Apa Makna: Menguap Berasal Dari Syetan?

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ

Menguap itu dari syetan, jika salah seorang kamu menguap maka tahanlah semampunya, karena jika kamu bersuara “HA” maka syetan tertawa. (HR. Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Hurairah)

Beragam penjelasan para ulama, di antaranya Imam Ibnul Baththal dalam Syarh Shahih Bukhari:

إضافة التثاؤب إلى الشيطان بمعنى إضافة الرضا والإرادة , أي : أن الشيطان يحب أن يرى الإنسان متثائباً ، لأنها حالة تتغير فيها صورته فيضحك منه ، لا أن المراد أن الشيطان فعل التثاؤب

Dikaitkannya menguap berasal dr syetan, maksudnya kaitan ridha dan kehendak. Maknanya syetan suka melihat org nguap sebab itu keadaan berubahnya penampilan manusia dan syetan menertawakannya. Bukan bermakna syetan yang membuatnya nguap.

(Syarh Shahih al Bukhari, 9/370)

Sementara Imam An Nawawi mengatakan itu adalah peringatan atas sebab munculnya nguap yaitu banyak makan:

التحذير من السبب الذي يتولد منه ذلك ، وهو التوسع المأكل

Warning terhadap sebab yang melahirkan hal tersebut, yaitu memperluas berbagai makanan.

(Syarh Shahih Muslim, 18/122)

Ada pun Imam Ibnul ‘Arabi mengaitkan menguap dgn kemalasan, itulah disebut berasal dari syetan:

والتثاؤب من الامتلاء ، وينشأ عنه التكاسل ، وذلك بواسطة الشيطان

Menguap disebabkan kekenyangan, dan itu menghasilkan kemalasan, dan itu perantarai oleh setan.

(Dikutip oleh Allah Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/612)

Demikian. Wallahu A’lam

🌷🌸🍀🍁🍃🌴🌻

✍️ Farid Nu’man Hasan

Shalat Qadha Sambil Duduk Karena Sakit

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum, saya ayu dari bekasi, maaf izin bertanya, saya sedang qodho sholat saya yang sudah bertahun” saya tinggalkan, karena jumlah yang sangat banyak terkadang saat mengqodho saya pusing (seperti ingin pingsan/mual) dan juga sangat lelah, apakah dalam hal ini diperbolehkan sholat sambil duduk? Ayu, Bekasi

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Jika rasa sakitnya benar-benar tidak membuat mampu berdiri, maka tidak apa-apa shalat wajib -termasuk shalat qadha- dengan duduk.

Dalil-dalil umum:

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, Dia tidak menghendaki kesulitan bagimu.

(QS. Al Baqarah: 185)

Ayat lain:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.

(QS. Al Baqarah: 286)

Dalil khususnya:

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Salatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan”.

(HR. Bukhari no. 1117)

Syaikh Sayyid Sabiq menjelaskan:

من حصل له عذر من مرض ونحوه لا يستطيع معه القيام في الفرض يجوز أن يصلي قاعدا، فإن لم يستطع القعود صلى على جنبه يومئ بالركوع والسجود ويجعل سجوده أخفض من ركوعه

ٍSiapa yang mengalami udzur berupa sakit dan semisalnya, dia tidak mapu shalat wajib dengan berdiri, maka boleh baginya shalat dengan duduk, jika tidak mampu duduk maka shalat dengan berbaring, dengan cara mengangguk saat ruku’ dan sujud, dengan sujud lebih nunduk dibanding ruku’nya.

(Fiqhus Sunnah, jilid. 1, hal. 277)

Dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah disebutkan:

فَمَنْ عَجَزَ عَنْ أَدَاءِ الصَّلاَةِ عَلَى الصِّفَةِ الْمَشْرُوعَةِ جَازَ لَهُ أَنْ يُصَلِّيَ بِالصِّفَةِ الَّتِي يَسْتَطِيعُ بِهَا أَدَاءَ الصَّلاَةِ، فَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْقِيَامِ صَلَّى جَالِسًا، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ. وَهَذَا بِاتِّفَاقٍ لِقَوْل النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ: صَل قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Siapa yang tidak mampu menunaikan shalat dengan bentuk yang ditetapkan syariat, maka boleh baginya shalat dengan bentuk sejauh kemampuannya. Maka, Siapa yang tidak bisa berdiri hendaknya dia shalat duduk, siapa yang tidak mampu duduk maka hendaknya berbaring. Ini adalah hal yang disepakati ulama, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Imran bin Hushain: “Salatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan.”

(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, jilid. 2, hal. 332)

Namun jika sebenarnya dia MASIH MAMPU BERDIRI, tapi memilih untuk duduk, maka shalatnya tidak sah.

Imam Ath Thibiy menjelaskan:

وصلاة الفرض قاعداً مع قدرته علي القيام لم يصح، بل يأثم فيه

Shalat wajib dengan cara duduk padahal dia mampu berdiri maka tidak sah shalatnya, bahkan dia berdosa.

(Al Kasyif ‘an Al Haqaiq, jilid. 4, hal. 1215)

Demikian. Wallahu A’lam

🌷🌸🍀🍁🍃🌴🌻

✍️ Farid Nu’man Hasan

Maa Ba’da Ramadhan (Apa Setelah Ramadhan?)

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

📌 Ramadhan telah log out, tapi kebaikannya jangan sampai log out.

📌 Atmosfir dan spiritnya mesti dijaga sampai berjumpa Ramadhan selanjutnya, jika Allah Ta’ala izinkan.

📌 Tetaplah Tilawah Al Quran, walau tidak lagi sebanyak bulan Ramadhan. Itu masih lebih baik drpd tidak sama sekali.

📌 Tetaplah shalat malam, walau tidak lagi tiap malam sebagaimana tarawih, minimal satu kali sepekan. Itu masih lebih baik dari pada tidak sama sekali.

📌 Tetaplah bersedekah, walau tidak lagi sebanyak sedekah Ramadhan. Itu masih lebih baik drpd tidak sama sekali.

📌 Tetaplah mengontrol hawa nafsu dan emosi, walau kesempatan memperturutkannya begitu besar.

📌 Tetaplah memakmurkan masjid dan berjamaah, sesibuk apa pun di luar sana, kecuali ada uzur syar’i yg menghalangi.

📌 Jika semua ini.tetap konsisten, terjaga, walau sedikit, maka semoga kita termasuk hamba-hamba yang dicintai-Nya.

📌 Rasulullah ﷺ bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Wahai manusia! Beramal-lah sesuai kemampuan kalian, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan sampai kalian sendiri yang bosan, sesungguhnya perbuatan yang paling Allah cintai adalah YANG KONSISTEN WALAU SEDIKIT. (HR. Bukhari no. 5861)

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌷🌸🍀🍁🍃🌴🌻

✍️ Farid Nu’man Hasan

Serial Syarah Ringkas Hadits-Hadits Ramadhan (Hadits ke 5): Tadarus Jama’i di Masjid

💢💢💢💢💢💢💢💢

Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma menceritakan:

وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

Jibril menemuinya (Rasulullah ﷺ) pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia (Jibril) bertadarus Al Quran bersamanya. (HR. Bukhari No. 3220)

Fiqhul Hadits:

– Hadits ini menunjukkan bertadarus (membaca dan mempelajari) Al Quran di malam hari saat bulan Ramadhan adalah sunnah Rasulullah ﷺ bersama malaikat Jibril ‘Alaihissalam.

– Tadarus Al Quran bersama, baik dilakukan di masjid atau di rumah bersama keluarga, bukanlah bid’ah, menuduhnya sebagai bid’ah adalah tuduhan ngawur dan kelewat batas. Bagaimana mungkin sunnah nabi disebut bid’ah?

– Jika dilakukan di masjid, maka itu sangat bagus. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Dan tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah (maksudnya masjid, pen) dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada disisiNya. (HR. Muslim No. 2699)

– Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

أن قراءة الجماعة مجتمعين مستحبة بالدلائل الظاهرة وأفعال السلف والخلف المتظاهرة

Sesungguhnya berkumpulnya jamaah untuk membaca Al Quran adalah perkara yang mustahab (sunah), berdasarkan berbagai dalil yang jelas, dan perilaku para salaf, dan khalaf yang begitu jelas. (At Tibyan fi Aadab Hamalatil Quran, Hal. 71)

Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id Rahimahullah mengatakan:

هذا دليل على فضل الإجتماع على تلاوة القرآن في المساجد

Ini adalah dalil tentang keutamaan berkumpul dalam rangka membaca Al Quran di masjid-masjid. (Syarh Al Arbain Nawawiyah, Hal. 93)

– Bagaimana bentuknya? Imam An Nawawi Rahimahullah dalam Bab fil Idarah bil Quran (Bab Bergiliran Membaca Al Quran), pada kitab At Tibyan-nya:

وهو أن يجتمع جماعة يقرأ بعضهم عشرا أو جزءا أو غير ذلك ثم يسكت ويقرأ الأخر من حيث انتهى الأول ثم يقرأ الآخر وهذا جائز حسن وقد سئل مالك رحمه الله تعالى عنه فقال لا بأس به

Yaitu jamaah berkumpul, lalu sebagian mereka membaca sepuluh ayat atau satu juz atau selain itu, kemudian mereka berhenti, dan dilanjutkan bacaannya oleh lainnya dengan melanjutkan ayat yang terakhir dibaca. Ini boleh dan bagus. Imam Malik Rahimahullah ditanya hal ini, Beliau menjawab: tidak apa-apa. (At Tibyan, Hal. 103)

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abad Al Badr hafizhahullah menambahkan:

[ (ما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله) ] بيوت الله هي المساجد، قيل: ويلحق بها دور العلم والأماكن التي تخصص للعلم ونشر العلم. قوله: [ (ويتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم) ] يعني: يقرءون كتاب الله، سواءٌ أكانت هذه القراءة بأن يقوم شخص ويقرأ ويفسر أو غيره يفسر، أم أنهم يجتمعون بحيث يقرأ واحد منهم مقداراً من القرآن ويستمع الباقون، ويكون هناك شخص يصوب قراءته ويبين ما عليه من ملاحظات، كل ذلك يدخل تحت التدارس

(Tidaklah sebuah kaum berkumpul di rumah di antara rumah-rumah Allah) yaitu masjid-masjid. Dikatakan: dikaitkan dengannya sebagai tempat ilmu dan tempat-tempat khusus untuk mencari ilmu dan menyebarkannya. (mereka membaca Kitabullah dan mengkajinya) yakni mereka membaca Kitabullah, keadaanya sama saja apakah ada seorang yang membaca dan menafsirkan, atau orang lain yang menafsirkan, atau mereka berkumpul dengan satu orang di antara mereka membaca sejumlah ayat Al Quran dan yang lain mendengarkan, lalu ada orang yang mengoreksi bacaannya dan menjelaskan dengan berbagai keterangan. Semua ini termasuk makna tadarus. (Lihat Syarh Sunan Abi Daud [175])

Demikian. Wallahu A’lam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top