💢💢💢💢💢💢💢
📌 Aksi-aksi seperti ini sudah sering dilakukan, karena memang kita rakyat biasa. Kita bukan Umara yg punya kata-kata sakti, kita bukan milisi yang punya senjata, tapi kita masih punya hati, iman, tangan, kaki, dan badan untuk bergerak.
📌 Lakukanlah apa yang bisa dilakukan, untuk menjaga salah satu masjid suci umat Islam. Bumi para nabi dan utusan, bumi yang diberkahi, bumi waqafnya Sayyidina Umar Al Faruq Radhiyallahu ‘Anhu.
📌 Sebagian kecil manusia -mereka mengaku Muslim- ada yang mencibir aksi-aksi ini, dengan membid’ahkan, menuduhnya khawarij, .. sayangnya mereka justru terjatuh pada akhlak khawarij; keras terhadap umat Islam tapi lembut bahkan banci terhadap orang-orang kafir.
📌 Hampir tidak tersisa, habis sudah tokoh Islam, para mujahid, ulama, aktifis Islam, dan gerakan Islam dituduh sebagai orang-orang menyimpang; entah untuk kepentingan siapa segala polah laku mereka ini ..
📌 Biarlah mereka sibuk dgn diri mereka sendiri, dgn segala kesumat terhadap para pejuang Islam ..
Maka Saudara-saudara ku .. tetaplah lakukan dukungan bagi Palestina, bagi Al Aqsha dgn apa yang bisa kita lakukan ..
🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸
Berikut ini fatwa para ulama Ahlus Sunnah tentang Muzhaharah Saliimah, Aksi Damai, munasharah Palestina ..
Daftar Isi
1⃣ Syaikh Abdullah bin Jibrin Rahimahullah
Beliau berkata:
صحيح أن دول العالم الكفرية تتعاون مع اليهود ضد المسلمين، لقول الله تعالى: {وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ}، ولذلك تتوالى الإعانات والمساعدات لليهود من الدول الكافرة رغم ما بينها من الخلافات العقدية، ولكنهم جميعاً يُحاربون الإسلام، ويحاولون محو آثار الإسلام من كثير من البلاد الإسلامية. فعلى هذا نقول: إذا كان هناك من المسلمين في فلسطين وفي غيرها من البلاد التي استعمرها الكفار يهوداً أو نصارى وفرضوا عليهم السلطة والتصرف، فإن على المسلمين السعي في التخلص من تلك التصرفات، ومن سيطرة أعداء الله على بلاد الإسلام. فإن كان في تلك المظاهرات تأثير على إضعاف الكفار، وإخضاعهم للحق، أو تقليلهم من الأضرار جازت هذه المظاهرات. أما إذا كان فيها ضرر على المسلمين بحيث يتسلط الأعداء عليهم بتلك الحجة، ويقتلون من قدروا عليه فنرى أنها تضر ولا تنفع
Benar bahwa negara-negara kafir saling bekerjasama dengan Yahudi melawan kaum muslimin, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang kafir satu sama lain saling tolong menolong”, oleh karena itu negara-negara kafir terus-menerus menolong dan membantu Yahudi walau mereka berbeda aqidahnya, tapi mereka memeringi Islam besama-sama. Mereka hendak menghapuskan jejak Islam dari banyak negeri-negeri Islam. Maka, atas dasar ini kami katakan: jika ada kaum muslimin Palestina dan negeri lainnya di berbagai negeri yang dijajah kaum kafir baik Yahudi atau Nasrani, dan wajib bagi mereka untuk menyusun kekuatan dan bertindak, maka jika pada demonstrasi itu berdampak pada melemahnya orang-orang kafir, menundukkan mereka pada kebenaran, atau meminimalkan bahaya mereka, maka demonstrasi ini dibolehkan. Ada pun jika pada demonstrasi itu terdapat kerugian bagi kaum muslimin, musuh bertindak keras dengan alasan itu, dan memerangi, maka kami memandang demonstrasi itu berbahaya dan tidak bermanfaat.
(Sumber: http://www.islamway.com/?iw_s=Fatawa&iw_a=view&fatwa_id=28583)
2⃣ Syaikh Dr. Asy Syarif Hatim bin ‘Aarif Al ‘Auniy Hafizhahullah
Beliau berkata:
فالمظاهرات السلمية، التي لا تُشهر السلاح، ولا تسفك الدماء، ولا تخرج للاعتداء على الأنفس والممتلكات ليست خروجًا مسلحًا على الحكام، ولذلك فلا علاقة للمظاهرات السلمية بتقريرات الفقهاء عن الخروج وأحكامه؛ لأنها ليست خروجًا، ومن أدخلها في هذا الباب فقد أخطأ خطأً بيّـنًا
Aksi demonstrasi damai yang di dalamnya tidak terdapat senjata dan tidak ada pertumpahan darah, dan tidak pula menyerang manusia dan negara, bukanlah termasuk pemberontakan kepada pemerintah. Oleh karena itu tidak ada kaitannya antara demonstrasi damai dengan ketetapan para fuqaha tentang memberontak kepada pemerintah karena itu bukanlah pemberontakan. Barang siapa yang memasukan ini ke dalam pemberontakan maka dia telah JELAS-JELAS SALAH.
والمظاهرات السلمية هي وسيلة من وسائل التعبير عن الرأي، ومن وسائل التغيير، ومن وسائل الضغط على الحاكم للرضوخ لرغبة الشعب. فإن كان الرأيُ صوابًا، والتغييرُ للأصلح، ورغبةُ الشعب مشروعةً = كانت المظاهرةُ حلالاً، بشرط ألاّ يترتب عليها مفسدة أعظم من مصلحتها المطلوبة. فحكم المظاهرات حكم الوسائل، وللوسائل حكم الغايات والمآلات
Aksi Demonstrasi damai adalah salah satu sarana menyampaikan pendapat, dan sarana melakukan perubahan, serta sarana untuk menekan pemerintah agar mematuhi kehendak rakyat. Jika pendapat itu BENAR, perubahannya lebih baik, dan kehendak itu pun hal disyariatkan, maka aksi demo tersebut HALAL. Dengan syarat aktifitas tersebut tidak memunculkan kerusakan lebih besar dari maslahat yang sedang dituntut. Maka, hukum dari aksi demonstrasi mengikuti hukum sarana-sarananya, dan hukum sarana mengikuti hukum tujuan dan dampak-dampaknya.
ومع أن الوسائل من المصالح المرسلة التي لا تتوقف مشروعيّتها على ورود النص الخاص بها؛ لأن عمومات النصوص ومقاصد الشريعة تدلّ على مشروعيتها؛ فقد سبق السلف من الصحابة الكرام إلى عمل مظاهرة بصورتها العصرية: فإن من خرج من الصحابة يوم الجمل للمطالبة بدم عثمان -رضي الله عنه- وعلى رأسهم الزبير بن العوام، وطلحة بن عبيد الله، وعائشة رضي الله عنهم أجمعين …..
Sesungguhnya sarana-sarana termasuk domain maslahat mursalah yang tidak ditetapkan secara khusus dalam nash, sebab sudah ditunjukkan oleh nash-nash yang umum dan maqashid syariah. Telah berlalu perilaku salaf dari generasi sahabat yang mulia dalam melakukan aksi demontrasi seperti gambaran masa kini: keluarnya para sahabat pada perang Jamal untuk mengusut pembunuhan atas ‘Utsman Radhiallahu ‘Anhu, pemimpin aksi mereka ini Az Zubeir bn Al ‘Awwam, Thalhah bin ‘Ubaidillah, dan ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anhum ajma’in ….. dst.
(Sumber: http://www.islamtoday.net/nawafeth/artshow-40-145791.htm)
3⃣ Syaikh Khalid Abdul Mun’in Ar Rifa’iy Hafizhahullah
Beliau berkata:
فإن المظاهرات وغيرها من طرائق التعبير عن الرأي، والتأثير على الآخر، وهي مجرد وسائل لغايات، وليست غاية في ذاتها، وما كان على هذا النحو، فإنه ينظر إليه من جهتين
Sesungguhnya, aksi demonstrasi dan selainnya termasuk di antara cara menyempaikan pendapat, mempengaruhi orang lain, ini hanyalah semata sarana untuk mencapai tujuan bukan tujuan itu sendiri, dan dalam hal ini ada dua sisi pandangan:
الأولى: من جهة الغاية التي تنظم المظاهرة من أجلها: فمن المعلوم أننا لا نحكم على الوسائل بحكم منفصل عن الغاية المقصودة من ورائها؛ لأن المتقرر أن الوسائل لها أحكام المقاصد، فإذا كان القصد مطلوباً شرعاً -من حيث هو- فإنه يشرع التوصل إليه بكل وسيلة غير ممنوعة شرعاً؛ فمثلاً: نصرة المسلم المظلوم مطلوبة شرعاً؛ لقوله تعالى: {وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ} [الأنفال:72]، ولقول رسول الله صلى الله عليه وسلم: “انصر أخاك ظالماً أو مظلوماً” (رواه البخاري عن أنس)
Pertama. Dari sisi tujuan yang menyebabkan adanya demonstrasi itu. Kita tahu, bahwa kita tidaklah menghukumi sarana secara terpisah dengan tujuan dan maksud yang melatarbelakanginya. Sebab, ketentuannya adalah bahwa sarana-sarana itu memiliki hukum sebagaimana tujuannya. Jika tujuannya adalah hal yang diperintahkan oleh syariat maka disyariatkan untuk mencapainya dengan cara apa pun kecuali cara yang benar-benar terlarang dalam syariat. Misalnya: menolong seorang muslim yang dianiaya adalah hal yang diperintahkan syariat.
Berdasarkan firman Allah ﷻ: (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Anfal: 72)
Juga berdasarkan hadits Nabi ﷺ: “Tolonglah saudaramu baik yang zalim dan yang dizalimi.” (HR. Bukhari, dari Anas)
هذا: والغايات تتناولها الأحكام التكليفية الخمسة: الوجوب، والحرمة، والاستحباب، والكراهة، والإباحة، فإذا كانت الغاية واجبة كالحج مثلاً كانت الوسيلة المستخدمة في الوصول للحج كذلك واجبة، وإذا كانت الغاية محرمة كالزنا حُرِّمت الوسيلة كذلك، من سفر وغيره، وإن كانت الغاية مباحة كالتجارة، كانت وسيلتها من سفر وغيره مباحة ما لم يرد في الشرع ما يحرمها… وهكذا
Dalam hal ini, tujuan itu mencakup hukum taklifi yang lima: wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Jika tujuannya termasuk hal yang wajib, seperti haji misalnya, maka sarana yang dipakai untuk mencapai haji menjadi wajib juga. Jika tujuannya haram, seperti zina, maka sarananya menjadi haram juga seperti safar dan selainnya. Jika tujuannya hal yang mubah seperti berniaga maka sarana tersebut, seperti perjalanan dan lainnya, menjadi mubah juga selama tidak dalil syar’i yang mengharamkannya … demikian.
الثانية: من جهة الوسيلة المستخدمة في التعبير عن الغرض، المُتوصَّل بها إلى الغاية: هل هي مأمور بها شرعاً، أم ممنوعةٌ أم مسكوت عنها؟
Kedua. Dari sisi sarana yang digunakan uuntuk mencapai tujuan, apakah itu sarana yang diperintahkan syariat, atau terlarang, ataukah didiamkan syariat?
– فإن كانت تلك الوسيلة مأموراً بها: فلا شك في مشروعيتها، مثل السعي لشهود صلاة الجمعة، قال تعالى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ} [الجمعة:9] ونحو ذلك
Jika sarana tersebut diperintahkan maka tidak ragu lagi bahwa hal itu disyariatkan, seperti bersegera untuk menghadiri shalat Jumat. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang beriman jika kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Al Jumah: 9), dan semisalnya.
– وإن كانت الوسيلة ممنوعة: فإن كان منعها منع تحريم، فإنه يحرم اتخاذها، أو التوصل بها إلى أي غاية، حتى وإن كانت الغاية مشروعة، وذلك كمن يسرق ليتصدق؛ فهذا ونحوه لا يلتفت فيه إلى الغاية.
– وإن كانت ممنوعة منع كراهة، فإنه يكره اتخاذها تبعاً لذلك.
– وإن كانت الوسيلة مسكوتاً عنها: فحكمها حكم غايتها –وجوبا واستحبابا وتحريما وكراهية وإباحة- وقد ذهب بعض المعاصرين إلى أن الوسائل تعبدية وتفتقر إلى النص، وفيه نظر.
Jika wasilahnya termasuk hal yang terlarang maka haram menjadikannya sebagai sarana, atau mencapai tujuan dengan menggunakannya, walau pun tujuannya disyariatkan seperti orang yang mencuri dgn tujuan bersedekah dan semisalnya, maka tidak boleh menfaatkannya untuk mencapai tujuan.
Jika sarananya terlarang dengan larangan yang makruh, maka makruh pula menjadikannya sebagai sarana.
Jika sarananya hal yang didiamkan oleh syariat, maka hukum sarana sama dengan hukum tujuannya –wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah- sebagian ulama kontemporer berpendapat bahwa sarana itu hal yang ta’abudiyah (peribadatan) yang mesti ditunjukkan dalil, pendapat ini mesti ditinjau lagi.
والصواب والعلم عند الله ما قدمناه من أن الوسيلة تأخذ حكم غايتها –مقاصدها- حتى يأتي نهي من الشرع، وأن الوسائل غير منحصرة
Yang benar adalah –dan ilmu adalah milik Allah- dari apa yang telah kami sampaikan bahwasanya hukum sarana mengikuti hukum tujuan dan maksud-maksudnya, sampai adanya dalil syariat yang melarang, dan sarana itu tidaklah terbatas.
فكل وسيلة قديمة أو مستحدثة إذا كانت غير ممنوعة شرعاً ويغلب على الظن أنها تحقق هذا المقصد فإنها جائزة؛ فاستخدام الطائرات مثلاً وغيرها من الطرق الحديثة في الجهاد، واستخدام الحاسوب والشريط المسجل والمطويات والإنترنت ونحوها في الدعوة إلى الله، لا يعد من بدع العصر الحديثة
Maka, semua sarana klasik dan kontemporer jika tidak terlarang oleh syariat dan menurut dugaan kuatnya bisa merealisasikan tujuannya maka itu dibolehkan. Maka, penggunaan pesawat misalnya dan selainnya dari sarana-sarana modern untuk berjihad, serta penggunaan komputer, kaset CD, internet dan semisalnya untuk dakwah ilallah, dan ini tidaklah dihitung sebagai bid’ah zaman ini.
(Sumber: http://www.islamway.com/?iw_s=Fatawa&iw_a=view&fatwa_id=15541.)
4⃣ Syaikh Al ‘Allamah Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
Syaikh ditanya tentang aksi Demonstrasi Damai (Muzhaharah Salimah) yang dilakukan umat Islam untuk mendukung rakyat Palestina yang dibantai Zionis, Syaikh memberikan jawaban cukup panjang, .. Kami kutipkan bagian kesimpulan sebagai berikut:
والصواب إن شاء الله تعالى أن الوسائل ، وهي الطرق إلى المقاصد غير منحصرة ، وأنها تأخذ حكم مقاصدها ، وأن النظر في الوسائل يكون من جهة : هل هي ممنوعة أولا . وليس : هل هي مأمور بها أو لا.
أي أننا في باب الوسائل ننظر : هل نهى الشارع عن هذه الوسيلة أو لا ، ولانحتاج إلى البحث في : هل أمر بها الشارع أو لا. بل يكفي في الوسائل أن يكون الشارع قد أباحها أو سكت عنها .
الثانية : من جهة المقاصد ، وذلك أننا لانحكم للوسائل ـ على التفصيل السابق ـ بحكم منفصل عن الغاية المقصودة من ورائها ، لأنه قد تقرر أن الوسائل لها أحكام المقاصد. فإذا كان القصد مطلوبا شرعا ، والغاية مأمورا بها من حيث هي ، فإنه يشرع التوصل والتوسل إليها بكل وسيلة غير ممنوعة شرعا .. فنصرة المسلم المظلوم مطلوبة شرعا . قال تعالى : (وإن استنصروكم في الدين فعليكم النصر) وقال عليه الصلاة والسلام : (مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم مثل الجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر) متفق عليه. فكل وسيلة قديمة أو مستحدثة غير ممنوعة شرعا ، يغلب على الظن أنها تحقق المقصود ، وهو النصرة ورفع الظلم أو تخفيفه ، فإنها جائزة ، بل مأمور بها ، بحسب مالها من أثر .
ومعلوم أن الشعوب لها طرائق مختلفة في التعبير عن آرائها ، والشرع لايمنع من استخدام تلك الطرائق ، ولا يحصر معتنقيه على وسائل بعينها ، وليس مع من ادعى ذلك حجة نقلية ولاعقلية ، بل مقاصد الشرع وقواعده ، ووقائع تاريخ المسلمين في الصدر الأول تشهد بخلاف ذلك .
إذا تقرر هذا فإننا لانرى مانعا من تنظيم المظاهرات والاحتجاجات على المذابح التي يتعرض لها إخواننا في فلسطين وغيرها من بلاد المسلمين ، فإن هذا أضعف الإيمان وأقل الواجب . والله المستعان . وهو حسبنا ونعم الوكيل. والله أعلم .
Pendapat yang benar, Insya Allah, bahwasanya berbagai sarana yang ada merupakan jalan menuju maksud dan tujuan dengan tanpa dibatasi, dan hukum sarana tersebut mengikuti hukum tujuannya.
Pertimbangan untuk menilai sarana (wasilah) ada beberapa sisi:
📌 Pertama, “Apakah itu sarana terlarang atau tidak?” Bukan “Apakah itu sarana yang diperintahkan atau tidak?”
Kami memandang dalam masalah sarana ini, apakah pembuat syariat melarang sarana ini atau tidak? Kita tidak membutuhkan pembahasan apakah sarana ini diperintahkan atau tidak? Tetapi, dalam masalah pembahasan sarana cukuplah bagi kita bahwa pembuat syariat telah membolehkannya atau mendiamkannya.
📌 Kedua, dari sisi maksud dan tujuan.
Kami tidak menghukumi sebuah sarana –dengan rincian yang kami sebutkan sebelumnya- adalah hal terpisah dari tujuan yang ada di belakangnya, sebab telah menjadi ketetapan bahwa hukum dari sebuah sarana mengikuti hukum maksud dan tujuannya.
Maka, jika sebuah maksud dibenarkan oleh syariat, dan tujuannya diperintahkan seperti apa pun juga, maka dibolehkan untuk mencapainya dengan sarana apa pun, hal itu tidak terlarang dalam syariat … dan membela muslim yang tertindas adalah perbuatan yang diperintahkan syariat.
Allah ﷻ berfirman:
Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan. (QS. Al Anfal: 72)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta dan kasih sayangnya bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota badan mengeluh kesakitan, maka anggota badan lainnya ikut demam dan sakit bergadang.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Maka, semua sarana baik terdahulu atau kontemporer, yang tidak ada laragannya dalam syariat, dan diperkirakan mampu merealisasikan tujuan yaitu memberikan pertolongan dan menghilangkan kezaliman, MAKA ITU DIBOLEHKAN BAHKAN DIPERINTAHKAN, dengan pertimbangan memang adanya pengaruh untuk itu.
Telah diketahui, bahwa masyarakat memiliki berbagai cara untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya, dan syariat tidak melarang penggunaaan cara-cara itu, dan tidak memberikan batasan spesifik tentang bagaimana caranya. Mereka yang mengklaim adanya pembatasan cara itu tidak memiliki hujah baik naqliyah (Al Quran dan As Sunnah) dan aqliyah (Akal), justru tujuan syariat dan kaidah-kaidahnya, dan realita sejarah kaum muslimin sejak generasi awal menyelisihi klaim itu.
Jika kita telah menetapkan hal ini, maka kami memandang TIDAK ADA LARANGAN untuk melakukan aksi demonstrasi dan protes atas genosida yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina, atau negeri muslimin lainnya.
Sesungguhnya ini adalah iman yang paling lemah dan kewajiban yang paling minim. Wallahul Musta’an.
Wahuwa Hasbuna wa Ni’mal Wakil. Wallahu A’lam
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 5834)
Dan masih banyak lagi para ulama dan ahli fiqih yang membolehkan aksi seperti ini, seperti Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, Syaikh Abdul Maqshud Al Mashri, Syaikh Wahbah Az Zuhailiy, Syaikh Salman Al ‘Audah, dll.
🌾🌿🌷🌻☘🌸🌳🍃
✍ Farid Nu’man Hasan