Pertanyaan
Jadi sebenarnya air kurang dari 2 kulah itu suci tidak (Syalikatahre-Pale)
Jawaban
Bismillahirrahmanirrahim..
Air yang sedikit atau banyak adalah suci sampai ada najis yang mengubahnya baik pada rasa, warna, atau aroma.
Hal ini berdasarkan hadits berikut:
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّ اَلْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu dia berkata, Bersabda Rasulullah ﷺ: “Sesungguhnya air itu suci, tidak ada sesuatu yang bisa menajiskannya.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, dan An Nasa’i, dan dishahihkan Imam Ahmad, Imam Yahya bin Ma’in, dll)
Hadits lainnya:
وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ اَلْبَاهِلِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّ اَلْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ, إِلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ, وَلَوْنِهِ – أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ
Dari Abu Umamah Al Baahili Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Bersabda Rasulullah ﷺ:
“Sesungguhnya air itu tidak ada sesuatu pun yang menajiskannya, kecuali yang bisa mengubah baunya, rasanya, dan warnanya.” (HR. Ibnu Majah, dan didhaifkan oleh Imam Abu Hatim)
Imam ash Shan’ani Rahimahullah mengatakan:
قال ابن المنذر: قد أجمع العلماء: على أن الماء القليل والكثير إذا وقعت فيه نجاسة فغيرت له طعماً، أو لوناً، أو ريحاً فهو نجس، فالإجماع هو الدليل على نجاسة ما تغير أحد أوصافه
Berkata Ibnul Mundzir: “Para ulama telah ijma’ bahwa air yang sedikit dan banyak, jika terkena najis lalu berubah rasa, warna, dan aroma, maka dia menjadi najis.” Maka, ijma’ adalah merupakan dalil atas kenajisan sesuatu yang telah berubah salah satu sifat-sifatnya.” (Subulus Salam, 1/19)
Rasulullah ﷺ pernah wudhu dengan air satu mud saja. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ أَوْ كَانَ يَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ
Nabi ﷺ membasuh, atau mandi dengan satu sha’ hingga lima mud, dan berwudhu dengan satu mud. (HR. Bukhari no. 201)
Imam Ash Shan’ani menjelaskan ukuran satu mud yaitu sepenuh dua telapak tangan manusia berukuran sedang dengan telapak tangan yang dibentangkan (madda), dari sinilah diambil kata mud. (Subulus Salam, 1/49)
Baca juga: Percikan Air Kencing ke Kolam
Lalu, bagaimana dengan dua qullah?
Maksud dari dua qullah adalah takaran minimal air tetap suci jika kejatuhan najis, selama tidak ada perubahan pada salah satu sifatnya yaitu rasa, warna, atau aroma. (Dua qullah adalah setara 500 Rithl Baghdadi, yaitu +/- 160 liter, menurut mazhab Syafi’i dan Hambali)
Sebagaimana hadits:
إِذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ
Jika air sudah dua qullah maka najis tidak berpengaruh. (HR. At Tirmidzi no. 67, Shahih)
Artinya jika volume air sudah dua qullah, lalu kejatuhan najis, dan tidak ada perubahan apa-apa maka air tersebut tetap suci. Tapi jika ada perubahan pada salah satu sifatnya baik rasa, atau aroma, atau warna maka telah najis walau air tersebut sebanyak lautan.
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Rahimahullah mengatakan:
وقد اجمع العلماء على ان الماء المتغير بأحد الأوصاف الثلاثة متنجس و إن كام قدر البحر
Para ulama telah ijma’ bahwa air yang telah berubah salah satu sifatnya yang tiga itu, maka menjadi najis, walau air itu SEBANYAK LAUTAN. (Mishbahuzh Zhalam, 1/35)
Jadi, “dua qullah” bukan bermakna syarat air dikatakan suci harus ukurannya dua qullah, jika di bawah itu seperti air cuma segayung, seember, maka tidaklah suci, bukan begitu maknanya. Itu sering disalahpahami sebagian orang. Sehingga mereka tidak mau wudhu dengan air di ember atau wadah lain yang kurang dua qullah padahal jelas-jelas itu air suci.
Demikian. Wallahu A’lam
Farid Nu’man Hasan