💢💢💢💢💢💢
Daftar Isi
📨 PERTANYAAN:
Assalamualaikum, Akhi afwan, ana mau minta tolong sekali lagi utk menyampaikan pertanyaan ana terkait thawaf wada’ kpd ust Farid Nu’man…🙏
Alhamdulillah Saat ini posisi ana sudah melaksanakan semua runtutan ibadah haji kecuali thawaf wada’
InsyaAlloh baru tgl 10/11 nanti rombongan kami akan diberangkatkan ke madinah
Nah dalam beberapa waktu ini apakah boleh saya pergi ke jeddah utk jalan2/berkunjung ke rumah saudara saya disana dan kembali lagi ke makkah?
Karna saya khawatir atas Hadits Nabi yg mengatakan bahwa jika meninggalkan makkah maka harus thawaf wada’ terlebih dahulu, sedangkan sy belum berniat meninggalkan makkah, hanya jalan2 saja ke jeddah mengunjungi saudara saya…
📬 JAWABAN
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Bismillah wal Hamdulillah ..
Para imam berbeda pendapat tentang hukum thawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Mekkah. Wajibkah atau Sunnah?
1. Wajib, ini pendapat mayoritas ulama.
Gol ini juga terbagi menjadi dua.
Pertama, yaitu wajib bagi siapa pun yang akan meninggalkan Mekkah, baik keperluan ke Mekkah karena haji, umrah, atau apa saja. Inilah pendapat golongan Syafi’iyah dan Hanabilah.
Kedua, wajib hanya bagi yang haji saja. Ini Hanafiyah.
وأما الحنفية فإن طواف الوداع عندهم واجب في الحج فقط.
Ada pun Hanafiyah, Thawaf wada’ bagi mereka adalah wajib bagi Haji saja. (Selesai)
Bahkan, seorang ulama Hambaliyah kontemporer yaitu Syaikh Al Utsaimin Rahimahullah juga mengatakan demikian:
طواف الوداع واجب في حق الحاجّ على الصحيح؛ لأن الرسول عليه الصلاة والسلام قال: لا ينفرن أحد حتى يكون آخر عهده بالبيت رواه مسلم في الصحيح. وقال ابن عباس رضي الله عنهما: ( أُمر الناسُ أن يكون آخر عهدهم بالبيت إلا أنه خُفّف على المرأة الحائض )
Thawaf wada’ adalah wajib bagi jamaah haji menurut pendapat yang Shahih, karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Janganlah seseorang pulang sebelum dia thawaf wada’ (akhir) di Baitullah.” (HR. Muslim).
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata:
“Orang-orang diperintahkan agar menjadikan akhir dari perjalanan haji mereka adalah thawaf di Ka’bah Baitullah. Namun perintah ini diringankan bagi para wanita yang sedang mengalami haidh.” (HR. Al Bukhari). (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 18/84)
Dari kalangan Syafi’iyah, Imam An Nawawi Rahimahullah berkata dalam Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab:
وقال البغوي والمتولي وغيرهما: ليس طواف الوداع من المناسك، بل هو عبادة مستقلة يؤمر بها كل من أراد مفارقة مكة إلى مسافة القصر
Al Baghawi, Al Mutawalli, dan lainnya mengatakan: thawaf wada’ bukan bagian dari manasik, tapi itu adalah ibadah yang berdiri sendiri yang diperintah atas SETIAP ORANG yang hendak meninggalkan Mekkah. (Selesai)
Pendapat inilah yang dianggap shahih oleh Imam Ar Rafi’i. Sementara Imam Al Haramain dan Imam Al Ghazali -keduanya adalah Syafi’iyah- menganggap thawaf wada’ adalah bagian manasik haji dan umrah, dan TIDAK WAJIB dilakukan saat keluar dari Mekkah.
Namun yang ditarjih oleh Imam An Nawawi adalah:
والصحيح المشهور أنه يتوجه على من أراد مسافة القصر ودونها سواء كانت مسافة بعيدة أو قريبة، لعموم الأحاديث
Yang Shahih lagi terkenal bahwa perintah thawaf wada’ berlaku pada siapa pun yang akan meninggalkan Mekkah, baik perjalanan sementara, jauh atau dekat sama saja, berdasarkan keumuman haditsnya .. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 8/256)
Dari Hanabilah, berkata Imam Ar Rahibani Rahimahullah:
طواف (وداع) وهو واجب على كل خارج من مكة من حاج وغيره…
Thawaf wada’ adalah wajib atas siapa saja yang akan keluar dari Mekkah baik yang haji atau selainnya ..
Beliau juga berkata:
لم يخرج منها حتى يودع البيت بالطواف وجوباً على كل خارج من مكة لوطنه أو غيره على المذهب
Tidaklah keluar dari Mekkah sampai dia melakukan wada’ kepada Baitullah dengan thawaf, itu adalah wajib atas siapa pun yang akan keluar dari Mekkah menuju negerinya atau lainnya menurut pendapat resmi madzhab. (Mathalib Ulin Nuha, 2/435)
2. Sunnah
Ini adalah pendapat Malikiyah dan Hambaliyah kontemporer.
والمالكية وإن ذهبوا إلى أن طواف الوداع مندوب وليس واجباً إلا أنهم نصوا على أنه يندب لكل خارج من مكة ولو قدم لغير نسك كتجارة ونحوها، جاء في مواهب الجليل للحطاب
: طواف الوداع مشروع لكل من خرج من مكة مكي أو غيره، قدم لنسك أو لتجارة؛ إن خرج لمكان بعيد سواء كان بنية العودة أم لا…
Malikiyah berpendapat bahwa thawaf wada’ adalah Sunnah bukan wajib. Hanya saja mereka menyatakan kesunnahan itu berlaku untuk siapa pun yang akan keluar dari Mekkah walau kedatangannya untuk selain nusuk (ibadah), seperti dagang dan lainnya.
Disebutkan dalam Mawaahib Al Jaliil karya Imam Al Hathab:
Thawaf wada’ itu disyariatkan bagi siapa pun yang akan keluar dari Mekkah baik dia orang Mekkah atau lainnya, baik kedatangannya karena ibadah atau berdagang, walau dia ketempat yang jauh sama saja apakah dia berniat akan kembali atau tidak. (Mawaahib Al Jaliil, 3/137)
Ada pun Hambaliyah kontemporer, Syaikh Al Utsaimin Rahimahullah mengatakan bahwa thawaf wada’ adalah SUNNAH bagi jamaah Umrah:
اما المعتمر فقد اختلف العلماء في ذلك هل عليه طواف الوداع
على قولي العلماء، والأرجح أنه لا يلزمه طواف الوداع لأدلة كثيرة، لكن إذا طاف الوداع فهو أفضل
Bagi orang yg umrah para ulama berbeda pendapat tentang thawaf wada’ untuk mereka. Ada dua pendapat ulama, dan pendapat yang kuat adalah tidak mesti tawaf wada’ berdasarkan dalil-dalil yang banyak. Tapi afdhalnya memang melakukannya. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 18/85)
Pendapat yang kuat dan hati-hati adalah WAJIB, sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
ولعل القول الراجح هو قول الحنابلة والشافعية من أن طواف الوداع واجب على كل من خرج من مكة؛ إلا الحائض حتى ولو كانت المسافة دون القصر على المشهور عند الشافعية كما ذكر النووي؛ لعموم حديث ابن عباس: أمر الناس أن يكون آخر عهدهم بالبيت؛ إلا أنه خفف عن الحائض… رواه البخاري
Barangkali pendapat yang paling kuat adalah bahwa thawaf wada’ adalah wajib atas siapa pun yang akan keluar dari Mekkah -kecuali wanita haid- bahkan yang keluarnya hanya sebentar dan pendek, sebagaimana pendapat yg masyhur dari Syafi’iyah seperti yang dikatakan Imam An Nawawi berdasarkan keumuman hadits dari Ibnu ‘Abbas Radliallahu ‘Anhuma berkata:
“Orang-orang diperintahkan agar menjadikan akhir dari perjalanan haji mereka adalah thawaf di Ka’bah Baitullah. Namun perintah ini diringankan bagi para wanita yang sedang mengalami haidh.” (HR. Al Bukhari). (Selesai)
Demikian. Wallahu a’lam
🌷🌴🌱🌸🍃🌵🍄🌹🌾
✍ Farid Nu’man Hasan