Di Surga Bersama Orang-Orang Tercinta

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ
قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Dari Abu Musa dia berkata; Diberitahukan kepada Nabi ﷺ bahwa ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia sendiri belum bisa (melakukan hal baik) seperti mereka bahkan menyamainya. Beliau bersabda, “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.”

(HR. Bukhari no. 6170)

Pelajaran:

– Makna : وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ, yaitu dia tidak mampu beramal seperti mereka, kedudukannya tidak seperti mereka, dan di dunia tidak bermajelis dengan mereka.

– Makna : الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ, yaitu dia berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya di akhirat.

– Anjuran mencintai orang-orang shalih, para ulama,dan ahli ibadah, walau amal kita tidak sampai seperti mereka dalam kualitas dan kuantitas, atau belum pernah berjumpa dengan mereka.

– Dengan cinta itu membuat kita dikumpulkan bersama mereka di surga. Imam Ibnul Mualaqqin mengatakan: “Ini adalah dalil bahwa siapa yang mencintai seorang hamba karena Allah, maka Allah akan mengumpulkan antara dia dan orang yang dicintainya karena ketaatannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla di surgaNya walau dia amalnya terbatas.” (At Taudhih Lisyarhi Al Jaami’ ash Shaghiir, jilid. 28, hal. 585)

Demikian. Wallahu A’lam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Urus Dirimu Sendiri!

💢💢💢💢💢💢💢💢

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

وَإِنَّ أَبْغَضَ الْكَلَامِ إِلَى اللهِ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ: اتَّقِ اللهَ فَيَقُولُ: عَلَيْكَ نَفْسَكَ

Sesungguhnya ucapan yang paling dibenci Allah adalah disaat seseorang berkata (menasihati) orang lain: “Bartaqwalah kamu kepada Allah”, dia menjawab: “Urus dirimu sendiri!”

(HR. An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra no. 10619. Shahih. Lihat Ash Shahihah no. 2939)

Dalam lafaz Imam Al Baihaqi:

“Sesungguhnya termasuk dosa yang paling besar adalah ketika ada seseorang berkata kepada saudaranya: “Bertakwalah kepada Allah”, lalu dia menjawab: “Urus dirimu sendiri, apakah kamu nyuruh-nyuruh saya?”

(Syu’abul Iman no. 7896)

📚 Syarhul Hadits:

📌 Mungkin di antara kita pernah melihat atau mendengar ada seseorang yang jika dinasihati atas kesalahannya, dia bukan berterima kasih tapi malah menyerang balik yang menasihatinya dengan mengatakan: “Urus dirimu sendiri”, kadang ada tambahan: “Kaya kamu udah benar aja!” atau juga: “Apa hak kamu menasihati saya?!” atau juga: “Jangan berlagak jadi polisi Susila deh!”, dan kalimat lainnya semisal ini.

– Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut bahwa perkataan tersebut adalah abghadul kalam ilallah – perkataan yang paling dibenci di sisi Allah Ta’ala. Sebab, dia telah menolak salah satu hal paling pokok dalam agama yaitu nasihat. Sebab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: ad diinu an nashiihah – agama adalah nasihat. (HR. Muslim no. 55)

– Penolakan terhadap nasihat kebaikan dengan respon yang kasar, merupakan petunjuk adanya kibr (kesombongan) dalam dirinya. Sebab, sombong itu adalah:

بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاس

Menolak kebenaran dan merendahkan manusia. (HR. Muslim no. 91)

– Sikap seharusnya adalah bersyukur atas nasihat dan peringatan dari sesama muslim.

Oleh karena itu Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

رَحِمَ اللَّهُ مَنْ أَهْدَى إِلَيَّ عُيُوبِي

Semoga Allah Ta’ala merahmati orang yang menunjukkan kepadaku tentang aib-aibku (Sunan Ad Darimi, no. 675)

– Budaya saling menasihati adalah penyebab keluarnya manusia dari lingkup kerugian hidup di dunia. (QS. Al ‘Ashr: 1 – 3), maka penolakan terhadap nasihat yang baik dinilai sebagai wujud lebih mengikuti hawa nafsu dunia yang menipu.

Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa’ ala Aalihi wa Shahbihi wa Salam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Doa Orang Tua Kepada Anaknya

💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh yang berdoa baginya. Nah seandainya anaknya meninggal duluan dan orang tuanya mendoakan anak tersebut apakah doa tersebut akan sampai kepada sang anak? Ratna, Bandung

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim..

Doa orang tua kepada anaknya adalah doa yang mustajab, berdasarkan hadits-hadits yang maqbul (bisa diterima) periwayatannya. Tidak beda apakah anak itu masih hidup atau sudah wafat. Doa seorang muslim atas muslim lainnya saja dianjurkan, baik masih hidup atau wafat, maka apalagi doa orang tua kepada anaknya?

Dalam hadits disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada tiga macam doa yang akan dikabulkan yang tidak ada keraguan padanya; doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa orang tua atas anaknya.

(HR. At Tirmidzi no. 1905, At Tirmidzi menyatakan: hasan)

Imam Ash Shan’ani menjelaskan hadits di atas, bahwa mustajabnya doa orang tua untuk anak sebagaimana doa anak kepada orangtuanya:

(دعوة الوالد على ولده) مثل دعوته له

(Dan doa orang tua atas anaknya) seperti doanya kepada orang tuanya.

(At Tanwir Syarh al Jaami’ ash Shaghir, 5/169)

Demikian. Wallahu a’lam

🌿🌻🍃🍀🌷🌸🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Tafsir Surat Al Kautsar (bag.3)

Kebenaran Takkan Terputus dari Rahmat Allah

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus

(QS. Al Kautsar: 3)

Makna Kata

شَانِئَكَ

“Musuh, atau orang-orang yang membecimu”

الْأَبْتَرُ

Menurut Imam Al Mawardi, makna “Al Abtar” ada lima:

  1. Menurut Qatadah ‘Al Abtar’ bermakna الحقير الذليل (buruk dan hina)
  2. Menurut Ikrimah maknanya adalahالفرد الوحيد (tunggal satu-satunya)
  3. Pendapat yan masyhur menurut orang Arab أنه الذي لا خير فيه حتى صار مثل الأبتر (orang yang tak ada kebaikan dalam dirinyan disebut Abtar)
  4. Menurut As Sudi dan Ibnu Zaid:

أن قريشاً كانوا يقولون لمن مات ذكور ولده , قد بتر فلان فلما مات لرسول الله صلى الله عليه وسلم ابنه القاسم بمكة  وابراهيم بالمدينة قالوا بتر محمد فليس له من يقوم بأمره من بعده

“Orang Quraisy mereka mengatakan bagi orang yang anak laki-lakinya wafat, “Qad batira Fulan” Sungguh terputus si Fulan. Saat putera Rasulullah yang bernama Qasim di Mekkah dan Ibrahim yang di Madinah, mereka berkata,” Terputuslah Muhammad, tidak ada penerus urusan setelahnya”. (Al Mawardi, 6/365).

  1. Menurut Ikrimah dan Syahr bin Husyab:

أن الله تعالى لما أوحى إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ودعا قريش إلى الإيمان , قالوا ابتتر منا محمد , أي خالفنا وانقطع عنا , فأخبر الله تعالى رسوله أنهم هم المبترون

“Sesungguhnya Allah saat mewahyukan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, mengajak bangsa Quraisy kepada iman, mereka berkata,”Ibtatara Muhammad” maknanya: Berbeda dengan kita, terputus dari kita, lalu Allah mengabarkan kepada Rasul bahwa merekalah yang sebenarnya terputus (dari rahmat Allah).

Sabab Nuzul

Menurut Imam At Thabari:

قال: لما أوحي إلى النبي صلى الله عليه وسلم قالت قريش: بَتِرَ محمد منا، فنزلت:) قال: الذي رماك بالبتر هو الأبتر

Saat Allah mewahyukan kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam, orang Quraiys berkata,”Muhammad telah terputus dari kita”, kemudian Allah turunkan ayat:

(إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS. Al Kautsar: 3).

Orang yang menuduhmu terputus, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).-Tafsir At Thabari, 6/636)

Pesimistis Kaum Quraiys

Seperti telah disebutkan diatas, bagaimana kaum Quraisy menyebarkan rasa pesimis kepada Nabi Muhammad karena telah wafat dua anak laki-laki beliau. Mereka menyangka dengan wafat anak laki-laki maka habislah riwayat dari Nabi. Namun Allah Maha Menjaga. Justru Nabi Muhammad namanya dikenal sepanjang masa, syariatnya tersebar keseluruh dunia, ajarannya kekal abadi hingga hari kiamat kelak. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/505)

Nyata sudah pesimis tersebut ditujukan kepada Nabi untuk melemahkan beliau, menghalangi kerja dakwah beliau. Melemahkan kaum muslimin dengan pemahaman yang tidak benar tentang masa depan mereka. Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita agar tidak percaya kepada mitos-mitos di tengah masyarakat yang bertentangan atau ‘merendahkan” Allah subhanahu wataala, bertentangan dengan akidah Islam.  Orang beriman tidaklah pantas bersedih ketika ia tak memiliki anak, atau ketika ia tak memiliki anak laki-laki atau perempuan. Teruslah berusaha, bertawakal dan beramal shalih menyebar kebaikan. Karena amal shalih yg ikhlas itulah yang akan kekal hingga bertemu Allah, jangan pedulikan mitos-mitos yang tidak berdasar kebenarannya.

Optimisme Sayyid Qutub

Saat menafsirkan ayat ini Sayyid Qutub menyebutkan bahwa keimanan, kebaikan dan amal shalih tidak akan terputus dari rahmat Allah, bahkan ia akan kekal sepanjang masa dikenang harum namanya dalam kebaikan. adapun kekafiran, kebathilan dan kejahatan, itulah yang akan terputus dari rahmat Allah, meski dikembangkan, dipaksakan untuk rakyat atau dihiasi sedemikian rupa agar Nampak indah, padahal aslinya buruk. Karena standar ukuran yang ditetapkan Allah tidaklah seperti ukuran manusia, Allah Maha Adil, sedang manusia bisa curang dan licik, manusia menyangka dengan kecurangan itu, ia bisa mengatur semua  perkara, ia lupa bahwa Allah punya ukuran tersendiri untuk makhluk-Nya.

Secara khusus Sayid Qutub memotivasi para juru dakwah, dimana saat ini tekanan-tekanan terus dilancarkan bagi pada da’I illallah, dalam ungkapan beliau:

إن الدعوة إلى الله والحق والخير  لا يمكن أن تكون بتراء ولا أن يكون صاحبها أبتر وكيف وهي موصولة بالله الحي الباقي الازلي الخالد ؟ إنما يبتر الكفر والباطل والشر , ويبتر أهله محهما بدا في لحظة من اللحظات أنه طويل الاجل ممتد الجذور

“Sesungguhnya dakwah kepada Allah, kebenaran dan kebaikan tak mungkin terputus, dan tak mungkin pelakunya terhina, bagaimana mungkin itu terjadi sedangkan dai selalu terkoneksi dengan Allah Yang Maha Hidup, Maha Ada, Maha Kekal selamanya. Yang terputus adalah kekafiran, bathil, dan kejahatan, pelakunya akan terhina meski sejenak mereka terlihat berkesinambungan dan panjang masa.

( Sayid Qutub, Fi Zilalil Qur’an, hal. 3989)

Kesimpulan

  1. Akidah muslim tidak mempercayai mitos-mitos, karena akidah terbangun atas keyakinan dan kebenaran kepada Allah, sedang mitos terbangun atas dugaan dan persangkaan tak berdasar.
  2. Kebenaran, dakwah dan kebaikan tak akan terputus dari rahmat Allah karena dai selalu terhubung dengan Allah, Allah yang Maha memberi Rahmat.
  3. Kejahatan, kebathilan dan kezaliman akan terputus dari rahmat Allah, meski dipertahankan dengan segala macam pencitraan.

والله أعلم

🖊 Fauzan Sugiyono Lc, M.A.

scroll to top