Gigihnya Gangguan Syetan Kepada Orang yang Shalat

💢💢💢💢💢💢

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا نُودِيَ بِالْأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ الْأَذَانَ فَإِذَا قُضِيَ الْأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِيَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِي كَمْ صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ

“Apabila adzan dikumandangkan, maka syetan berpaling, dia memiliki kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut.

Dan apabila adzan tersebut selesai, maka dia maju lagi menghadap. Apabila diiqamatkan shalat, maka dia berpaling lagi.

Dan apabila iqamah selesai dikumandangkan maka dia menghadang lagi, melintas di antara seseorang dan nafsunya.

Di berkata, ‘Ingatlah demikian dan ingatlah demikian’ untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Maka apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dan dia duduk (sekali) ‘.”

📚 Shahih Muslim No. 884

🌴🌱🌷🌾🌵🌹🍃🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Hadits Ikatlah Ilmu dengan Mencatatnya

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamu ‘Alaikum, Wr Wb. Benarkah kalimat ‘Ikatlah Ilmu dengan Tulisan’, apakah ini hadits? (dari Hamba Allah)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismilla wal Hamdulillah ..

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Nu’aim Al Ashbahani. Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قيدوا العلم بالكتابة

“Kalian Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Abu Nu’aim, Akhbar Ashbahan, No. 1809, Abu Abdillah Al Hakim At Tirmidzi dalam Nawaadir Al Ushuul, 1/169. Dha’if menurut Syaikh Muhammad bin Darwisy Al Huut Al Bairuni, Asnal Marthalib No. 1009)

Ada pula ucapan seperti itu sebagai ucapan sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Anas bin Malik Radhilallahu ‘Anhu. Berkata Tsumamah:

Anas berkata kepada kami:
“Kalian ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 700)

Imam Al Haitsami Rahimahullah dalam Majma’ Az Zawaid mengomentari ucapan Anas ini, katanya: “rijal (periwayat) hadits ini adalah rijal shahih.” (Majma’ Az Zawaid, No. 681).

Sehingga, ucapan seperti ini yang shahih adalah lebih tepat disebut hadits mauquf (terhenti pada sahabat), yakni ucapan Anas.

Oleh karena itu, Imam Al ‘Ajluni Rahimahullah menyebutkan bahwa Al ‘Askari berkata: “Aku kira ini bukanlah ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, melainkan ucapan Anas bin Malik, telah diriwayatkan dari Abdullah bin Al Mutsanna, dari Tsumamah, bahwa dia berkata: “Dahulu Anas bin Malik berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Kasyful Khafa, 1/119)

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah juga berkata:

والصواب عن ثمامة ان انسا كان يقول ذلك لبنيه ولا يرفعه

Yang benar adalah dari Tusamaamah bahwa Anas dahulu berkata seperti itu kepada anaknya dan bukan hadits marfu’ (sampai ke Nabi). (Al ‘Ilal Al Mutanahiyah, 1/86)

Al Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah berkata:

قَالَ مُوسَى: اتَّفَقَ الْأَنْصَارِيُّ وَمُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَسَعِيدٌ عَلَى هَذَا فِي قَوْلِ أَنَسٍ، وَرَفَعَهُ عَبْدُ الْحَمِيدِ، وَلَا يَصِحُّ رَفْعُهُ

Berkata Musa: Telah sepakat Al Anshari, Muslim bin Ibrahim, dan Sa’id, bahwa ini adalah ucapan Anas dan dimarfu’kan oleh Abdul Humaid, dan tidak shahih pemarfu’an itu. (Al Ilma’, Hal. 147)

Namun, ada yang mirip dengan ini, dan marfu’ (sampai kepada Rasulullah), yaitu riwayat Imam Ath Thabarani:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن عُمَرَ ، قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أُقَيِّدُ الْعِلْمَ ؟ ، قَالَ : نَعَمْ ، قُلْتُ : وَمَا تَقْيِيدُهُ ؟ قَالَ : الْكِتَابُ

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dia bertanya: “Ya Rasulullah, apakah ilmu harus ikat?”, Rasulullah menjawab: “Ya.” Aku berkata: “Apa pengikatnya?” Beliau menjawab: “Buku (tulisan).” (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No. 936, dan Al Awsath No. 5056)

Hadits ini hasan. Imam Al Haitsami mengatakan, dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Al Muammal. Dia dinilai tsiqah (kredibel) oleh Imam Yahya bin Ma’in dan Imam Ibnu Hibban. Imam Ibnu Sa’ad mengatakan, dia tsiqah dan haditsnya sedikit. Namun Imam Ahmad mengatakan, hadits-haditsnya munkar. (Majma’ Az Zawaid, No. 679)

Demikian. Zaman ini mencatat ilmu bisa dilakukan secara digital dan canggih, bisa simpan di email, google drive, dan sebagainya. Semuanya secara esensinya sama sama mengikat ilmu dan menjaganya agar tidak hilang, cara terbaik adalah menghapalkannya, mengajarkannya, dan mengamalkannya.

Wallahu A’lam

🌷🌴🌸🌱🌵🌾🌹🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Waspadai Para Pencari Dunia di Medan Da’wah dan Perjuangan

💢💢💢💢💢💢💢

Asy Syaikh Al ‘Allamah Dr. Yusuf Al Qaradhawi Hafizhahullah berkata:

وعلى رجال الدعوات أن يحذروا على صفوفهم من الطفيليين الطامحين الطامعين ٬ الذين يتسللون إلى الجماعات المؤمنة تسلل الميكروبات إلى الجسم السليم ٬ ويتسلقون على أكتاف الآخرين ٬ كلامهم كثير ٬ وعملهم قليل ٬ يقلون عند الفزع ٬ ويكثرون عند الطمع ٬ حتى تكشفهم المحن ٬ ويميز الله الخبيث من الطيب. أجل.. إن شر ما تصاب به الدعوات الربانية ٬ هم أولئك المحتالون ٬ الذين يتخذونها قنطرة إلى مآربهم ٬ وسلما إلى مطامعهم ٬ متظاهرين بالتقوى ٬ متوسلين بالقول المعسول ٬ والحماس المفتعل ٬ والملمس الناعم ٬ وباطنهم خراب ٬ وقلوبهم هواء! هؤلاء هم الذين حذر منهم رسول الله صلى الله عليه وسلم حين قال:

“يخرج في آخر الزمان رجال يختلون الدنيا بالدين ٬ يلبسون للناس جلود الضأن من اللين ٬ ألسنتهم أحلى من السكر ٬ وقلوبهم قلوب الذئاب ٬ يقول الله عز وجل: أبي يغترون أم علي يجترئون؟ فبيحلفت: لأبعثن على أولئك منهم فتنة تدع الحليم منهم حيرانا”.

Para aktifis da’wah hendaknya mewaspadai barisan mereka dari para opurtunis, orang-orang rakus dan tamak, yang menyusup ke dalam jama’ah mu’minah seperti menyusupnya kuman ke tubuh yang sehat dan membebani pundak yang lain. Mereka biasanya banyak bicara tapi aktifitasnya sedikit, di saat suasana kritis jumlah mereka sedikit namun jumlah mereka menjadi banyak ketika ada objek yang dirakusi, sampai akhirnya kedok mereka tersingkap jika adanya ujian, dan Allah membedakan antara yang kotor dan baik.

Benar, bencana yang seringkali menimpa da’wah orang-orang Rabbani adalah keberadaan para penyusup yang memanfaatkan da’wah sebagai jembatan untuk mendapatkan tujuan dan keserakahan mereka, sambil berlagak bertakwa, menggunakan kata-kata manis bagaikan madu, semangat yang dibuat-buat dan sentuhan yang memikat, padahal batin mereka rusak, hati mereka dipenuhi hawa nafsu.

Mereka inilah yang diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabdanya:

“Di akhir zaman akan muncul orang-orang yang mengambil dunia dengan agama. Mereka mengenakan kulit domba untuk berlemah lembut, lidah mereka lebih manis dari gula, tapi hati mereka hati serigala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Apakah mereka hendak menipuKu atau lancang terhadapKu? Aku bersumpah dengan diriKu, Aku benar-benar akan membangkitkan cobaan atas mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membiarkan orang lembut di antara mereka dalam keadaan bingung.” (HR. At Tirmidzi, hasan shahih)

▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪

📚 Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, An Niyah wal Ikhlash, Hal. 71

🌱🌴💐🌿🍃🌺🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Posisi Duduk di Antara Dua Sujud yang Sesuai Sunnah

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Ustadz….mohon penjelasannya tentang posisi atau cara duduk yg benar saat duduk diantara 2 sujud ataupun saat tasyahud….
Afwan tadz,ini benar2 dasar sekali tp bnyak yg menggampangkan hal ini

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Untuk duduk di antara dua sujud, ada dua cara duduk:

1⃣ Iftirasy yaitu telapak kaki kiri ditekuk lalu diduduki, dan telapak kaki kanan ditegakkan.

Abu Humaid As Saa’idi Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

وفتح أصابع رجليه ثم ثنى رجله اليسرى وقعد عليها ثم اعتدل حتى يرجع كل عظم في موضعه معتدلا ثم أهوى ساجدا

Beliau membuka jari jemari kakinya, kemudian menekuk telapak kaki kirinya dan duduk di atasnya, lalu dia tegak badan sampai seluruh tulang kembali ke posisinya secara lurus, lalu Beliau sujud lagi. (HR. At Tirmidzi No. 304, kata Imam At Tirmidzi: hasan shahih. Ibnu Khuzaimah No. 587)

2⃣ Iq’a yaitu kedua telapak kaki kanan dan kiri ditegakkan dan rapat, lalu duduk di atas tumitnya.

Thawus berkata;

قلنا لابن عباس في الإقعاء على القدمين ؟ قال هي السنة فقلنا إنا لنراه جفاء بالرجل ؟ قال بل هي سنة نبيكم [ صلى الله عليه و سلم ]

Kami bertanya kepada Ibnu Abbas tentang duduk Iq’a di atas kedua telapak kaki? Ibnu Abbas menjawab: “Itu adalah sunah nabimu.” Thawus berkata:”Tapi menurut kami itu menyulitkan kaki?” Ibnu abbas berkata: “Tetapi itu adalah sunah nabimu.” (HR. At Tirmidzi No. 283, katanya: hasan shahih)

Hanya saja duduk iq’a ini jarang Nabi ﷺ lakukan, lebih sering dan utama adalah iftirasy. Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri berkata:

ونص الشافعي في البويطي على استحبابه بين السجدتين لكن الصحيح أن الافتراش أفضل منه لكثرة الرواة له ولأنه أعون للمصلى وأحسن في هيئة الصلاة

Perkataan Asy Syafi’i, yang disebutkan oleh Al Buwaythi bahwa sunah hal itu (iq’a) ketika duduk di antara dua sujud, tetapi yang shahih adalah iftirasy lebih utama, karena banyaknya riwayat yang menyebutkannya dan itu lebih memudahkan bagi orang shalat dan lebih enak dilihat shalatnya. (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/139)

Ada pula iq’a yang dilarang yaitu jika dua telapak kaki tegak lalu pantat duduk di lantai d antara keduanya. Sebab itu cara seperti anjing duduk, yaitu dengan meletakkan tangan ke lantai. (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/137)

Demikian. Wallahu A’lam

🌿🌹🌻🍃🌴🌾☘🌺

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top