Shalat Isyraq, Kapan Waktunya?

▫▪▪▪▪▪▪▪▫

📨 PERTANYAAN:

Ummu Umar:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Ustadz . Ttg awal waktu sholat Syuruq dgn awal waktu sholat dhuha ustadz mohon penjelasannya? Jazakallah khairan

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Waktu mulai shalat isyraq adalah kira-kira 20 menit setelah syuruq, dan shalat isyraq juga merupakan awal waktu shalat Dhuha. Tapi ada sebagian ulama mengatakan shalat isyraq dgn shalat Dhuha adalah dua shalat yg berbeda.

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengatakan:

فوقت صلاة الإشراق، يبدأ من بعد ارتفاع الشمس قدر رمح وهو مقدر بعشرين دقيقة تقريبا. وعليه فلا بد أن تنتظر بعد الوقت المدون في التقويم عشرين دقيقة ثم تصلي صلاة الإشراق، وهي جزء من صلاة الضحى

Waktu shalat isyraq dimulai setelah meningginya matahari, seukuran tombak yaitu sekitar +/- 20 menit. Jadi, dia wajib menunggu dulu setelah syuruq selama 20 menit lalu dia shalat isyraq, dan itu bagian dari shalat Dhuha.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 69395)

Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuriy mengutip dari Ath Thayyibiy, dia berkata:

أي ثم صلى بعد أن ترتفع الشمس قدر رمح حتى يخرج وقت الكراهة، وهذه الصلاة تسمى صلاة الإشراق، وهي أول صلاة الضحى. انتهى

Kemudian dia shalat setelah meningginya matahari setinggi tombak, sampai keluar waktu dimakruhkan shalat, shalat ini dinamakan shalat isyraq, yaitu awal dari shalat Dhuha.

(Tuhfah Al Ahwadzi, 3/158)

Imam Syihabuddin Ar Ramliy dalam Fatawa-nya, mengatakan:

المعتمد أن صلاة الإشراق هي صلاة الضحى. انتهى

Pendapat yg resmi (dalam madzhab Syafi’i) bahwa shalat Isyraq adalah shalat Dhuha. (Selesai).

Jadi, shalat isyraq itu shalat Dhuha diawal waktunya. Ada pun waktu paling utama shalat Dhuha adalah saat Unta mulai kepanasan, sebagaimana hadits ini:

Dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalat Al Awwabin (shalat dhuha) waktunya adalah ketika unta merasakan panas.” (HR. Muslim no. 748)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Pandangan Mata Ke Telunjuk Saat Duduk Tasyahud/Tahiyat, Sunnahkah?

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum, Ustadz..

Dari kecil saya melihat ujung telunjuk ketika tahiyat dalam shalat. Apakah benar seperti itu?
Apa makna kita melihat ujung jari telunjuk ketika shalat?
Terimakasih, Ustadz.. (+62 838-2320-xxxx:)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Saat duduk tasyahud, pandangan mata ke telunjuk itu SUNNAH menurut mayoritas ulama.

Dari Abdullah bin Az Zubeir Radhiyallahu’Anhu:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قعد في التشهد وضع كفَّه اليسرى على فخذه اليسرى، وأشار بالسبابة لا يجاوز بصرُه إشارتَه

Bahwasanya Rasulullah ﷺ jika duduk tasyahud meletakkan tangan kirinya di atas paha kiri dan telunjuknya memberikan isyarat serta pandangannya tidak henti melihat kepadanya. (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban)

Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:

فالنظر إلى السبابة أثناء التشهد حتى الانتهاء منه هو السنة عند أكثر أهل العلم، كالشافعية, والحنابلة

Maka memandang ke telunjuk saat tasyahud sampai selesai merupakan sunnah menurut mayoritas ulama; Syafi’iyyah, dan Hanabilah. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 217405)

Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Rahimahullah berkata dalam ‘Aunul Ma’bud:

والمعنى: لا ينظر إلى السماء حين الإشارة إلى التوحيد, كما هو عادة بعض الناس، بل ينظر إلى إصبعه, ولا يجاوز بصره عنها

Maknanya; janganlah melihat ke langit saat mengisyaratkan tauhid seperti kebiasaan sebagian orang, tapi hendaknya dia lihat jarinya dan janganlah berpaling darinya. (Selesai)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Hukum Wanita Memakai Cincin

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum.. bolehkah istri pakai cincin kawin,, sdgkan dalil yg saya tau tdk boleh menampakkan perhiasan? (Nurul A)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Wanita menampakkan perhiasan luarnya seperti cincin, gelang, pewarna tangan, celak, adalah boleh.

Yg tidak boleh itu perhiasan dalam, seperti kalung yg di leher.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah mereka (wanita) Menampakkan perhiasannya, KECUALI yang (biasa) nampak dari padanya ..” (QS. An Nuur (24): 31)

PERHIASAN apakah yg biasa nampak dan boleh nampak?

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah tentang surat An nuur ayat 31 di atas:

بدن المرأة كله عورة يجب عليها ستره، ما عدا الوجه والكفين قال الله تعالى (ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها)، أي ولا يظهرن مواضع الزينة، إلا الوجه والكفين، كما جاء ذلك صحيحا عن ابن عباس وابن عمر وعائشة

“Seluruh tubuh wanita adalah aurat, wajib atasnya untuk menutupnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah para wanita menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya.”, yaitu jangan menampakkan tempat-tempat perhiasannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan, sebagaimana yang diriwayatkan hal itu secara shahih dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Aisyah.”

(Fiqhus Sunnah, 1/127)

Imam Ibnu katsir ketika menafsirkan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya”:

ويحتمل أن ابن عباس ومن تابعه أرادوا تفسير ما ظهر منها بالوجه والكفين، وهذا هو المشهور عند الجمهور

“Ibnu Abbas dan orang-orang yang mengikutinya memaknai maksud “Maa zhahara minha (apa-apa yang biasa nampak darinya)” adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah yang masyhur menurut mayoritas ulama. “

(Tafsir Ibnu Katsir, 6/45)

Ini juga pendapat Ibnu Umar, Atha’, Ikrimah, Adh Dhahak, Abu Sya’tsa’, Said bin Jubeir, dan lain-lain. Sementara Az Zuhri mengatakan: CINCIN dan GELANG KAKI. (Ibid)

Sementara Abdullah bin Mas’ud, Ibrahim An Nakha’i, Hasan Al Bashri, Ibnu Sirrin, Abu Al Jauzaa, dan lain-lain, mereka menafsirkan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya” adalah pakaian dan selendang.

(Tafsir Ath Thabariy, 19/156)

Dengan kata lain menurut mereka, wajah wanita adalah aurat. Namun, dalam riwayat lain dari Hasan Al Bashri, beliau menafsirkan: wajah dan pakaian.

Abdullah bin Abbas mengatakan maksud kalimat itu adalah celak, pewarna tangan, dan cincin.

Sementara Said bin Jubeir dan Atha’ mengatakan: wajah dan kedua telapak tangan.

Qatadah mengatakan: celak, gelang, dan cincin.

Al Miswar bin Mukhramah mengatakan: cincin, celak, dan gelang.

Mujahid berkata: cincin, pewarna tangan, dan celak mata.

Ibnu Zaid mengatakan: celak mata, pewarna tangan, dan cincin, mereka mengatakan demikianlah yang dilihat oleh manusia.

Al Auza’i mengatakan: wajah dan dua telapak tangan.

Adh Dhahak berkata: wajah dan dua telapak tangan.

Sementara Hasan Al Bashri mengatakan: wajah dan pakaian.

Sedangkan Imam Ibnu Jarir, setelah dia memaparkan berbagai tafsir ini, beliau mengatakan:

وأولى الأقوال في ذلك بالصواب: قول من قال: عنى بذلك: الوجه والكفان، يدخل في ذلك إذا كان كذلك: الكحل، والخاتم، والسوار، والخضاب

“Pendapat yang PALING UNGGUL dan BENAR adalah pendapat yang mengartikan (perhiasan yg biasa nampak) dengan wajah dan dua telapak tangan, dan jika demikian maka CELAK, CINCIN, GELANG, dan PEWARNA TANGAN termasuk di dalamnya.”

(Lihat semua dalam Tafsir Ath Thabariy, 19/156-158)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Hukum Membatalkan Puasa Ramadhan dengan Sengaja

💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum, mau bertanya lagi.

Bagaimana seseorang jika pada masa lalunya pernah membatalkan puasa ramadhan dengan sengaja tanpa uzur? Kemudian juga lupa berapa hari Apakah qadha atau dengan sebenar-benarnya taubat?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam, .. Jika sengaja tanpa uzur dia tidak berpuasa, maka ini buruk sekali.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

عرى الاسلام، وقواعد الدين ثلاثة، عليهن أسس الاسلام، من ترك واحدة منهن، فهو بها كافر حلال الدم: شهادة أن لا إله إلا الله، والصلاة المكتوبة، وصوم رمضان

Tali Islam dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan, dan barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal ( untuk dibunuh), (yakni):  Syahadat Laa Ilaaha Illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan. (HR. Abu Yaala dan Ad Dailami dishahihkan oleh Adz Dzahabi. Berkata Hammad bin Zaid: aku tidak mengetahui melainkan hadits ini  telah dimarfukan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Al Haitsami mengatakan sanadnya hasan, Majma Az Zawaid, 1/48. Darul Kutub Al Ilmiyah. Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkannya)

Berkata Imam Adz Dzahabi Rahimahullah:

وعند المؤمنين مقرر:  أن من ترك صوم رمضان بلا مرض، أنه شر من الزاني، ومدمن الخمر، بل يشكون في إسلامه، ويظنون به الزندقة، والانحلال

“Bagi kaum mukminin telah menjadi ketetapan bahwa meninggalkan puasa Ramadhan padahal tidak sakit adalah lebih buruk dari pezina dan pemabuk, bahkan mereka meragukan keislamannya dan mencurigainya sebagai zindiq dan tanggal agamanya. (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/434. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 4/410. Darul Kutub Al Ilmiyah)

Kemudian .., apakah bisa diqadha dihari lain? Bisa, hanya saja nilainya tidak bisa menyamainya walau dengan puasa setahun penuh .. Hal itu berdasarkan hadits:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, secara marfu’:

مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ

Barang siapa yang tidak berpuasa pada Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya. (HR. Bukhari No. 1934)

Dalam Shahih Al Bukhari:

وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَالشَّعْبِيُّ وَابْنُ جُبَيْرٍ وَإِبْرَاهِيمُ وَقَتَادَةُ وَحَمَّادٌ يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ

Sa’id bin Al Musayyab, Asy Sya’bi, Ibnu Jubeir, Ibrahim, Qatadah, Hammad, mereka mengatakan BISA diqadha di hari yg sesuai.

Dalam riwayat lain, ada sahabat nabi yg membatalkan puasa secara sengaja yaitu karena jima’ .. Pdhal tidak sakit, tidak uzur, .. Lalu nabi memerintahkan kaffarat yang sudah diketahui bersama (puasa dua bulan berturut-turut, atau membebaakan budak, atau membebaskan fakir miskin sebanyak 60 org). Para fuqaha mngatakan qadha dan kaffarat sekaligus, dan ini mnjadi dalil bagi pihak ygan mengatakan qadha itu tetap bisa menutupi puasa yang ditinggalkan walau sengaja.

Wallahu a’lam

🌴🍄🌷🌱🌸🍃🌵🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top