Memutar Badan Bagi Imam Setelah Selesai Shalat adalah Sunnah

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Dari Jabir bin Yazid bin Al Aswad, dari ayahnya, dia berkata:

شَهِدْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّتَهُ فَصَلَّيْتُ مَعَهُ صَلَاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ قَالَ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَانْحَرَف

“Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku shalat subuh bersamanya di masjid Al Khaif.” Ia berkata; “Ketika beliau selesai melakasanakan shalat subuh dan Beliau memutar badannya …. ” (Hr. At Tirmidzi No. 219, katanya: hasan shahih)

Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah berkata:

قلت والظاهر أن المعنى انحرف عن القبلة وقال بن حجر أي جعل يمينه للمأمومين ويساره للقبلة كما هو السنة

Aku berkata: yang benar maknanya adalah berpaling dari kiblat. Ibnu Hajar berkata: yaitu menjadikan posisi sebelah kanan badan ke arah Ma’mun, dan bagian kiri ke arah kiblat. Sebagaimana itu adalah sunnah.

📚 Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 2/3. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Mencerai Istri Melalui SMS/Whatsapp dan Saat Hamil

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📨 PERTANYAAN:


Assalaamu’alaikum… Maaf ustadz, saya mau tanya.
Misalkan seorang suami bertengkar lewat sms..trs suami mengucapkan akan ku ceraikan kamu..sebanyak 3 kali sms..itu hukumnya bagaimana ya ust? apakah termasuk sdh talak 3?
Kejadiannya saat hamil.
sebelumnya terima kasih🙏🏽

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam .. Bismillah wal Hamdulillah ..

Ungkapan cerai, baik secara lisan dan tulisan, selama menggunakan kalimat yang sharih dan waadhih (jelas), maka jatuh cerai tersebut. Ada pun jika dengan bahasa kinaayah (kiasan/simbolik), mesti dibarengi oleh niat cerai.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:

واللفظ قد يكون صريحا، وقد يكون كناية، فالصريح: هو الذي يفهم من معنى الكلام عند التلفظ به، مثل: أنت طالق ومطلقة، وكل ما اشتق من لفظ الطلاق.
وقال الشافعي رضي الله عنه: ألفاظ الطلاق الصريحة ثلاثة: الطلاق، والفراق، والسراح، وهي المذكورة في القرآن الكريم. وقال بعض أهل الظاهر: لا يقع الطلاق إلا بهذه الثلاث، لان الشرع إنما ورد بهذه الالفاظ الثلاثة، وهي عبادة، ومن شروطها اللفظ فوجب الاقتصار على اللفظ الشرعي الوارد فيها والكناية :
ما يحتمل الطلاق وغيره

Lafaz cerai bisa lugas bisa juga bahasa simbolik. Yang lugas itu adalah perkataan yang maknanya sesuai dengan makna lafaznya, seperti: “Engkau telah dicerai,” atau perkataan yang lain yang bermakna turunan dari lafz cerai.

Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu berkata: “Lafaz cerai yang lugas ada tiga: “Thalaq/cerai, Al firaaq/perpisahan, dan As Siraah/bubar. Semua ini disebutkan dalam Al Quran Al Karim. Sebagian golongan Zhahiriyah berkata: Tidak jatuh cerai kecuali dengan tiga hal ini, karena syariat hanya menyebutkan tiga bentuk kata ini, dan ini adalah ibadah, dan di antara syarat sahnya adalah adnaya lafaz, maka wajib mencukupkan diri atas lafaz yang datang dari syariat.
Sedangkan lafaz simbolik adalah lafaz yang bisa dimaknai cerai atau selainnya. (Fiqhus Sunnah, 2/253-254)

Seperti “Urusanmu ditangan kamus sendiri”, “engkau haram bagiku”, ini bisa bermakna cerai atau bermakna haram untuk menyakitinya.

Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan bahwa LAFAZ SHARIH (LUGAS) tanpa diniatkan pun sudah sah, seperti kalimat istriku sudah aku cerai, engkau sudah aku cerai. Sedangkan LAFAZ KINAYAH (SIMBOLIK) mesti dibarengi dengan niat cerai. (Ibid)

Ada pun cerai dengan tulisan, di zaman ini bisa dengan surat, SMS, WA, maka itu SAH menurut Syafi’iyah dan Malikiyah, sesuai kaidah: الكتابة تنزل منزلة القول – tulisan itu sepadan kedudukannya dengan perkataan. Bahkan ini menjadi pendapat umumnya ulama.

Para ulama mengatakan:

وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ أَيْضًا عَلَى وُقُوعِ الطَّلاَقِ بِالْكِتَابَةِ ، لأَِنَّ الْكِتَابَةَ حُرُوفٌ يُفْهَمُ مِنْهَا الطَّلاَقُ ، فَأَشْبَهَتِ النُّطْقَ ؛ وَلأَِنَّ الْكِتَابَةَ تَقُومُ مَقَامَ قَوْل الْكَاتِبِ ، بِدَلِيل أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ مَأْمُورًا بِتَبْلِيغِ الرِّسَالَةِ ، فَبَلَّغَ بِالْقَوْل مَرَّةً ، وَبِالْكِتَابَةِ أُخْرَى .وَالْكِتَابَةُ الَّتِي يَقَعُ بِهَا الطَّلاَقُ إِنَّمَا هِيَ الْكِتَابَةُ الْمُسْتَبِينَةِ ، كَالْكِتَابَةِ عَلَى الصَّحِيفَةِ وَالْحَائِطِ وَالأَْرْضِ ، عَلَى وَجْهٍ يُمْكِنُ فَهْمُهُ وَقِرَاءَتُهُ . وَأَمَّا الْكِتَابَةُ غَيْرُ الْمُسْتَبِينَةِ كَالْكِتَابَةِ عَلَى الْهَوَاءِ وَالْمَاءِ وَشَيْءٍ لاَ يُمْكِنُ فَهْمُهُ وَقِرَاءَتُهُ ، فَلاَ يَقَعُ بِهَا الطَّلاَقُ

Para ulama sepakat juga atas sahnya cerai dengan tulisan, karena tulisan merupakan huruf-huruf yang bisa dipahami darinya sebagai perceraian, serupa dengan ucapan, dan karena tulisan itu kedudukannya sama dengan ucapan si pengucapnya. Dalilnya adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam pernah memerintahkan menyampaikan surat, jadi sekali menyampaikan dakwah dengan perkataan, dan dengan tulisan pada waktu lainnya.

Tulisan yang membuat jatuhnya cerai adalah tulisan yang terbaca jelas, seperti tulisan di atas lembaran, tembok, atau tanah, dan apa pun yang mungkin bisa dipahami bacaannya. ada pun tulisan yang tidak jelas, seperti tulisan di udara, air, dan sesuatu yang tidak mungkin untuk membacanya maka tidak sah cerai tersebut. (Al Mausu’ah, 12/216-217)

Bagaimana Cerai saat kondisi Hamil?

Jumhur ulama mengatakan bahwa menceraikan isteri pada saat hamil adalah boleh, bahkan Imam Ahmad menyebutnya cerai yang sejalan dengan sunnah. Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut:

ثُمَّ لِيُطَلِّقْهَا طَاهِرًا أَوْ حَامِلًا

“Kemudian, ceraikanlah dia pada waktu suci atau hamil.” (HR. Muslim No. 1471)

Imam An Nawawi memberikan komentar:

فِيهِ دَلَالَة لِجَوَازِ طَلَاق الْحَامِل الَّتِي تَبَيَّنَ حَمْلهَا وَهُوَ مَذْهَب الشَّافِعِيّ ، قَالَ اِبْن الْمُنْذِر وَبِهِ قَالَ أَكْثَر الْعُلَمَاء مِنْهُمْ طَاوُس وَالْحَسَن وَابْن سِيرِينَ وَرَبِيعَة وَحَمَّاد بْن أَبِي سُلَيْمَان وَمَالِك وَأَحْمَد وَإِسْحَاق وَأَبُو ثَوْر وَأَبُو عُبَيْد ، قَالَ اِبْن الْمُنْذِر : وَبِهِ أَقُول . وَبِهِ قَالَ بَعْض الْمَالِكِيَّة

“Di dalamnya terdapat dalil bagi bolehnya mencerai wanita yang jelas kehamilannya, itulah madzhab Asy Syafi’i. berkata Ibnul Mundzir: “Dengan ini pula pendapat mayoritas ulama, di antara mereka adalah Thawus, Al Hasan, Ibnu Sirin, Rabi’ah, Hammad bin Abi Sulaiman, Malik, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Abu ‘Ubaid.” Berkata Ibnu Mundzir: “Aku juga berpendapat demikian.” Dan dengan ini juga pendapat sebagian Malikiyah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 10/65)

Namun, sebagian Malikiyah lainnya mengharamkannya, dan Ibnul Mundzir meriwayatkan bahwa Al Hasan (Al Bashri) memakruhkan. Demikian keterangan lanjutan dari Imam An Nawawi, dalam kitabnya tersebut. Namun pendapat yang membolehkan adalah lebih sesuai dengan nash syariat. Selesai.

📌 Konteks Hukum Indonesia

Di Indonesia, sebagian kalangan menganggap perceraian baru dianggap sah jika disahkan oleh pengadilan. Misalnya, seperti majelis tarjih Muhammadiyah, ini agar meminimalisir angka perceraian. Ada pun MUI menganggap perceraian yang terjadi diluar persidangan mesti dilaporkan ke pengadilan untuk diputuskan sah atau tidaknya.

Namun, secara fiqih, sebagaimana yang sdh kami bahas jika syarat-syarat perceraian sudah terpenuhi, maka itu sah, walau belum disidangkan oleh pengadilan agama.

Wallahu A’lam

🌸🌴☘🌺🌾🌿🍃🌻

✍ PUSAT KONSULTASI SYARIAH-DEPOK

Wasiat Harta

🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Apa sih perbedaan seseorang berwasiat harta dengan memberikan hadiah?

Syaikh K.H. Muhammad Muhajirin Amsaar Bakasiy Rahimahullah -seorang ulama Nusantara, berasal dari Bekasi- dia berkata dalam Syarahnya terhadap kitab Bulughul Maram:

و الوصية بالمال هي التبرع بعد الموت و اما التبرع فى الحياة فانه هبة أو صدقة أو هدية فلا تنفيذ الوصية الا بعد الموت

Wasiat dengan harta adalah pemberian yang dilakukan setelah kematian. Sedangkan pemberian pada saat masih hidup itu adalah hibah, sedekah, dan hadiah. Maka, wasiat tidak bisa dilaksanakan kecuali setelah kematian.

(Mishbahuzh Zhalam Syarh Bulugh Al Maram, Jilid. 3, Hal. 13. 2914M-1435H. Darul Hadits. Jakarta)

Syariat Islam menganjurkan umatnya menuliskan wasiat, sebagaimana hadits berikut:

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ما حقُّ امِرئٍ مسلمٍ ، له شيءُ يُوصي فيه ، يَبِيتُ ليلتين إلا ووصيتُه مكتوبةٌ عندَه

Tidak ada hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan, dia bermalam selama dua malam, melainkan wasiatnya sudah tertulis disisinya. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Ini menunjukkan anjuran kuat bagi seorang muslim untuk melakukannya. Syaikh K.H. Muhammad Muhajirin Amsaar Rahimahullah berkata:

قال النووى فى شرح مسلم : فيه الحث على الوصية، قد اجمع على الامر بها، لكن مذهبنا و مذهب الجماهير انها مندوبة لا واجبة، و قال داود و غيره من اهل الظاهر: هي واجبة لهذا الحديث و لا دلالة لهم فيه، فليس فيه تصريح بإيجابها لكن ان كان على الإنسان دين أو حق أو عنده وديعة أو نحوه لزمه إيصاء بذلك

Imam An Nawawi berkata dalam Syarh Muslim: “Pada hadits ini terdapat dorongan untuk membuat wasiat. Telah terjadi ijma’ atas perintah membuatnya. Tetapi madzhab kami dan juga madzhab mayoritas ulama berpendapat bahwa hal itu sunah bukan wajib. Sedangkan Daud dan selainnya, dari golongan tekstualist (Ahluzh Zhahir), berpendapat wajib berwasiat berdasarkan hadits ini. Hadits ini bukankah alasan bagi mereka.

Di dalam hadits ini tidak ada keterangan yang menunjukkan wajibnya. Tetapi, jika manusia memiliki hutang, atau hak, atau dia memiliki harta wadi’ah (titipan), atau yang semisalnya, maka dia mesti/wajib berwasiat karena hal ini. (Mishbahuzh Zhalam, Ibid)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌸🌾🌻🌴🌺☘🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Allah Ta’ala dan RasulNya Telah Menjamin Kemenangan Bagi Kaum Muslimin

💦💥💦💥💦💥💦💥

Allah Ta’ala berfirman:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, namun Allah menyempurnakan cahaya (agama)Nya walau orang-orang kafir membencinya. Dialah (Allah) yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas semua agama-agama, walau orang-orang musyrik membencinya. (Qs. Ash Shaf: 8-9)

Dalam Tafsir Al Muyassar:

الله هو الذي أرسل رسوله محمدا بالقرآن ودين الإسلام؛ ليعليه على كل الأديان المخالفة له، ولو كره المشركون ذلك

Allah, Dialah yang mengutus seorang rasul yaitu Muhammad, dengan membawa Al Quran dan agama Islam, untuk meninggikannya di atas semua agama yang menyelisihinya, walau orang-orang musyrik membenci agama itu (Islam). (Tafsir Al Muyassar, 10/122)

Dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بَشِّرْ هَذِهالْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ، وَالدِّينِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ

“Berikan kabar gembira kepada umat ini dengan keagungan, ketinggian, agama, pertolongan, dan kedudukan kuat di muka bumi.”

(HR. Ahmad No. 21220, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan: isnaduhu qawwiy-isnadnya kuat. Juga diriwayatkan oleh Asy Syaasyi No. 1491, Al Hakim, 4/311. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6834, 10335, juga dalam Dalail An Nubuwah, 6/317-318 , dari jalan Zaid bin Al Hibab, dan lain-lain. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 2825)

Bisa jadi, kaum muslimin kalah di beberapa front pertempuran, beberapa mimbar perjuangan, dan beberapa periode pertarungan …. Tapi, itu tidak seberapa dibanding kemenangan besar yang telah dan akan mereka raih.

Imam Asy Syaukani Rahimahullah berkata:

وهذا الوعد لهم بالنصر ، والغلبة لا ينافيه انهزامهم في بعض المواطن ، وغلبة الكفار لهم ، فإن الغالب في كل موطن هو : انتصارهم على الأعداء ، وغلبتهم لهم ..

“Ini adalah janji pertolongan untuk mereka, dan kemenangan tidak berarti meniadakan adanya kekalahan mereka di beberapa medan perang, dan kemenangan orang-orang kafir terhadap mereka, sebab pemenang dalam semua medan adalah pertolongan untuk mereka atas musuh-musuhnya, kemenangan mereka atas musuh-musuh tersebut ….” (Fathul Qadir, 6/224. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Wallahul Musta’an

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻


🍃🌸 Syarat Menjemput Kemenangan Umat Islam🌸🍃

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫

1⃣ Iman yang mendalam bahwa kemenangan berasal dari Allah Ta’ala

2⃣ Kekuatan Hubungan Dengan Allah Ta’ala

3⃣ Strategi dan perencanaan yang matang

4⃣ Persatuan umat Islam

5⃣ Optimalisasi para pemuda

6⃣ Peran muslimah membentuk generasi penerus

7⃣ Kekuatan dana

8⃣ Penguasaan media dan sarana perjuangan lainnya

Wallahu a’lam wa Lillahil’Izzah

📙📘📕📒📔📓📗

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top