PERTANYAAN
Assalamualaikum ust, mau bertanya
1. bagaimana ketentuan nya untuk menambah bacaan teks doa pada saat selesai membaca doa qunut saat sholat subuh, seperti doa tolak bala dan doa untuk palestina, apakah dibolehkan menambah doa2 lain selain itu, seperti doa dari quran hadits atau ulama?
2. Untuk doa perlindungan siksa kubur neraka dan fitnah dajjal pada tasyahud akhir, apakah wajib dibaca atau boleh tidak dibaca ust?
JAWABAN
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
1. Berdoa atau berzikir dengan kalimat ghairul ma’tsur di dalam shalat adalah dibolehkan menurut mayoritas ulama. Baik pada sujud, qunut nazilah, atau sebelum salam.
Hal tersebut berdasarkan hadits shahih dari Rifa’ah bin Rafi’ Radhiallahu ‘Anhu, saat itu Rifa’ah membaca hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih … di saat shalat, lalu Rasulullah ﷺ memujinya. Itu adalah bacaan inisiatif Rifa’ah sendiri bukan berasal dari Nabi ﷺ.
Imam Ibnu Hajar mengomentari:
واستدل به على جواز إحداث ذكر في الصلاة غير ماثور إذا كان غير مخالف للمأثور وعلى جواز رفع الصوت بالذكر ما لم يشوش على من معه
Hadits ini merupakan dalil kebolehan menciptakan dzikir yang tidak ma’tsur di dalam shalat jika tidak bertentangan dengan dzikir yang ma’tsur, dan menunjukkan kebolehan meninggikan suara dalam dzikir selama tidak mengganggu orang-orang yang bersamanya. (Fathul Bari, 2/287)
Imam Ibnu ‘Abdil Bar Rahimahullah menjelaskan:
في مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم لفعل هذا الرجل وتعريفه الناس بفضل كلامه وفضل ما صنع من رفع صوته بذلك الذكر أوضح الدلائل على جواز ذلك
Pujian Rasulullah ﷺ terhadap apa yang dilakukan laki-laki tersebut dan manusia mengetahui keutamaan perkataannya dan keutamaan apa yang dilakukannya berupa meninggikan suara dzikirnya, telah menjadi petunjuk bahwa hal itu memang BOLEH.
(At Tamhid, 16/198)
Dalil lain adalah qunut nazilah yang dibaca Rasulullah ﷺ adalah mendoakan kebinasaan kepada Bani Lahyan, Ri’l, Ushayyah, dan Dzakwan, yang telah membantai para sahabat nabi yg ahli Al Quran sebanyak 70 orang.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah ﷺ juga pernah berdoa qunut untuk kebebasan para sahabat yang ditawan sbb:
اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ ، اللَّهُمَّ نَجِّ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ ، اللَّهُمَّ نَجِّ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ ، اللَّهُمَّ نَجِّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ. ثم ذكر أبو هريرة رضي الله عنه أنهم نجوا من أيدي الكفار ، وقدموا المدينة ، فترك الرسول صلى الله عليه وسلم الدعاء لهم
ALLAAHUMMA ANJI ALWALIIDA BIN ALWALIID, ALLAAHUMMA NAJJI SALMAH BIN HISYAM, ALLAAHUMMA NAJJI AYYASY BIN ABI RABIAH, ALLAAHUMMA NAJJI ALMUSTADH’AFIINA MINAL MU”MINIINA, ALLAAHUMMAUSYDUD WATH’ATAKA ‘ALAA MUDHARR, ALLAAHUMMAJ’ALHAA ALAIHIM SINIINA KASIINII YUUSUFA (Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid, Ya Allah, selamatkanlah Salmah bin Hisyam, Ya Allah, selamatkanlah, Ayyasy bin Abu Rabiah, Ya Allah, selamatkanlah orang-orang yang tertindas dari orang-orang mukmin, Ya Allah, keraskanlah hukumanmu terhadap Mudharr, Ya Allah, jadikanlah untuk mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun paceklik Yusuf).
Lalu kata Abu Hurairah: “Mereka bebas dari cenkraman kaum kuffar, lalu datang ke Madinah, dan Rasulullah ﷺ meninggalkan doa qunut tersebut.”
(HR. Muslim no. 675)
Doa-doa qunut ini -yang mana Rasulullah ﷺ memasukan nama-nama Bani dan nama orang- menunjukkan kalimat itu di luar bacaan doa qunut yang biasanya. Maka, para imam dari zaman ke zaman tidak mempermasalahkan doa-doa qunut nazilah dengan berbagai kalimat sesuai kondisi dan hajat di masanya. Sebagaimana hari ini mendoakan Palestina atau beberapa tahun lalu qunut nazilah karena covid 19.
2. Itu sunnah saja, bukan wajib, bukan rukun.
Wallahu A’lam
Farid Nu’man Hasan