My Body is Mine

💢💢💢💢💢💢💢💢

📌 My body is mine, tubuhku adalah milikku

📌 Inilah slogan yang didengungkan kaum feminis liberal, dan sekuler, baik pria dan wanitanya

📌 Maksudnya, tidak boleh ada nilai apa pun yang berhak mengatur tubuh manusia, hatta nilai-nilai agama sekali pun

📌 Kata mereka…, “Aku ingin telanjang, buka-bukaan aurat, itu hakku karena ini tubuhku ..

📌 Aku ingin ganti kelamin, suka-sukaku, ini tubuhku ..

📌 Aku ingin merusaknya, atau merawatnya, ini tubuhku..

📌 Aku ingin bertato, atau piercing, ini tubuhku..

📌 Aku menolak punya anak, suamiku pun tidak berhak atas diriku, sebab ini tubuhku ..

📌 Jangankan negara, ulama,.. firman Allah dalam kitab suci pun aku tidak peduli..

📌 So, My body is mine, selama tidak merugikan kalian.. Apa urusan kalian?”

📌 Demikianlah. Pandangan hidup materialistik, hedonis, anti agama, benar-benar ada. Ada gank-nya, bohir, media, dan pasukan, dan buzzernya.

📌 Ini hanyalah lanjutan Pertarungan panjang antara syetan dan orang-orang beriman. Beda pemain saja..

📌 Mereka begitu benci dengan agama, khususnya Islam. Sebab, kaum muslimin yang paling terdepan membendung mereka.

📌 Tapi, kita yakin kemenangan bagi agama Allah Ta’ala:

يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.

(QS. Ash-Shaf, Ayat 8)

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah

🌺🌿🌷🌻🌸🍃🌴🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Resep Tolak Bala dan Renungan Untuk Para Ulama, Kiyai, Habaib, Muballigh, dan Da’i Agar Terus Berdakwah dengan Hikmah dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dengan Bijak

🕋🕋🕋🕋🕋🕋🕋

Allah ﷻ berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya adalah orang-orang yang mengajak kebaikan.” (QS Hud: 117).

Ayat lainnya:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.

(QS. Al-Anfal, Ayat 25)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

يُحَذِّرُ تَعَالَى عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ فِتْنَةً أَيِ اخْتِبَارًا وَمِحْنَةً يَعُمُّ بِهَا الْمُسِيءَ وَغَيْرَهُ لَا يَخُصُّ بِهَا أَهْلَ الْمَعَاصِي وَلَا مَنْ بَاشَرَ الذَّنْبَ بَلْ يَعُمُّهُمَا حَيْثُ لَمْ تُدْفَعُ وَتُرْفَعُ

Allah ﷻ memberikan peringatan kepada orang-orang beriman tentang datangnya FITNAH, yaitu ujian dan bala, yang akan ditimpakan secara merata baik orang yang buruk atau yang lainnya, tidak khusus pada pelaku maksiat saja dan pelaku dosa, tetapi merata, yaitu di saat maksiat itu tidak dicegah dan tidak dihapuskan.

(Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 4/32)

Dalam hadits:

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ

Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi ﷺ bersabda:

”Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak, maka Allah ﷻ hampir mengirim siksaNya, kemudian engkau berdo’a tetapi tidak dikabulkan.”

(HR. Ahmad no. 23301. Sanadnya hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad, 38/332)

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ حَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ كِتَابَ اللهِ

Jika zina dan riba sudah muncul di sebuah negeri maka mereka telah menghalalkan siksa Allah ﷻ atas diri mereka.

(HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 5416. Al Hakim, Al Mustadrak No. 2261, kata Al Hakim: shahih)

Dalam Fawaaidul Fawaaid:

وذكر الحميدي عن سفيان بن عيينة: قال: حدثني سفيان بن سعيد عن مسعر: أن ملكا أمر أن يخسف بقرية، فقال: يا رب، إن فيها فلانا العابد، فأوحى الله إليه: أن به فابدأ

Al Humaidiy menceritakan dari Sufyan bin ‘Uyainah, dia berkata: berkata kepadaku Sufyan bin Sa’id, dari Mas’ar;

Bahwa malaikat akan menemggelamkan sebuah negeri. Dia berkata: “Ya Allah, di negeri itu ada si Fulan, dia ahli ibadah.”

Lalu Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: “Justru dia duluan yang ditenggelamkan!”

(Imam Ibnul Qayyim, Fawaaidul Fawaaid, Hal. 46)

Masing-masing manusia ada peran dan fungsinya, inilah tugas para ulama dan da’i. Mengajak manusia kembali ke jalan Allah ﷻ. Itulah di antara cara menolak bencana menurut Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan pemerintah, tenaga medis, aktifis kemanusiaan, dan lainnya juga ada perannya masing-masing secara kauniyah. Semoga semuanya bisa sinergi.

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq

🌺🌿🌷🌻🌸🍃🌴🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Hukum Muraqqi/Bilal dalam Shalat Jumat

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum wa Rahmatullah… Apakah adanya muraqqi itu bid’ah? (SQO)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Jawaban:

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Perlu diingat, kita tinggal di negeri yg umumnya menjalankan fiqih syafi’iyyah. Termasuk tata cara shalat Jumat. Muraqqi juga kita temukan di negeri-negeri yang madzhabnya syafi’i, bukan hanya Indonesia.

Maka, jika kita menggunakan kaca mata penduduk Saudi yang Hambali, atau Maroko dan Tunisia yang Maliki, atau Pakistan, India, Banglades yang Hanafi, mungkin kita akan menyalahkannya dan menyebutnya bid’ah.

Tapi, bagi yang paham paradigma dan konsep fiqih madzhab Syafi’i maka kita akan paham dan maklum jika itu terjadi. Dalam madzhab Syafi’i, dikenal “bid’ah hasanah” seperti yang dikatakan para imam besar seperti Imam an Nawawi, Imam Ibnu Hajar, Imam as Suyuthi, Imam Abu Syamah, dan lainnya. Mereka adalah imamnya para imam dimasanya. Bagi Syafi’iyyah Muraqqi itu bid’ah hasanah. Bahkan bukan bid’ah tapi sunnah.

Berikut ini perkataan Imam Sulaiman al Jamal Rahimahullah:

واتخاذ المرقى بدعة حسنة لم تفعل في عهده – صلى الله عليه وسلم – ولا عهد الخلفاء الثلاثة بعده كذا في عبارة شيخنا

Mengangkat muraqi adalah bid’ah hasanah, belum terjadi di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan masa khalifah yang tiga. Demikian perkataan guru kami.

وعبارة غيره حدث بعد الصدر الأول قال حج وأقول يستدل لذلك أي للسنة بأنه «- صلى الله عليه وسلم – أمر من يستنصت له الناس عند إرادته خطبة منى في حجة الوداع» وهذا شأن المرقى فلا يدخل في حد البدعة أصلا انتهت

Sumber yg lain menyebut bahwa muraqqi ini sudah terjadi sejak masa awal Islam. Imam Ibnu Hajar berkata, “Dalilnya ada dalam sunnah, yaitu saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan manusia untuk diam disaat Beliau hendak khutbah di Mina saat haji Wada’,” inilah muraqqi. Jadi, pada dasarnya itu BUKAN BID’AH.

(Hasyiyah al Jamal, 2/35)

Dalam rujukan kitab yang lain juga demikian, misalnya Imam Qalyubi dan Imam ‘Amirah:

اتخاذ المرقى المعروف بدعة حسنة لما فيها من الحث على الصلاة عليه – صلى الله عليه وسلم – بقراءة الآية المكرمة وطلب الإنصات بقراءة الحديث الصحيح الذي كان – صلى الله عليه وسلم – يقرؤه في خطبه ولم يرد أنه ولا الخلفاء بعده اتخذوا مرقيا. وذكر ابن حجر أنه له أصلا في السنة وهو «قوله – صلى الله عليه وسلم – حين خطب في عرفة لشخص من الصحابة استنصت الناس»

Mengangkat seorang muraqqi dikenal sebagai bid’ah hasanah. Sebab di dalamnya ada ajakan untuk shalawat, membaca Al Quran, dan perintah untuk diam, dimana haditsnya pernah dibaca Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat khutbah, para khalifah setelahnya tidak memaknainya sebagai muraqqi.

Sementara Imam Ibnu Hajar menilainya itu ada dasarnya dalam sunnah, yaitu disaat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam khutbah di Arafah Beliau memerintahkan salah satu sahabat untuk menyuruh manusia diam.

(Hasyiyata Qalyubi wa ‘Amirah, 1/326)

Maka, hendaknya kita lapang dada dalam masalah ini.

Demikian. Wallahu a’lam

🌳🌷🍁🍀🌻🌿🍃🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Yahudi Masa Lalu Mengganti Salam yang Bukan Berasal dari Islam

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَىٰ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ ۚ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا ۖ فَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu (Muhammad), MEREKA MENGUCAPKAN SALAM DENGAN CARA YANG BUKAN SEPERTI YANG DITENTUKAN ALLAH UNTUKMU. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka Neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali.

(QS. Al Mujadilah: 8)

Imam as Suyuthi Rahimahullah mengatakan tentang sebab turunnya ayat di atas:

وأخرج أحمد والبزار والطبراني بسند جيد عن عبدالله بن عمرو أن اليهود كانوا يقولون لرسول الله ﷺ سام عليكم ثم يقولون في أنفسهم لولا يعذبنا الله بما نقول فنزلت هذه الأية

Imam Ahmad, Imam Al Bazzar, dan Imam Ath Thabarani meriwayatkan dengab sanad yang jayyid (baik), dari Abdullah bin ‘Amr bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulullah ﷺ : “SAAMUN ‘ALAIKUM (kebinasaan untukmu)”, lalu mereka berkomentar: “Jika salam kami salah kenapa Allah tidak mengazab kami?” Lalu turunlah ayat ini.

(Imam as Suyuthi, Lubab An Naqul fi Asbabin Nuzul, Hal. 541. Dar Ibn al Jauzi. Cet. 1, 2013)

Maka, sejarah berulang lagi. Lagu lama kembali diputar, hanya beda aransemennya. Dulu Assalamualaikum, diganti Saamun ‘alaikum, saat ini diganti dengan Salam Pancasila.

Dulu pelakunya orang-orang Yahudi, sekarang pelakunya orang yang mengaku muslim.

Wallahul Musta’an!

🌺🌿🌷🌻🌸🍃🌴🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top