Rukhshah (keringanan) Itu Bagian dari Agama; Menyorot Ide Shalat Jumat secara Online

💢💢💢💢💢💢💢💢

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (dispensasi) yang diberikannya dilakukan, sebagaimana Ia juga suka jika ‘azimah (kewajiban awal sebelum dirukhshah)nya dikerjakan.”

(HR. Ahmad dan al Baihaqi. Imam Thabarani meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Shahih. Lihat Shahih alJami’ Ash Shaghir, no. 1881. Imam Al Haitsami mengatakan dua jalur tersebut rijalnya tsiqah)

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah suka jika rukhshahnya dilaksanakan, sebagaimana ia benci jika maksiat dikerjakan.”

(HR.Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkannya no. 5866, 5873. Ibnu Hibban dalam shahihnya, 2742. Al Haitsami mengatakan rijalnya shahih)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha:

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika dihadapkan dua perkara, dia akan memilih yang lebih ringan, selama tidak berdosa.”

(HR. Bukhari dan Muslim, Al Lu’lu wal Marjan, no. 1502)

Pelajaran dari hadits-hadits ini:

📌 Menjalankan rukhshah (keringanan) dalam agama, jika memang ada sebab dan alasan syar’i untuk mengambilnya, adalah bagian dari ajaran agama.

📌 Mengambil rukhshah bukan kelemahan dalam beragama, tetapi hal itu bagian dari pelaksanaan agama pada situasi yang dianggap tepat.

📌 Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat juga menjalankan rukhshah.

📌 Mengambil rukhshah adalah lebih utama, dibanding mengambil ‘azimah (kewajiban asal) jika pada situasi yang tidak tepat dengan cara yang dipaksakan.

📌 Sebagai misal, memaksakan diri shalat Jumat secara online, dengan posisi makmum dan imam berbeda lokasi, bahkan RT, RW, bahkan berbeda kecamatan, dengan alasan darurat.

📌 Padahal terpampang luas rukhshah dihadapan mereka, yaitu ganti dengan shalat zuhur, sebagaimana dikatakan Imam al Mardawi, Syaikh Sayyid Sabiq,.. Selesai urusan dan simple. Kewajiban agama tetap bisa dijalankan, tanpa usah membuat gagasan yang neko-neko.

📌 Beragama tidak cukup dengan landasan kerinduan, emosi, dan perasaan; ingin kembali ke masjid dan shalat Jumat.

📌 Semua muslim pasti merindukan shalat Jumat jangan dikira yang masih berdiri di atas rukhshah tidak rindu dengan masjid, berjamaah, ta’lim.

📌 Tapi kita beragama diperintahkan untuk patuh kepada tuntunan, bukan intuisi dan emosi jiwa.

📌 Allah Ta’ala dan RasulNya menuntun agar ikuti para ulama, di mana mereka sudah menjelaskan secara gamblang alasan, dalil, dan argumentasi.

📌 Negara pun telah menghimbau berdasarkan fatwa tersebut, sehingga fatwa ulama semakin kuat kedudukannya.

📌 Spirit hukumnya mirip pada perubahan hukum semisal jihad yang fardhu kifayah, bisa naik menjadi fardhu ‘ain disaat adanya perintah dari penguasa.

📌 Maka, tidak heran jika Syaikh Ali Jum’ah -mantan Mufti Mesir- mengatakan, bahwa himbauan ulama tentang tidak berjamaah sementara waktu ke masjid, bisa menjadi wajib syar’ i jika negara sudah menekankan pula.

📌 Etika hidup berjamaah dan bermasyarakat adalah jika pemimpin sudah memutuskan sesuatu masalah yang sedang diperselisihkan maka perselisihan itu lenyap. Begitu adabnya. Jangan lagi ngoyo apalagi bikin gerakan bawah tanah.

📌 Imam Al Qarrafi Rahimahullah mengatakan:

اعْلَمْ أَنَّ حُكْمَ الْحَاكِمِ فِي مَسَائِلِ الِاجْتِهَادِ يَرْفَعُ الْخِلَافَ وَيَرْجِعُ الْمُخَالِفُ عَنْ مَذْهَبِهِ لِمَذْهَبِ الْحَاكِمِ وَتَتَغَيَّرُ فُتْيَاهُ بَعْدَ الْحُكْمِ

Ketahuilah, bahwa keputusan hakim (pemimpin) dalam masalah yang masih diijtihadkan adalah menghilangkan perselisihan, dan hendaknya orang menyelisihi ruju ‘ (kembali) dari pendapatnya kepada pendapat hakim dan dia mengubah fatwanya setelah keluarnya keputusan hakim.

(Anwarul Buruq fi Anwa’il Furuq, 3/334. Mawqi’ Al Islam)

📌 Syaikh Khalid bin Abdullah Muhammad Al Mushlih mengatakan:

فإذا حكم ولي أمر المسلمين بحكم ترى أنت أن فيه معصية، والمسألة من مسائل الخلاف فيجب عليك طاعته، ولا إثم عليك؛ لأن حكم الحاكم يرفع الخلاف

Jika pemimpin kaum muslimin sudah menetapkan sebuah ketentuan dengan keputusan hukum yang menurut Anda ada maksiat di dalamnya, padahal masalahnya adalah masalah yang masih diperselisihkan, maka wajib bagi Anda untuk tetap taat kepadanya, dan itu tidak berdosa bagi Anda, karena jika hakim sudah memutuskan sesuatu maka keputusan itu menghilangkan perselisihan.

(Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, 16/5. Mawqi’ Syabakah Al Islamiyah)

Demikian. Wallahul Musta’an.

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌺🌷🌻🌸🍃🌴🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati, Itu Islami Banget!!

💢💢💢💢💢💢💢

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

Janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dalam jurang kebinasaan. (QS. Al Baqarah: 195)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ

Jangan campur antara Unta yang sakit dengan Unta yang sehat. (HR. Bukhari no. 5771)

Imam al Qarafi Rahimahullah mengatakan:

قد يكون الخوف من غير الله عز و جل ليس محرما كالخوف من الأسود و الحيات والعقارب و الظلمة, و قد يجب الخوف من غير الله عز و جل كما أمرنا الفرار من أرض الوباء بمعنى أنا نهينا عن دخولها, و الخوف منها على أجسامنا من الأمراض والأسقام و في الحديث : فر من المجذوم كما فرارك من الأسد, فصون النفوس والأجساد والمنافع والأعضاء والأموال والأعراض عن الأسباب المفسدة واجب كما علمت

Takut kepada selain Allah Ta’ala bisa menjadi hal yang tidak diharamkan, seperti takut kepada singa, ular, kalajengking, dan kegelapan. Takut kepada selain Allah Ta’ala malah wajib sebagaimana kita diperintahkan untuk menjauh dari daerah wabah, dalam artian kita dilarang untuk memasukinya. Khawatir jika hal itu menimpa tubuh kita berupa penyakit dan rasa sakit. Di hadits disebutkan: “Larilah dari penyakit lepra seperti kamu lari dari singa”. Maka, melindungi jiwa, badan, maslahat, anggota badan, dan menghindar dari sebab-sebab kerusakan adalah WAJIB sebagaimana yang telah Anda ketahui.

(Imam al Qarafi, Al Furuq, 4/401)

Syaikh Hamzah Muhammad Qasim berkata:

والعبد مأمور باتقاء أسباب الشر إذا كان في عافية، فكما أنه يؤمر أن لا يلقي نفسه في الماء، أو في النار مما جرت العادة أنه يهلك أو يضر، فكذلك اجتناب مقاربة المريض، والقدوم على بلد الطاعون فإن هذه كلها أسباب للمرض والتلف

Seorang hamba diperintahkan untuk menghindar dari sebab bahaya jika dia dalam keadaan sehat, maka sebagaimana dia diperintahkan untuk tidak memasuki air atau api yang dapat membawanya pada celaka dan binasa, begitupula dia mesti menghindari berdekatan dengan orang sakit, dan tdk mendatangi negeri tha’un, krn semua ini menjadi sebab penyakit dan kehancuran.

(Manaar al Qari Syarh Mukhtashar Shahih al Bukhari, 5/222)

Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌷🌿🌻🍃🌸🍀🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Pupuk Kimiawi

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Pertanyaan :pak bagaimana hukum pupuk kimia?apakah haram? Misal pupuk urea.

Arif, Magelang,

+62 822-2386-xxxx

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Selama pupuk berasal dari zat yang halal dan suci, tidak membahayakan manusia, maka pupuk tersebut halal. Tidak ada masalah.

Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ

Dialah (Allah) yang menciptakan semua apa yang ada di bumi untukmu.

(QS. Al-Baqarah, Ayat 29)

Ibnu Kaisan Rahimahullah berkata, seperti yang dikutip oleh Imam asy Syaukani Rahimahullah:

أن الأصل في الأشياء المخلوقة الإباحة حتى يقوم دليل يدل على النقل عن هذا الأصل

Sesungguhnya hukum asal dari segala ciptaan adalah mubah, sampai tegaknya dalil yang menunjukkan berubahnya hukum asal ini. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 1/64. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Demikian. Wallahu a’lam

🌿🌺🌷🌻🌸🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Waktu Menunaikan Zakat Fitrah (Fitri) Menurut Empat Madzhab

💢💢💢💢💢💢💢💢

Berikut ini penjelasan Syaikh Abdurrahman al Juzairi Rahimahullah:

1⃣. Madzhab Hanafi, membolehkan mengawali bayar zakat fitrah, bahkan di waktu kapan pun.

ووقت وجوبها من طلوع فجر عيد الفطر، ويصح أداؤها مقدماً ومؤخراً، لأن وقت أدائها العمر فلو أخرجها في أي وقت شاء كان مؤدياً لا قاضيا، كما في سائر الواجبات الموسعة، إلا أنها تستحب قبل الخروج إلى المصلى، لقوله صلى الله عليه وسلم: “أغنوهم عن السؤال في هذا اليوم”

Waktu wajib mengeluarkan zakat fitri (fitrah) adalah sejak terbitnya fajar hari ‘Idul Firi, dan SAH membayarkannya diawal dan diakhir waktu, karena waktu menunaikannya itu ada jangka waktunya, seandainya dikeluarkan di waktu kapan pun sesuai kehendaknya maka dia telah menunaikannya pada waktunya bukan qadha, sebagaimana ibadah-ibadah lain yang waktunya lapang. Hanya saja memang disukai (sunnah) dikeluarkan sebelum keluar menuju lapangan (shalat Id), berdasarkan hadits: “Penuhilah kebutuhan mereka, jangan sampai mengemis di hari ini (Hari raya).”

2️⃣ Malikiyah, tidak sah zakat fitrah dikeluarkan lebih dari dua hari sebelum hari raya

يندب إخراجها بعد فجر يوم العيد، وقبل الذهاب لصلاة العيد، ويجوز إخراجها قبل يوم العيد بيوم أو يومين، ولا يجوز أكثر من يومين على المعتمد

Dianjurkan mengeluarkannya setelah subuh di hari Id, sebelum pergi shalat Id, dibolehkan mengeluarkannya sebelum hari raya baik sehari atau dua hari, dan tidak boleh lebih dari dua hari menurut pendapat yang resmi (dalam madzhab Malik).

3️⃣ Madzhab Syafi’i, membolehkan membayarnya di awal Ramadhan

ووقت وجوبها آخر جزء من رمضان، وأول جزء من شوال، ويسن إخراجها أول يوم من أيام عيد الفطر بعد صلاة الفجر، وقيل صلاة العيد، ويكره إخراجها بعد صلاة العيد إلى الغروب إلا لعذر، كانتظار فقير قريب، ونحوه، ويحرم إخراجها بعد غروب اليوم الأول إلا لعذر
ووقت وجوبها آخر جزء من رمضان، وأول جزء من شوال، ويسن إخراجها أول يوم من أيام عيد الفطر بعد صلاة الفجر، وقيل صلاة العيد، ويكره إخراجها بعد صلاة العيد إلى الغروب إلا لعذر، كانتظار فقير قريب، ونحوه، ويحرم إخراجها بعد غروب اليوم الأول إلا لعذ ركغياب المستحقين لها وليس من العذر في هذه الحالة انتظار نحو قريب، ويجوز إخراجهما من أول شهر رمضان في أول يوم شاء

Waktu wajibnya adalah bagian dari Ramadhan dan awal dari Syawwal. Disunnahkan mengeluarkannya di hari awal Id setelah shalat subuh -ada yang mengatakan shalat Id-, dan dimakruhkan mengeluarkannya setelah shalat id sampai terbenam matahari kecuali karena udzur seperti menunggu adanya orang faqir, dan semisalnya, dan diharamkan mengeluarkannya setelah tenggelamnya matahari hari pertama (Syawwal), kecuali ada udzur seperti ketiadaan mustahiq, dan bukan termasuk udzur menunggu mustahiq yang jaraknya dekat, dan boleh mengeluarkannya sejak awal bulan Ramadhan di hari apa pun dia mau.

4️⃣ Madzhab Hambali, mengatakan tidak boleh mengawali zayar zakat fitrah lebih dari dua hari sebelum hari Id

والأفضل إخراجها في يوم العيد قبل الصلاة، ويكره إخراجها بعدها، ويحرم تأخيرها عن يوم العيد إذا كان قادراً على الإخراج فيه، ويجب قضاؤها، وتجزئ قبل العيد بيومين؛ ولا تجزئ قبلهما

Lebih utama mengeluarkan zakat fitrah itu di hari raya sebelum shalat Id, dimakruhkan mengeluarkannya setelah shalat Id, dan diharamkan mengeluarkannya di akhir hari Id, jika dia mampu mengeluarkannya di hari itu, maka dia wajib qadha. Sah dilakukan dua hari sebelum Id, dan tidak sah dikeluarkan sebelum dua hari dari hari raya.

📚 Al Fiqhu ‘alal Madzaahib al Arba’ ah, 1/569-570

Kesimpulan:

– Empat madzhab sepakat, bahwa setelah subuh sampai menjelang shalat Id adalah waktu paling utama.

– Mereka sepakat sehari atau dua hari sebelum shalat Id adalah sah, sebagian mengatakan boleh, sebagian mangatakan sunnah.

– Mereka tidak sepakat tentang lebih dari dua hari sebelum hari Id, termasuk di awal Ramadhan, ada yang mengatakan tidak sah (Maliki dan Hambali), dan ada yang mengatakan sah (Hanafi dan Syafi’i).

✅ Jika kita mengeluarkannya di waktu-waktu yang disepakati empat madzhab maka itu lebih utama dan hati-hati. Tapi, jika kondisinya tidak memungkinkan, atau sulit dan sempit, maka tidak mengapa membayarkannya sesuai madzhab yang berlaku di negerinya.

Imam Abu Bakar Al Khathib Al Baghdadi berkata:

عن أبي عبيدة
قَالَ: قَالَ عَلِيّ: اقضوا ما كنتم تقضون فإني أكره الاختلاف حتى يكون للناس جماعة، أو أموت كما مات أصحابي

Dari Abu Ubaidah, dia berkata: Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu:

Putuskanlah (hukum) dengan keputusan yang biasa kalian putuskan (di negeri kalian). Sungguh, saya tidak suka dengan perselisihan sampai saya mendapati manusia memiliki jamaahnya sendiri-sendiri, atau saya mati sebagaimana matinya para sahabatku.

(Tarikh Baghdad, 8/42)

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa’ ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌸🍀🌳🌻🌷🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top