatkan secara shahih:

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ أَنَّهُمْ شَكُّوا فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ فَبَعَثَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحٍ مِنْ لَبَنٍ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummu Al Fadhl, bahwa mereka ragu tentang berpuasanya Nabi Shalllallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari ‘Arafah, lalu dikirimkan kepadanya segelas susu, lalu dia meminumnya.”

📚 HR. Bukhari No. 5636

Oleh karenanya Imam Al ‘Uqaili mengatakan: “Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan sanad-sanad yang baik, bahwa Beliau belum pernah berpuasa pada hari ‘Arafah ketika berada di sana, dan tidak ada yang shahih darinya tentang larangan berpuasa pada hari itu.” (Adh Dhuafa, No. 372)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menjelaskan:

“Ada pun para jamaah haji, tidaklah disunahkan berpuasa pada hari ‘Arafah, tetapi disunahkan untuk berbuka walau pun dia orang kuat fisiknya, tujuannya agar dia kuat untuk banyak berdoa, dan untuk mengikuti sunah.”

📚 Al Fiqhu Al Islami wa Adillatuhu, 3/24

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌴🌱🌸🍃🌵🍄🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

Penyegeraan Waris dan Zakat Menyewakan Rumah

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum waroatullahi wabarakatuh. Saya mohon izin dapat bertanya tentang pembagian waris
Apabila org tua sudah meninggal dan waris belum dilakukan, apakah anak wajib menuntaskan? Bila ada rumah masih atas nama alm orang tua dan dijadikan tempat kos dan juga rumah tinggal anaknya, apakah harus bayar zakat usaha? Menurut info anaknya, uang kosnya hanya cukup untuk makan, bayar listrik, air dan keperluan kenyamanan kosnya seperti pel dan perbaikan kerusakan kecil. Kalau anak-anaknya tidak mau mengurus waris, apakah dosa jika salah seorang anaknya meminta waris karena anak tersebut punya banyak utang di bank dan ingin melunasinya?

📬 JAWABAN

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh.

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d:

Ada tiga pertanyaan ya ..

1⃣ Apakah zakat mesti disegerakan?

Ya, sebaiknya waris tidak ditunda agar hak ahli waris tidak terlantar, sebab kita tidak tahu ajal, dikhawatirikan harta waris belum diapa-apakan tetapi ahli waris sudah ada yang wafat juga. Namun, menyegerakan tentu bukan perkara mudah, mengingat kendala teknis. Seperti wujud harta waris adalah bangunan, yang tidak mudah untuk menjualnya. Disegerakan namun tetap bersabar.

2⃣ Lalu, apakah ada zakat pada rumah yang dijadikan kost?

Iya, barang-barang yang produktif kena zakat yaitu hasilnya yang dizakati. Rumah yang disewakan, maka hasil sewanya yang dizakati, bukan harga total rumahnya plus sewanya, bukan itu. Nishabnya adalah jika hasilnya sudah mencapai senilai 85 gram emas, dikeluarkan zakatnya jika usianya sudah memenuhi satu haul (satu tahun), sebesar 2,5%. (Fatwa-Fatwa ulama Terlampir)

Jika rumah itu dijual, karena ini rumah dipakai sendiri, bukan sebuah objek bisnis, maka tidak ada zakat ketika menjualnya. Bedakan antara menjual rumah karena memang itulah usahanya (property) dengan menjual rumah bukan disebabkan bisnis. Menjual rumah karena bisnis property kena zakat, yaitu zakat perdagangan/perniagaan/tijarah, sebagaimana pendapat mayortas ulama. Hanya sebagian kecil saja ulama yang mengatakan tidak ada zakat perniagaan, seperti Imam Ibnu Hazm, Imam Asy Syaukani, Imam Shiddiq Hasan Khan, dan Syaikh Al Albani.

3⃣ Apakah berdosa seorang anak meminta waris tersebut ketika yang lain tidak ada yang mengurus?

Tidak apa-apa dia meminta haknya, apalagi ketika yang lain tidak peduli. Tapi, ini juga diperhatikan keharmonisan hubungan di antara saudara. Sebaiknya dibicarakan dengan baik tentang urgensi penyegeraan pengurusan harta waris.

Wallahu A’lam

📋 Lampiran Fatwa Ulama:

💥 Tidak Ada Zakat Pada Tanah dan Bangunan Yang Tidak Produktif

Berikut ini kumpulan fatwa para imam zaman ini, tentang tidak adanya zakat tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan, baik dijual, disewakan, ditanami, dan semua bentuk bisnis lainnya. Ini adalah pendapat terkenal dari zaman ke zaman, bahkan boleh dikatakan telah ijma’ (konsensus) para ulama Islam.

1. Fatwa Syaikh Abdul Karim bin Abdullah Al Khudhair

السؤال: اشترى رجل أرضاً يريد أن يبني عليها استثماراً بعد سنة من شرائها فهل يجب عليه فيها الزكاة في هذه السنة وما بعدها؟
الجواب:
أرض الاستثمار لا تجب الزكاة في عينها، اللهم إلا إذا اشتريت هذه الأرض بنية التجارة ليبيع هذه الأرض، أي: يُتاجر فيها، أما أن يقيم عليها مشروعاً يستغل فإن الزكاة في نتاجه، في أجرته، فيما يخرجه من غلة وما أشبه ذلك، أما أصل الأرض ليس عليها زكاة، هذا يريد أن يقيم عليها مشروعاً، فإذا أقام المشروع وأخذ المشروع في الإنتاج فالزكاة معروفة، فإذا أقام عليها مشروعاً سكنياً مثلاً وأجّر هذا المشروع فإن الزكاة في الأجرة وليست في الأرض، ولا في العمارة، إنما الزكاة في الأجرة، لو أقام عليها زراعة فالزكاة في ثمرتها، وهكذا، لكن لو أقام عليها محلاً تجارياً وملأه بالبضائع المعدة للتجارة فالزكاة على البضائع، والمبنى لا زكاة عليه، الزكاة على البضائع تُقَوَّم كلما حال عليها الحول وتزكّى

Pertanyaan:
“Ada seseorang yang memberi tanah dan ia ingin membangun kebun di sana. Setelah satu tahun dari waktu pembeliannya, apakah ia harus mengeluarkan zakat dari tanah tersebut dan begitu pula tahun selanjutnya?”

Jawab:
Tanah yang dijadikan kebun tidak wajib untuk dizakati.

Kecuali jika tanah tersebut ingin dibisniskan. Adapun jika di tanah tersebut ditanam sesuatu, maka zakatnya adalah dari tanaman tersebut atau dari penjualannya yang merupakan hasil dari tanah tersebut. Jadi, tanah itu sendiri tidak ada zakatnya. Baru ada zakat, jika tanah tersebut dimanfaatkan. Jika pemanfaatn itu memiliki hasil, itulah yang dikenai zakat. Jika tanah tersebut memiliki bangunan (misalnya), lalu ada keuntungan dari bangunan tersebut, maka zakat ditarik dari keuntungannya dan bukan ditarik dari tanah dan bukan pula ditarik dari kontruksi bangunan. Sekali lagi zakatnya ditarik dari hasil (keuntungan) tadi. Jika tanah tersebut terdapat tanaman, maka zakatnya ditarik dari hasil tanaman (yaitu buah, dll). Demikian seterusnya. Jika di atas tanah tersebut didirikan sesuatu yang diperdagangkan, maka zakatnya diambil dari hasil perdagangan barang tersebut. Sedangkan bangunannya tidak dikenai zakat apa-apa. Zakat hanya diambil dari keuntungan penjualan barang-barang dagangan yang ada. Ketika keuntungan tersebut telah bertahan satu tahun (haul), maka barulah dikeluarkan zakatnya.
(sumber: http://www.khudheir.com/text/4312)

2. Syaikh muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah

أما السؤال الثاني وهو الأرض التي اشتراها ليبني عليها بناء ولكنه لم يتمكن من البناء عليها لعدم وجود ما يبنيها به فإنه ليس فيها زكاة لأن العقارات التي لا تعد في البيع والشراء أي لا يريد التكسب ببيعها وشرائها ليس فيها زكاة لأنها من العروض والعروض لا تجب فيها الزكاة إلا إذا قصد بها الاتجار وعلى هذا فليس عليه زكاة في هذه الأرض ولو بقيت سنوات كما أنه ليس عليها زكاة إذا بناها أيضاً واستغلها لكن إذا استغلها فإن عليه الزكاة في أجرتها

Adapun pertanyaan kedua, tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan di atasnya, maka dia tidak ada zakat karena tanah milik yang tidak dipersiapkan untuk dijualbelikan yaitu yang tidak diambil keuntungan dari jual belinya, tidaklah terkena zakat, karena itu termasuk harta yang ditempati, dan harta seperti itu tidak wajib dizakatkan kecuali jika dimaksudkan untuk dijual, oleh karena itu tidak ada zakat atas tanah itu, walau pun keberadaannya bertahun-tahun lamanya, dan tidak pula ada zakat jika didirikan bangunan dan ditanamkan sesuatu di atasnya, tetapi jika ditanamkan sesuatu maka zakatnya ada pada harga tanaman itu (jika dijual). (Fatawa Nur ‘Alad Darb, Az Zakah wash Shiyam, No. 199)

Dalam fatwanya yang lain:

س ـ أمتلك قطعة أرض ، ولا أستفيد منها ، وأتركها لوقت الحاجة ، فهل يجب علي أن أخرج زكاة عن هذه الأرض ؟ .. وإذا أخرجت الزكاة هل علي أن أقدر ثمنها في كل مرة ؟
ج ـ ليس عليك زكاة في هذه الأرض لأن العروض إنما تجب الزكاة في قيمتها ، إذا أعدت للتجارة ، والأرض والعقارات والسيارات والفرش ونحوها عروض لا تجب الزكاة في عينها ، فإن قصد بها المال أعني الدراهم بحيث تعد للبيع والشراء والاتجار ، وجبت الزكاة في قيمتها . وإن لم تعد كمثل سؤالك فإن هذه ليست فيها زكاة

Pertanyaan:

Saya mempunyai sebidang tanah, namun tidak menghasilkan apa-apa dan saya biarkan begitu saja. Wajibkah saya mengeluarkan zakat tanah tersebut ? Jika dikeluarkan zakatnya, wajibkah saya memperhitungkan zakatnya ?

Jawaban:

Tanah seperti ini tidak wajib dizakati. Semua barang wajib dizakati saat diperdagangkan. Pada dasarnya tanah, berbagai tanah milik (‘aqarat), kendaraan atau barang-barang lainnya, maka semuannya termasuk harta pemilikan dan tidak wajib dizakati kecuali jika dimaksudkan memperoleh uang, yakni diperjualbelikan atau diperdagangkan. (Fatawa Islamiyah, 2/140. Disusun oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al Musnad)

3. Syaikh Muhammad Khaathir Rahimahullah (mufti Mesir pada zamannya)

Katanya:

لا تجب فى الأرض المعدة للبناء زكاة إلا إذا نوى التجارة بشأنها

Tanah yang dipersiapkan untuk didirikan bangunan tidak wajib dizakati, kecuali diniatkan untuk dibisniskan dengan mengembangkannya. (Fatawa Al Azhar, 1/157. Fatwa 15 Muharam 1398)

4. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Rahimahullah (Mufti Arab Saudi pada zamannya)

س : إذا كان لدى الإنسان قطعة أرض ولا يستطيع بناءها ولا الاستفادة منها ، فهل تجب فيها الزكاة ؟
ج : إذا أعدها للبيع وجبت فيها الزكاة ، وإن لم يعدها للبيع أو تردد في ذلك ولم يجزم بشيء ، أو أعدها للتأجير فليس عليه

عنها زكاة ، كما نص على ذلك أهل العلم ؛ لما روى أبو داود رحمه الله عن سمرة بن جندب -رضي الله عنه- قال : « أمرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نخرج الصدقة مما نعده للبيع »

Pertanyaan:

Jika manusia punya sebidang tanah dan dia tidak mampu mendirikan bangunan dan tidak pula bisa memanfaatkannya, apakah tanah itu wajib dizakati?

Jawaban:

Jika dia mempersiapkannya untuk dijual maka wajib dikelurkan zakat, jika tidak untuk dijual atau ragu-ragu dan belum pasti, atau tidak untuk disewa, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya. Sebagaimana ulama katakan tentang hal itu, karena telah diriwayatkan oleh Abu Daud Rahimahullah, dari Samurah bin Jundub Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Kami diperintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan zakat dari apa-apa yang diperdagangkan.” (Majalah Al Buhuts Al Islamiyah, 56/124)

Selesai. Wallahu A’lam

📓📕📗📘📙📔📒

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top