Nasihat Da’wah Untuk Para Pejuang: Terus Bergerak, Jangan Sibukkan Perhatian Orang Kepada Kita

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Berkata Al Imam Hasan Al Banna Rahimahullah:

وان خير طريق نسلكها الا يشغلنا الالتفات الى غيرنا الى الالتفات الى انفسنا. اننا فى حاجة الى تدة و الى تعبئة , و ان امتنا و الميادين الخالية فيها محتاجة الى جنود و الى جهاد , و الوقت لا يتسع لنتطلع الى غيرنا و تشتغل به

📌 Sesungguhnya cara terbaik yang kita tempuh adalah tidak sibuk memperhatikan orang lain untuk memperhatikan kita.

📌 Sungguh, yang kita butuhkan adalah persiapan dan pengerahan kekuatan.

📌 Umat dan medan-medan yang kosong,  di dalamnya sangat membutuhkan tentara-tentara da’wah dan jihad,

📌 dan waktu yang ada tidak memungkinkan untuk mengharapkan dari orang lain dan sibuk dengannya

📚 Al Imam Hasan Al Banna, Majmu’ah Rasaail, Al Maktabah At Taufiqiyah. Kairo

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌻🌾

✍ Farid Nu’man Hasan

Pidato Pertama Abu Bakar Ash Shiddiq Pasca Pengangkatannya Sebagai Khalifah

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu menceritakan pidato Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu setelah dibai’atnya menjadi seorang khalifah pertama umat Islam:

أما بعد أيها الناس فإني قد وليت عليكم وليست بخيركم، فإن أحسنت فأعينوني وإن أسأت فقوموني، الصدق أمانة، والكذب خيانة، والضعيف فيكم قوي عندي حتى أريح عليه حقه إن شاء الله، والقوي فيكم ضعيف حتى آخذ الحق منه إن شاء الله، ولا يدع قوم الجهاد في سبيل الله إلا ضربهم الله بالذل، ولا تشيع الفاحشة في قوم قط إلا عمهم الله بالبلاء، أطيعوني ما أطعت الله ورسوله، فإذا عصيت الله ورسوله فلا طاعة لي عليكم، قوموا إلى صلاتكم يرحمكم الله.
Amma ba’du, Wahai Manusia ….

Aku telah diberikan amanah memimpin kalian padahal aku bukan yang terbaik di antara kalian. Maka, jika aku berbuat baik tolonglah aku. Jika aku berbuat buruk luruskanlah aku. Kejujuran itu amanah, kedustaan itu khianat. Orang lemah yang ada pada kalian adalah orang kuat bagiku sampai aku membahagiakannya dengan memberikan haknya, Insya Allah. Sedangkan orang kuat yang ada pada kalian adalah lemah sampai aku mengambil hak darinya, Insya Allah.

Tidaklah segolongan kaum meninggalkan jihad fisabilillah melainkan Allah akan timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah kekejian melekat pada sebuah kaum sedikit pun melainkan Allah akan timpakan musibah buat mereka secara merata.

Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya, jika aku membangkang kepada Allah dan RasulNya maka tidak ada ketaatan kalian untukku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian.

📚 Imam As Suyuthi, Tarikh Al Khulafa, Hal. 64. Darul Fikr, Beirut. Libanon

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

Farid Nu’man Hasan

Peringatkan Si Tukang Ghibah Bukan Justru Mendengarkannya

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata:

واعلم : أن المستمع للغيبة شريك فيها، ولا يتخلص من إثم سماعها إلا أن ينكر بلسانه، فإن خاف فبقلبه وإن قدر على القيام، أو قطع الكلام بكلام آخر، لزمه ذلك . وقد روى عن النبى صلى الله عليه وآله وسلم أنه قال : من أذل عنده مؤمن وهو يقدر أن ينصره أذله الله عز وجل على رؤوس الخلائق ” وقال صلى الله عليه وآله وسلم : ” من حمى مؤمناً من منافق يعيبه، بعث الله ملكاً يحمى لحمه يوم القيامة من نار جهنم ” ورأى عمر بن عتبة مولاه مع رجل وهو يقع في آخر، فقال له : ويلك نزه سمعك عن استماع الخنا كما تنزه نفسك عن القول به، فالمستمع شريك القائل، إنما نظر إلى شر ما في وعائه فأفرغه في وعائك

Ketahuilah, bahwasanya menjadi pendengar ghibah sama juga terlibat dalam ghibah. Dia tidak akan lepas dari dosa mendengarkannya kecuali jika dia mengingkari dengan lisannya, jika dia takut minimal ingkari dengan hatinya. Jika dia mampu meluruskan atau memutuskan pembicaraan ke pembicaraan lain maka lakukanlah itu.

Diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa Beliau bersabda: “Barang siapa yang dihadapannya ada seorang mu’min direndahkan, padahal dia mampu membelanya, maka Allah akan rendahkan dia dihadapan para makhluk.” 1]

Dalam hadits lain: “Barang siapa yang melindungi seorang mu’min dari munafiq yang menggunjingnya maka Allah akan utus malaikat untuk menjaga dagingnya dari sengatan neraka Jahanam pada hari kiamat.” 2]

Umar bin Utbah melihat pelayannya sedang bersama seseorang yang sedang menggunjing orang lain. Beliau berkata:

“Celaka kamu, jagalah telingamu dan jangan dengarkan pembicaraan yang kotor, sebagaimana kamu menjaga lisanmu dari pembicaraan kotor, karena orang yang mendengarkan adalah sekutu bagi orang yang membicarakan. Dia melihat sesuatu yang  buruk ada di bejananya lalu menuangkan keburukan itu ke bejanamu.”

📚 Imam Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidin, Ar Rub’uts Tsaalits, Hal. 30-31

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

Farid Nu’man Hasan


🌴🌴🌴🌴🌴🌴

1] HR. Ahmad No. 15985, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 7227, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 5554. Semua perawinya terpercaya kecuali Ibnu Lahi’ah, dia terkenal dhaifnya. Para ulama mendhaifkan hadits ini seperti Syaikh Syuaib Al Arnauth (Ta’liq Musnad Ahmad No. 15985), Syaikh Al Albani (Dhaiful Jami’ No. 5380). Tapi, Imam As Suyuthi menyatakan: hasan. (Al Jaami’ Ash Shaghiir No. 8375)

2] HR. Abu Daud No. 4885, Ahmad No. 15649, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 7225, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 433. Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth. (Ta’liq Musnad Ahmad No. 15649). Namun dihasankan oleh Syaikh Al Albani. (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 4883)

 

Kafarat Sumpah

Pertanyaan

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Assalamu’alaikum ustadz.
Ustadz saya mau konsultasi mengenai sumpah/nazar.
Dulu saya pernah bersumpah sekali setiap kali menonton film dewasa/p**no saya akan berpuasa satu hari. Tetapi saya telah melanggar banyak dan saya tidak bisa berpuasa sebanyak itu.
Jika saya memilih membayar kaffarah apakah saya harus membayar kaffarah berulang-ulang kali ? Ataukah satu kaffarah cukup untuk menebus semua pelanggaran karena sejatinya saya memang hanya bersumpah sekali?

Terimakasih atas jawabannya, ustadz. (EA)

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Jawaban

Wa’Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d:

Semoga Allah Ta’ala menjadikan Anda dan kita semua istiqamah .. amiin

Sumpah itu ada yang dimaksudkan untuk sengaja bersumpah dan ada yang tidak bermaksud untuk bersumpah.

Khadimus Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan tentang sumpah yang disengaja:

فهي يمين متعمدة مقصودة، وليست لغوا يجري على اللسان بمقتضى العرف والعادة. وقيل: اليمين المنعقدة هي أن يحلف على أمر من المستقبل أن يفعله أو لا يفعله.
وحكمها: وجوب الكفارة فيها عند الحنث.

Itu adalah sumpah yang disengaja dan dimaksudkan untuk bersumpah, bukan karena lisan yang teledor menurut standar yang berlaku dalam tradisi dan kebiasaan. Di katakan, bahwa sumpah yang disengaja itu adalah sumpah atas sebuah perkara yang akan datang, baik dia akan melakukannya atau tidak akan melakukannya. Hukumnya adalah wajib kafarat ketika dia melanggarnya. (Fiqhus Sunnah, 3/19)

Maka, seseorang yang sengaja bersumpah, seperti perkataan: “Demi Allah, aku akan melakukan ini …” atau “Demi Allah, aku tidak akan melakukan ini …”, ini adalah sumpah yang wajib dibayarkan kafarat apabila dia langgar sendiri sumpah itu.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak kamu maksudkan (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja. (QS. Al Maidah: 89)

Hukum sumpah ini adalah bahwa orang yang mengingkari sumpahnya dia berdosa, dan wajib atasnya kafarat, tapi bagi yang benar-benar menjalankan sumpahnya yang disengaja itu, maka dia tidak berdosa.

Bagaimana cara kafaratnya?

Jika sumpahnya memang hanya sekali, maka kafaratnya pun hanya sekali, sebab al Jaza min jinsil ‘amal (balasan itu sesuai amalnya).

Ada pun jika sumpahnya berulang-ulang secara sengaja (Tikrarul Yamiin), maka kafaratnya mesti ada pada tiap sumpah, hal ini menjadi pendapat dari Imam Abu Hanifah, Imam Malik, salah satu riwayat dari Imam Ahmad. (Fiqhus Sunnah, 3/24)

Detil tata caranya, Allah Ta’ala jelaskan sebagai berikut:

فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al Maidah: 89)

Jadi, kafarat sumpah itu:

1. Dengan memberikan makan kepada 10 fakir miskin. Tentang takarannya, menurut Syaikh Sayyid Sabiq tidak ada nash syar’iy yang spesifik menyebutkannya, ini disesuaikan dengan kepantasan yang ada. Sementara Syaikh Abu Bakar Al Jazairi mengatakan masing-masing sebanyak satu mud gandum (atau disesuaikan dengan makanan dan takaran masing-masing negeri), atau mengundang mereka semua dalam jamuan makan malam atau siang sampai mereka puas dan kenyang, dengan makanan yang biasa kita makan.

2. Atau memberikan pakaian yang sah untuk shalat kepada mereka, jika fakir miskin itu wanita, maka mesti dengan kerudungnya juga sebab seperti itulah yang layak dipakai untuk shalat.

3. Atau memerdekakan seorang budak

4. Jika semua tidak sanggup, maka shaum selama tiga hari, boleh berturut-turut atau tidak.

Kafarat ini dilakukan sesuai urutan, jika yang pertama sudah selesai dilakukan maka tuntas sudah kafaratnya. Jika ternyata tidak mampu yang pertama, maka dia lakukan yang kedua, jika mampu maka tuntas kafaratnya. Jika kedua juga tidak mampu, maka lakukan yang ketiga, dan seterusnya.

Jadi, bukan dipilih langsung yang paling ringan dulu.

Demikian. Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

Farid Nu’man Hasan

scroll to top