Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Rakaat Tarawih Itu Tidak Tentu, Disesuaikan Dengan Kondisi Jamaahnya”

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Beliau Rahimahullah berkata:

وَالْأَفْضَلُ يُخْتَلَفُ بِاخْتِلَافِ أَحْوَالِ الْمُصَلِّينَ، فَإِنْ كَانَ فِيهِمْ احْتِمَالٌ لِطُولِ الْقِيَامِ، فَالْقِيَامُ بِعَشْرِ رَكَعَاتٍ وَثَلَاثٍ بَعْدَهَا
كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي لِنَفْسِهِ فِي رَمَضَانَ وَغَيْرِهِ هُوَ الْأَفْضَلُ، وَإِنْ كَانُوا لَا يَحْتَمِلُونَهُ فَالْقِيَامُ بِعِشْرِينَ هُوَ الْأَفْضَلُ، وَهُوَ الَّذِي يَعْمَلُ بِهِ أَكْثَرُ الْمُسْلِمِينَ، فَإِنَّهُ وَسَطٌ بَيْنَ الْعَشْرِ وَبَيْنَ الْأَرْبَعِينَ، وَإِنْ قَامَ بِأَرْبَعِينَ وَغَيْرِهَا جَازَ ذَلِكَ وَلَا يُكْرَهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ.
وَقَدْ نَصَّ عَلَى ذَلِكَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ الْأَئِمَّةِ كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ.
وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ قِيَامَ رَمَضَانَ فِيهِ عَدَدٌ مُوَقَّتٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُزَادُ فِيهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْهُ فَقَدْ أَخْطَأَ

Dan yang paling utama adalah disesuaikan kondisi jamaah yang shalat, jika mereka kuat lama berdirinya maka lakukan 13 rakaat seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk dirinya dan orang lain di bulan Ramadhan, maka itu lebih utama.

Jika mereka tidak kuat lama maka shalat 20 rakaat lebih utama (dengan bacaan pendek, pen). Jumlah inilah yang dilakukan mayoritas kaum muslimin. Jumlah itu pun pertengahan antara 10 dan 40 rakaat. Memilih 40 rakaat atau lainnya diperbolehkan, tidak ada masalah. Lebih dari satu imam yang menyatakan hal itu seperti Imam Ahmad dan lainnya.

Siapa yang menyangka bahwa Qiyam Ramadhan terdapat jumlah rakaat tertentu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak boleh ditambah dan dikurangi, itu adalah sangkaan yang salah.

📚 Imam Ibnu Taimiyah, Al Fatawa Al Kubra, 2/120

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Apa yang dikatakan Syaikhul Islam benar, kita dapati dalam riwayat Shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukannga 11 rakaat, seperti yang diceritakan Bunda ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha (HR. Al Bukhari), pernah juga 13 rakaat (HR. Muslim).

Sementara kenyataan sejarah selanjutnya, para sahabat di Mekkah 20 rakaat plus witir 3 rakaat, bahkan di Madinah 36 rakaat plus witir 3 rakaat, dan seterusnya. Artinya, dalam pemahan salafush shalih jumlah 11 dan 13 rakaat yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lakukan bukanlah angka saklek yang tidak boleh ditambah, semuanya disesuaikan kondisi jamaah. Dan, semua ini bagus, seperti yang dikatakan Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah.

Demikian. Wallahu A’lam

☘🌸🌺🌴🌻🍃🌾🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Keutamaan Memberikan Makan Sahur

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Memberikan makan untuk orang yang bersahur termasuk amal shalih yang utama. Sebab itu menjadi fasilitas dan mempermudah orang lain untuk beribadah. Apalagi jika mereka yang bersahur adalah orang-orang yang tidak mampu.

Hal ini sejalan dengan ayat:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

Dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa. (QS. Al Maidah: 2)

Serta hadits Nabi ﷺ :

وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ

Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah ﷻ akan penuhi kebutuhan dia. (HR. Al Bukhari No. 2442, Muslim No. 2580)

Imam Al Munawi Rahimahullah mengatakan:

أي في قضاء حاجة أخيه في الدين

Yaitu memenuhi kebutuhan saudaranya seagama. (Faidhul Qadir, 6/317)

Imam Ibnu ‘Allan Rahimahullah mengatakan:

أي ما يحتاج إليه حالاً أو مآلاً

Yaitu memenuhi apa-apa yang dia butuhkan baik berupa keadaan (non harta) dan harta. (Dalilul Falihin, 2/282)

Lalu, apakah juga akan mendapatkan pahala seperti orang yang santap sahur? Sebagaimana kita ketahui bahwa makan sahur itu berkah, sebagaimana hadits Nabi ﷺ.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)

Maka, semoga keberkahan ini juga diperoleh oleh orang yang memberikan makan sahur. Sebab, prinsip umum dalam Islam, orang yang menjadi sebab munculnya kebaikan maka dia akan mendapatkan ganjaran kebaikan itu. Hal ini bisa terlihat dalam beberapa hadits berikut:

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا

Barang siapa yang membantu persiapan orang berjihad maka dia juga telah berjihad. (HR. Al Bukhari No. 2843)

Hadits lain:

ألا الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالم أو متعلم

Ketahuilah dunia initerlaknat, terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali: berdikir kepada Allah, dan apa-apa yang mendukung dzikir, dan orang berilmu atau penuntut ilmu. (HR. At Tirmidzi No. 2322, hasan)

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu. (HR. At Tirmidzi No. 807, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21676, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 3332. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3952. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan lighairih. Lihat ta’liq Musnad Ahmad No. 21676, Al Bazzar dalam Musnadnya No. 3775)

Demikianlah keutamaan memberikan makan sahur. Wallahu A’lam

☘🌸🌺🌴🌻🍃🌾🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Imam Shalat Tarawih Melihat Mushaf

💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum… Ustadz… Ana Saiful (grup Usman)…
Mohon maaf mengganggu… Ana mau tanya, Tadz…
Boleh tidak Imam sholat taraweh memegang mushaf untuk membaca surat setelah alfatihah…?!
Hukumnya bagaimana, Tadz…?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah .., Bismillah wal Hamdulillah ..

Shalat dengan membaca mushaf adalah boleh memurut mayoritas ulama, baik Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal, hanya Imam Abu Hanifah yang menyatakan batal. Umumnya, pembolehan ini adalah pada shalat sunah, kecuali bagi yang belum hapal Al Fatihah maka boleh juga pada shalat wajib.

Berikut keterangan dari Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

فإن ذكوان مولى عائشة كان يؤمها في رمضان من المصحف، رواه مالك. وهذا مذهب الشافعية

“Dzakwan, hamba sahayanya ‘Aisyah, kalau jadi imam bagi Aisyah di waktu shalat dalam bulan Ramadhan biasa membaca ayat dari mushhaf (Diriwayatkan oleh Malik). (Fiqhus Sunnah, 1/267)

Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

لَوْ قَرَأَ الْقُرْآنَ مِنْ الْمُصْحَفِ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ سَوَاءٌ كَانَ يَحْفَظُهُ أَمْ لَا بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ ذَلِكَ إذَا لَمْ يَحْفَظْ الْفَاتِحَةَ كَمَا سَبَقَ، وَلَوْ قَلَّبَ أَوْرَاقَهُ أَحْيَانًا فِي صَلَاتِهِ لَمْ تَبْطُلْ، وَلَوْ نَظَرَ فِي مَكْتُوبٍ غَيْرِ الْقُرْآنِ وَرَدَّدَ مَا فِيهِ فِي نَفْسِهِ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ وَإِنْ طَالَ، لَكِنْ يُكْرَهُ، نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ فِي الْإِمْلَاءِ وَأَطْبَقَ عَلَيْهِ الْأَصْحَابُ

“Seandainya membaca Al Quran melalui mushaf, tidaklah membatalkan shalatnya. Sama saja, apakah dia sudah hafal Al Quran atau belum, bahkan menjadi wajib melihat mushaf jika dia belum hafal Al Fatihah sebagaimana penjelasan lalu. Walau kadang membolak-balikan halamannya dalam shalat, maka itu tidak membatalkan shalatnya. Juga bagi seorang yang melihat catatan lain selain Al Quran dan diulang-ulang isinya dalam hati walau lama tidaklah batal, tetapi makruh. Demikian pemaparan Asy Syafi’i dalam Al Imla’.”

( Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab_, 1/20. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Ini juga menjadi pendapat Imam Malik, Imam Muhammad bin Hasan, Imam Abu Yusuf, Imam Ahmad bin Hambal, sedangkan Imam Abu Hanifah mengatakan: batal shalatnya. (Ibid)

Wallahu A’lam

🌾🌸🌻🌺🌱🍃🌴☘🌿

✍ Farid Nu’man Hasan

Framing dan Stigma; Lagu Lama Kaum Kuffar dan Munafikun

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Memunculkan opini dengan melakukan “framing” dan “Stigma” bukanlah hal baru dialami Islam dan umat Islam

📌 Dahulu, kaum munafik menyebut orang-orang beriman dengan sebutan “sufaha” (orang-orang bodoh) ..

Allah Ta’ala berfirman: Qaaluu anu’minu kamaa aamanas sufahaa ? – “Orang-orang munafiq berkata: apakah kami harus beriman seperti orang-orang bodoh itu beriman ?” (Qs. Al Baqarah: 13)

📌 Dahulu, mereka menyebut Al Quran adalah dongeng orang-orang terdahulu.

Allah Ta’ala berfirman: Idza tutla ‘alaihi aayatuna qaala asathiirul awwaliin – jika dibacakan kepadanya ayat Kami, dia mengatakan: ini adalah dongeng orang terdahulu. (Qs. Al Qalam: 15)

📌 Dahulu, mereka telah menyebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Ahli Sihir dan Pendusta

Allah Ta’ala berfirman: Wa ‘ajibuu an jaa’a minhum wa qaalal kaafiruuna haadza saahirun kadzdzaab – Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul) dari kalangan mereka. Dan orang-orang kafir berkata, “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta” (Qs. Shaad: 4)

📌 Dahulu, mereka menyebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai penyair dan gila

Allah Ta’ala berfirman: Wa yaquuluna ainnaa lataarikuu aalihatinaa lisyaa’irim majnuun – Dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami hanya karena seorang penyair gila?” (Qs. Ash Shaffat: 36)

📌 Semua yang disebutkan oleh kaum kuffar dan munafik terhadap Nabi, Al Quran, dan Islam, tidak lain adalah untuk menjauhkan manusia dari ajarannya, membuat ragu dan distorsi

Maka ….

📷 Jika hari ini Islam dan umat Islam disebut :

🏹 Radikal
🔫 Teroris
✂ Anti Kebhinekaan dan NKRI
💣 Sumbu Pendek

Itu adalah lagu lama .. tuduhan lama .. yang dimainkan oleh wajah-wajah baru kaum kuffar dan munafikun, dengan tujuan menjauhkan umat manusia dari Islam, dan menjauhkan umat Islam sendiri dari agamanya, dari Tuhannya, Kitab sucinya, Nabinya, dan aturan-aturannya.

Wallahul Musta’an !

☘🌸🌺🌴🍃🌷🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top