▪▫▪▫▪▫
📨 PERTANYAAN:
Jika dalam sholat berjama’ah, apakah wajib hukumnya untuk mengikuti gerakan imam?
Misalnya, ketika tasyahud akhir dan dia masbuq, didapati orang tersebut duduk tasyahud awal,.
Atau ketika imam qunut, apa kita mesti ikuti gerakan qunut atau tangan tetap diam tanpa tangan mengangkat untuk berdoa?
📬 JAWABAN
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Bismillah wal Hamdulillah ..
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ
Imam itu diangkat untuk diikuti. (HR. Bukhari no. 805)
Jadi, secara umum kita dituntut mengikuti imam. Kecuali jika imam melakukan kesalahan pada gerakan yang fatal, maka mesti diluruskan.
Khusus untuk Qunut shubuh .. ada baiknya mengambil Ibrah dari Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah :
فقد كان الإمام أحمدُ رحمه الله يرى أنَّ القُنُوتَ في صلاة الفجر بِدْعة، ويقول: إذا كنت خَلْفَ إمام يقنت فتابعه على قُنُوتِهِ، وأمِّنْ على دُعائه، كُلُّ ذلك مِن أجل اتِّحاد الكلمة، واتِّفاق القلوب، وعدم كراهة بعضنا لبعض
“Imam Ahmad Rahimahullah berpendapat bahwa qunut dalam shalat fajar (subuh) adalah bid’ah. Namun dia mengatakan: “Jika aku shalat di belakang imam yang berqunut, maka aku akan mengikuti qunutnya itu, dan aku aminkan doanya, semua ini lantaran demi menyatukan kalimat, melekatkan hati, dan menghilangkan kebencian antara satu dengan yang lainnya.”
(Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Syarhul Mumti’, 4/25. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Imam At Tirmidzi berkata:
قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِنْ قَنَتَ فِي الْفَجْرِ فَحَسَنٌ وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ فَحَسَنٌ
“Berkata Sufyan Ats Tsauri: “Jika berqunut pada shalat shubuh, maka itu bagus, dan jika tidak berqunut itu juga bagus.”
(Lihat Sunan At Tirmidzi, keterangan hadits No. 401)
Imam Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah:
إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه
“Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.”
(Imam Abu Nu’aim Al Asbahany, Hilyatul Auliya, 3/133)
Dalam masalah duduk tasyahudnya, ada beragam pandangan.
📌 Imam Malik dan pengikutnya mengatakan, semua duduk tasyahud adalah tawaruk, yaitu kaki kaki kanan dilipat kebelakang dengan telapak ditegakkan, dan kaki kiri ada dibawahnya dan tapak kaki kiri nampak keluar. (Kalau di Indonesia cara ini niasa dipakai pada duduk tasyahud akhir)
Bagi golongan ini, kapan saja masbuq bergabung dalam shalat, termasuk mashuq di tasyahud akhir, duduknya tetap tawaruk.
📌 Imam Abu Hanifah dan pengikutnya mengatakan semua duduk tasyahud, baik awal
dan akhir/kedua, adalah iftirasy, yaitu duduk seperti duduk di antara dua sujud. Bagi golongan ini, kapan pun seorang yang masbuq, termasuk masbuq di tasyahud akhir, maka cara duduknya tetap iftirasy.
📌 Adapun Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, mereka membedakan antara duduk tasyahud awal dan akhir. Tasyahud awal duduknya iftirasy, sedangkan akhir adalah tawaruk.
Lalu bagaimana jika masbuq di tasyahud akhir? Ada beberapa pendapat:
🌸 Ikuti duduk imam, yaitu tawaruk, sebab ju’ilal imam liyu’tamma bihi – imam diangkat untuk diikuti
🌸 Duduk sesuai urutan bilangannya, jika si makmjm masih tasyahud awal, maka iftirasy
Masalah ini luwes saja, bagi yang bertubuh gempal, kadang tawaruk menyulitkan.
Demikian. Wallahu a’lam
🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐
✍ Farid Nu’man Hasan