Hadits Tentang Pahala Puasa Tidak Diterima Sampai Bayar Zakat Fitrah

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Oki Nofrayanto:
Bagaimana derajat hadis tentang pahala puasa kita tidak diterima sampai kita membayar zakat fitrah?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah ..

Bunyi hadits tersebut:

شهر رمضان معلق بين السماء و الأرض ، و لا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر

“Bulan Ramadhan tergantung antara langit dan bumi, tidak sampai kepada Allah kecuali dengan zakat fitrah.”

Hadits ini dha’if. Imam Ibnul Jauzi berkata dalam Al Wahiyat:

لا يصح فيه محمد بن عبيد البصري مجهول

“Tidak shahih, di dalamnya ada Muhammad bin ‘Ubaid Al Bashri, dia majhul (tidak dikenal).” (Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, Juz. 4, Hal. 219)

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: لا يتابع عليه “Hadits ini tidak bisa diikuti.” (Imam Ibnu Hajar, Lisanul Mizan, Juz. 2, Hal. 432)

Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Nashirudin al Albany mengatakan hadits ini dha’if. Dia juga mengatakan:

ثم إن الحديث لو صح لكان ظاهر الدلالة على أن قبول صوم رمضان متوقف على إخراج
صدقة الفطر ، فمن لم يخرجها لم يقبل صومه ، و لا أعلم أحدا من أهل العلم يقول
به ، و التأويل الذي نقلته آنفا عن المقدسي بعيد جدا عن ظاهر الحديث ، على أن
التأويل فرع التصحيح ، و الحديث ليس بصحيح .
أقول هذا ، و أنا أعلم أن بعض المفتين ينشر هذا الحديث على الناس كلما أتى شهر
رمضان ، و ذلك من التساهل الذي كنا نطمع في أن يحذروا الناس منه فضلا عن أن
يقعوا فيه هم أنفسهم !

“Jika hadits ini shahih, maka menurut zhahirnya menunjukkan bahwa ibadah puasa baru diterima jika sudah mengeluarkan zakat fitrah, bagi yang belum menunaikan zakat fitrah maka puasanya tidak diterima, saya tidak mengetahui satu pun ulama yang berpendapat demikian. Pemahaman yang saya kutip barusan saya ambil dari Al Muqaddasi adalah takwil yang sangat jauh dari teks hadits, itu jika haditsnya shahih, ternyata haditsnya tidak shahih.

Saya katakan demikian, karena saya mengetahui bahwa sebagian mufti (ahli fatwa) ada yang menyebarkan hadits ini ketika masuknya bulan Ramadhan. Itu adalah salah satu bentuk menggampangkan masalah yang saya khawatirkan, padahal seharusnya mereka hati-hati dalam mengutarakannya!” (As Silsilah Adh Dha’ifah, Juz. 1, Hal. 120, No. 43).

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌻🌾🌸🌴🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Hukum Bel dan Lonceng di Rumah

🌸🏹🌸🏹🌸🏹

📨 PERTANYAAN:

Kalau kita pake lonceng atau bel di pintu rumah itu hukumnya bagaimana ya?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal hamdulillah ..

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْجَرَسُ مَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ

Lonceng adalah seruling-seruling syetan. (HR. Muslim No. 2114, Abu Daud No. 2556, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 8761)

Lonceng adalah alat komunikasi yang biasa dipakai oleh kaum Nasrani pada gereja-gereja mereka. Terbuat dari besi ada bandulan di dalam sebagai pematuk suara. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang menggunakan lonceng untuk memanggil orang shalat berjamaah, sebab itu menyerupai orang Nasrani. Dilarang pula menggantungkan lonceng dalam perjalanan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعِيرَ الَّتِي فِيهَا الْجَرَسُ لَا تَصْحَبُهَا الْمَلَائِكَةُ

Malaikat tidaklah menyertai qafilah yang di dalamnya terdapat lonceng. (HR. Ahmad No. 26770. Ad Darimi No. 2717. An Nasa’i, As Sunan Al Kubra No. 8760, dll. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 44/355)

Sedangkan ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, memakruhkan suara lonceng. (Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, No. 32594).

Ada pun bel, yang bukan lonceng, seperti yang ada disekolah, kantor-kantor, rumah, bukanlah lonceng yg dimaksud dlm hadits tersebut.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah mengatakan:

وقد أحدثت في هذا العصر أجراس متنوعة لأغراض مختلفة نافعة، كجرس ساعة المنبه الذي يوقظ من النوم، وجرس الهاتف “التليفون”، وجرس دوائر الحكومة، والدور، ونحو ذلك، فهل يدخل هذا في الأحاديث المذكورة وما في معناها؟ وجوابي: لا، وذلك لأنه لا يشبه الناقوس لا في صوته ولا في صورته. والله أعلم.

Pada zaman ini telah ada berbagai suara buatan dengan beragam tujuan. Ada suara alarm jam untuk membangunkan dari tidur, suara dering panggilan telepon, suara bel yang ada di kantor-kantor pemerintah, asrama, atau lainnya. Apakah suara-suara buatan tersebut termasuk dalam hadits-hadits larangan di atas dan hadits-hadits lain yang semakna? Jawabanku, tidak termasuk, karena suara-suara buatan tersebut tidak menyerupai suara lonceng baik dari sisi suara ataupun bentuk. Wallahu A’lam (Jilbab Mar’ah Muslimah, Hal. 169)

Wallahu A’lam

🍃🌾🌸🌻🌴☘🌷🌺

✏ Farid Nu’man Hasan

Hukum Sumbangan Non Muslim Untuk Pembangunan Masjid

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum Ustadz. Di tempat tinggal saya sedang ada pembangunan Mushola. Dalam kepanitian pembangunan tersebut ada yang non Muslim, apakah hal tersebut diperbolehkan dalam Islam? Jazzakallah ustadz. (+62 877-5899-1330‬)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Bantuan non muslim, baik tenaga, pikiran, bahkan uang, dalam pembangunan masjid, selama tidak ada “udang dibalik bakwan” boleh.

Dahulu, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Sallam mendapat hadiah dr non muslim, termasuk saat tertindas Nabi Shalallahu ‘Alaihi Sallam mendapat bantuan dari musyrikin Bani Khuza’ah.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhullah mengatakan:

فإن الشرع قد أباح قبول هدية الكافر، وحيث كان ذلك جائزاً جاز قبول تبرعه في بناء المسجد

Syariat membolehkan menerima hadiah dr org kafir, krn hal itu dibolehkan maka dibolehkan pula sumbangan mereka dalam pembangunan masjid.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 36457)

Dalam fatwa Islam online juga disebutkan:

ولو تبرَّع الكافر للمسجد ببناء أو تجهيز أو غيرهما هل يَقبل المسلمون منه هذا التبرُّع؟ لقد نص فقهاء المذاهب الأربعة على إباحة التعامل مع غير المسلمين حتى في التبرُّع لعمارة المساجد، وما جاء في الحديث إن الله طيِّب لا يَقبل إلا طيبًا لا تدْخل تحته هذه المسألة؛ لأن قَبول الله للطيِّب يَعني الثَّواب عليه، ولا ثواب لغير المسلم في الآخرة كما نصَّت عليه الآية المذْكورة

Jika seorang kafir memberikan sumbangan untuk membangun masjid atau menyiapkannya, atau lainnya, apakah boleh menerimanya? Ahli fiqih empat madzhab telah menetapkan kebolehan bermuamalah dengan orang kafir termasuk dalam sumbangan pembangunan masjid.

Ada pun hadits: “Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali dari yg baik-baik.” Tidaklah termasuk permasalahan ini. Sebab, hadits tersebut membicarakan tentang pahalanya, sedangkan org kafir di akhirat memang mereka tidak mendapatkan pahala dari amalnya, sebagaimana dalil ayat yg menerangkannya. (Selesai)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Meletakkan Al Qur’an Sejajar Dengan Kaki

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Ustadz farid

Ustadz bagaimana baiknya meletakan al Qur’an? Pernah sy lihat di letakknn di bawah jadi sejajar dengan orang duduk di bawah
Jazakallahu khairan(‪+62 822-2623-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Menjaga kehormatan dan menghormati Al Qur’an adalah wajib.

Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

أجمع العلماء على وجوب صيانة المصحف واحترامه

Para ulama ijma’, wajibnya melindungi mushaf dan menghormatinya. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 2/85)

Maka, hendaknya meletakkan Al Qur’an adalah ditempat yang bersih, suci, dan tinggi, tidak sejajar dengan kaki kita. Itu utamanya. Tapi, jika tidak memungkinkan, baik karena tidak ada tempatnya, atau saat hendak sujud ketika sedang shalat sambil memegang mushaf, atau saat sedang sujud tilawah, maka ini tidak apa-apa. Yg terlarang adalah meletakkan di bawah dalam rangka merendahkan dan menghina, maka ini bisa kafir bagi pelakunya.

Referensi 1:

الأوْلى أن يوضع على مكان مرتفع حتى يتحقق رفعه حسّاً ومعنى ، قال الله تعالى : ( مرفوعة مطهرة ) فإذا احتجتَ إلى وضعه : فضعْه على مكان مرتفع ولو قليلاً ، فإذا لم يتيسر : جاز وضعه على الأرض على فراشٍ طاهرٍ ، ونحوه ، وينزَّه المصحف بأن يوضع على مكان منخفض أو على مكان متنجس أو على التراب ؛ لما فيه من الاحتقار له ، وإذا احتيج إلى وضعه على فراش طاهر : فلا بأس بذلك ، مع الحرص على رفعه حسّاً ومعنى

(Fatawa Islamiyah, 4/15)

Referensi 2:

وأما وضع المصحف على الأرض الطاهرة الطيبة : فإن هذا لا بأس به ، ولا حرج فيه ؛ لأن هذا ليس فيه امتهان للقرآن ، ولا إهانة له ، وهو يقع كثيراً من الناس إذا كان يصلي ويقرأ من المصحف وأراد السجود يضعه بين يديه : فهذا لا يعدُّ امتهانا ، ولا إهانة للمصحف ، فلا بأس به

(Syarah Riyadhushalihin, 1/423)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

scroll to top