Tafsir Surat Al Kafirun Bag 4 (selesai)

📓 Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al Kafirun:6)

Ayat ini adalah pembeda antara penyembahan kepada Allah dan syirik, orang beriman beribadah sesuai perintah agamanya melalui arahan Rasulullah dalam sunnahnya, terpatri keyakinan yang kuat, melahirkan perbuatan terpuji dan amal shalih. Sedangkan orang kafir mereka hidup semaunya, dengan memperturutkan hawa nafsu untuk kesenangan dengan ingkar kepada sang Khaliq. Antara iman dan kafir ibarat dua jalan yang berbeda tak kan bertemu dalam sebuah persimpangan, iman menuju surga dan kafir menuju neraka. Tak kan bertemu, tak kan bersatu dengan dalih apapun, apalagi dengan mencampur adukkan masing-masing ajaran agama. Bagimu ajaran agamamu, dan bagiku ajaran agamaku.

📓 1⃣ Tinjauan Bahasa

Firman Allah:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al Kafirun:6)

Imam Ibnu Katsir menyebutkan pendapat Imam AL Bukhari, bahwa pada ayat diatas ungkapan agamaku, dalam bahasa Arab din (دين), tidak menggunakan kata dinii ada tambahan ‘Ya” ( ديني ), karena pada ayat tersebut sudah ada huruf Nun, dan selanjutnya tidak perlu menyebutkan (يْ), seperti pada kata:

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ

(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, (QS. Asy Syu’ara [26]:78)

Dan juga firman Allah:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (QS. Asy Syu’ara:78)

📓 2⃣ Ayat Al Qur’an yang selaras maknanya dengan ayat ini

a. Firman Allah:

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

“Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 41)
Imam At Thabari menukil pendapat Abu Ja’far:

قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: وإن كذبك، يا محمد، هؤلاء المشركون، وردُّوا عليك ما جئتهم به من عند ربك، فقل لهم: أيها القوم، لي ديني وعملي، ولكم دينكم وعملكم، لا يضرني عملكم، ولا يضركم عملي، وإنما يُجازَى كل عامل بعمله

“Berkata Abu Ja’far, Allah yang Maha Tinggi sebutan-Nya kepada Nabi Muhammad,”Jika kaum musyrikin mendustakanmu wahai Muhammad, dan menolak apa yang Allah datangkan kepada mereka dari Rabb-mu, katakanlah kepada mereka,” Wahai kaum, bagiku agamaku dan amalku, bagi kalian agama kalian dan perbuatan kalian, takkan berbahaya amal kalian kepadaku, dan tak kan berbahaya amalku bagi kalian, akan tetapi setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan amalnya”. (Tafsir At Thabari, 15/94)

b. Firman Allah:

لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ

“Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.” (QS. Asy Syura [42]: 15)

📓 3⃣ Pendapat para mufassirin

a. Ibnu Katsir (774 H)

Imam Ibnu Katsir menukil pendapat Imam Asy Syafi’i ayat terakhir ini merupakan dalil bahwa orang kafir semuanya berada dalam satu ajaran agama.

أَنَّ الْكُفْرَ كُلَّهُ مِلَّةٌ وَاحِدَةٌ تُورِثُهُ الْيَهُودُ مِنَ النَّصَارَى، وَبِالْعَكْسِ؛ إِذَا كَانَ بَيْنَهُمَا نَسَبٌ أَوْ سَبَبٌ يُتَوَارَثُ بِهِ؛ لِأَنَّ الْأَدْيَانَ -مَا عَدَا الْإِسْلَامِ-كُلَّهَا كَالشَّيْءِ الْوَاحِدِ فِي الْبُطْلَانِ

“Bahwa kekafiran semua dalam millah (ajaran ) yang satu, orang Yahudi mewarisi harta kepada orang Nashrani dan sebaliknya, jika diantara kedua golongan tersebut memiliki nasab atau sebab waris, karena agama-agama selain Islam semua ibarat satu kesatuan dalam kebathilan.” (Tafsir Ibnu Katsir,8/508).

b. Imam Al Qurthubi (671 H)

Beliau menafsirkan ayat ini:

وَمَعْنَى لَكُمْ دِينُكُمْ أَيْ جَزَاءُ دِينِكُمْ، وَلِيَ جَزَاءُ دِينِي. وَسَمَّى دِينَهُمْ دِينًا، لِأَنَّهُمُ اعْتَقَدُوهُ وَتَوَلَّوْهُ

“Dan makna “ Lakum dinukum Waliyadin” adalah bahwa balasan dalam agama kalian adalah bagi kalian, dan bagi saya balasan dari agama saya, disini disebutkan ajaran mereka dengan sebutan agama karena merupakan akidah dan mereka memberi kesetiaan kepadanya” (Tafsir Al Qurthubi, 20/229)

c. Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi (1418 H)

Beliau menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa ayat ini merupakan pemisah yang jelas antara tauhid dan syirik. Antara keduanya memiliki system yang berbeda, tak mungkin bertemu, tauhid merupakan sistem dimana manusia menuju Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan demikian perangkat-perangkat hidup baik akidah, syariah, akhlak dan adab terarah kepada tujuan utama yaitu Allah, yang dengannya tegak kehidupan. Beliau juga menyebutkan dalam ungkapan:

إن الجاهلية جاهلية , والاسلام اسلام, والفارق بينهما بعيد , والسبيل هو الخروج عن الجاهلية بجملتها إلى الاسلام بجملته , هو الانسلاخ من الجاهلية بكل ما فيها , والعودة إلى الاسلام بكل ما فيه

Sesungguhnya jahiliyah adalah kebodohan, Islam adalah keselamatan, keduanya memiliki perbedaan jauh, jalan keluarnya adalah meninggalkan jahiliyah secara totalitas lalu beralih kepada Islam secara totalitas, yaitu memisahkan diri dari kejahiliyahan secara menyeluruh dan kembali kepada Islam dengan segala yang ada didalamnya secara menyeluruh (Mutawally Asy Sya’rawi, Tafsir Asy Sya’rawi, 631-632)

d. Sayid Qutub (1966M)

Beliau menyebutkan dalam Az Zilal:

ولقد كانت هذه المفاصلة ضرورية لإضاح معالم الاختلاف الجوهري الكامل الذي يستحيل معه اللقاء على شيء في منتصف الطريق , الاختلاف في جوهر الاعتقاد , و أصل التصوير و حقيقة منهج وطبيعة الطريق

“Sungguh ini merupakan pemisah yang sangat penting, untuk menjelaskan perbedaan yang nyata dan sempurna yang tak mungkin keduanya bertemu di pertengahan jalan, perbedaan akidah yang jelas, pokok-pokok sketsa kebenaran system dan tabiat perjalanan. (Fi Zilalil Qur’an, 3992)

📓 4⃣ Kesimpulan

✅ Haram hukumnya mencampur adukkan ibadah dan kekafiran juga termasuk mencampur adukkan agama.

✅ Tauhid adalah totalitas penghambaan kepada Allah, sedangkan kafir adalah pembangkangan kepada Allah.

✅ Setiap orang akan diperhitungkan sesuai amal dan agamanya masing-masing, tak kan berpengaruh diantaranya kecuali ada sebab-sebab tertentu seperti hutang piutang.

و الله أعلم

🍂🌱🌿☘🍀🎍🎋🍃
🖊 Fauzan Sugiyono Lc, M.A.

PRIBADI-PRIBADI TERBAIK MENURUT STANDAR AL QURAN DAN AS SUNNAH

💥💦💥💦💥💦

Berikut ini adalah manusia-manisia terbaik menurut standar Allah Ta’ala dan RasulNya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amiin.

1⃣ Orang beriman dan beramal shalih

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. (QS. Al Bayyinah: 7)

Imam Ibnu Katsir berkata:

وقد استدل بهذه الآية أبو هريرة وطائفة من العلماء، على تفضيل المؤمنين من البرية على الملائكة

Abu Hurairah dan segolongan ulama telah berdalil dengan ayat ini bahwa kaum beriman di kalangan manusia lebih uatam dibanding malaikat. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/458)

2⃣ Orang kaya tapi taat kepada Allah Ta’ala

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, Dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 30)

3⃣ Orang Yang Ditimpa ujian (penyakit, miskin, musibah) tapi Bersabar dan Taat

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya). (QS. Shad: 44)

4⃣ Para sahabat nabi dan orang yang mengikuti jejak mereka

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian adalah umat yang terbaik dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali ‘Imran: 110)

Siapakah umat terbaik dalam ayat ini? Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan: “Mereka adalah para sahabat nabi yang berhijrah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Mekkah ke Madinah.” (Musnad Ahmad No. 2463. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 6164, katanya: shahih. Disepakati Adz DZahabi)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

وَالصَّحِيحُ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ عامةٌ فِي جَمِيعِ الْأُمَّةِ، كُلُّ قَرْن بِحَسْبِهِ، وَخَيْرُ قُرُونِهِمُ الَّذِينَ بُعثَ فِيهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلونهم، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Yang benar adalah ayat ini berlaku secara umum bagi semua umat ini (Islam), setiap masing-masing zaman, dan sebaik-baik zaman mereka adalah manusia yang ketika itu pada mereka diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/94)

Demikianlah generasi sahabat, dan kita pun bisa menjadi khairu ummah sebagaimana mereka jika sudah memenuhi syarat-syarat seperti mereka. Imam Ibnu Jarir, meriwayatkan dari Qatadah, bahwa Umar Radhiallahu ‘Anhu berkhutbah ketika haji:

مَنْ سَرَّه أَنْ يَكُونَ مِنْ تِلْكَ الْأُمَّةِ فَلْيؤدّ شَرْط اللَّهِ فِيهَا

Barang siapa yang suka dirinya menjadi seperti umat tersebut maka penuhilah syarat yang Allah tentukan dalam ayat itu. (Tafsir Ath Thabari, 7/102)

Ayat ini diperkuat oleh hadits berikut:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Sebaik-baiknya manusia adalah zamanku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya. (HR. Bukhari No. 2652)

Tentunya maksud manusia pada zaman nabi adalah manusia yang beriman kepadanya di zamannya, yaitu para sahabatnya. Bukan kaum munafiq dan kaum kafir yang hidup di zamannya.

5⃣ Paling konsisten terhadap kewajiban

«إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً»

Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling bagus qadha-nya. (HR. Bukhari No. 2305, Muslim No. 1601, dari Abu Hurairah)

Maksud “qadha” adalah yang paling konsisten menepati kebenaran dan kewajiban yang ada padanya. (Ta’liq Mushthafa Al Bugha, 2/809)

6⃣ Terbaik pada masa jahiliyah dan Islam

«فَخِيَارُكُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا»

Sebaik-baiknya kalian pada masa jahiliyah adalah yang terbaik di antara kalian pada masa Islam, jika mereka paham agama.

(HR. Bukhari No. 3384, dari Abu Hurairah)

7⃣ Paling Bagus Akhlaknya

«إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا»

Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya. (HR. Bukhari No. 3559, dari Ibnu Umar, Muslim No. 2321, dari Ibnu Amr. Ini lafaz Bukhari)

8⃣ Mempelajari Al Quran dan Mengajarkannya

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

Sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari No. 5027, dari Utsman)

9⃣ Manusia yang panjang umur dan amalnya semakin baik

” أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ؟ “، قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: ” خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا، وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا “

Maukah aku tunjukkan manusia terbaik di antara kalian? Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Manusia terbaik di antara kamu adalah yang paling panjang usianya dan semakin baik amalnya.” (HR. Ahmad No. 7212, dari Abu Hurairah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Al Hakim, Al Mustadrak No. 1255, katanya: shahih sesuai syarat Syaikhan (Bukhari-Muslim) )

🔟 Manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129. Dihasankan Syaikh Al Albani. Lihat Shahihul Jami’ No. 6662)

1⃣1⃣ Manusia yang paling tenang, khusyu, dan tuma’ninah ketika shalat

«خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاة»

Sebaik-baiknya kamu adalah yang paling lentur bahunya ketika shalat. (HR. Abu Daud No. 672. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 672)

Maksud hadits ini adalah mereka yang shalatnya tenang, tuma’ninah, khusyu, tidak menoleh, dan tidak mengganggu bahu saudaranya. (Imam Al Khathabi, Ma’alimus Sunan, 1/184. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 3/466, Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 3/221)

1⃣2⃣ Suami yang terbaik sikapnya terhadap istrinya

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku. (HR. At Tirmidzi No. 3895, dari ‘Aisyah. Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Imam Ibnu Majah No. 1977, dari Ibnu Abbas, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 15699, Ibnu Hibban No. 4177. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3314)

1⃣3⃣ Manusia yang tidak suka mengusik dan menyakiti saudaranya

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ»

Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama? Beliau bersabda: “Yaitu orang yang muslim lainnya aman dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari No. 11, Muslim No. 42, dari Abu Musa Al Asy’ari)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌻🌺☘🌷🌾🌸🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

Bila Hendak Witir Tapi Keburu Adzan Shubuh

💥💦💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN

Assalamu’alaikum..
Ust, mau tanya..
Kalo shalat tahajud, tiba2 azdan subuh dan blm sempat shalat witir. Apakah saat adzan langsung disambung shalat witir atau tidak apa2 tidak ditutup dgn shalat witir??(+62 852-5214-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Adzan subuh tanda telah masuk fajar, sedangkan fajar merupakan batas akhir shalat witir, maka tidak usah shalat witir karena waktunya sdh habis.

Shalat Witir adalah:

وهي صلاة تفعل ما بين صلاة العشاء وطلوع الفجر ، تختم بها صلاة الليل ، سميت بذلك لأنها تصلى وترا ، ركعة واحدة ، أو ثلاثا ، أو أكثر ، ولا يجوز جعلها شفعا

Dia adalah shalat yang dikerjakan antara shalat Isya dan terbitnya fajar, dengannya shalat malam ditutup. Dinamakan witir karena shalatnya dlakukan secara witir (ganjil), 1 rakaat, atau tiga, atau lebih, dan tidak boleh menjadikannya genap. (Al Mausu’ah, 27/289)

Status witir juga bukan kewajiban, tidak berdosa meninggalkannya.

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

الوتر سنة مؤكدة حث عليه الرسول صلى الله عليه وسلم ورغب فيه

Shalat witir adalah sunnah muakadah, Rasulullah ﷺ sangat mendorongnya dan begitu menyukainya. (Fiqhus Sunnah, 1/191)

Namun, Imam Abu Hanifah mewajibkannya, dan tidak ada ulama yang menyetujuinya.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menceritakan:

وما ذهب إليه أبو حنيفة من وجوب الوتر فمذهب ضعيف. قال ابن المنذر: لا أعلم أحدا وافق أبا حنيفة في هذا

Apa yang menjadi pendapat Abu Hanifah bahwa witir adalah wajib merupakan pendapat yang lemah. Ibnul Mundzir berkata: “Tidak aku ketahui seorang pun yang sepakat dengan Abu Hanifah dalam hal ini.” (Ibid, 1/192)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📗📕📒📔📓

🖋 Farid Nu’man Hasan

Adab Terhadap Non Muslim yang Wafat

💢💢💢💢

📘 Bolehkah mengucapkan istirja’?

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah menjawab:

ج: الكافر إذا مات لا بأس أن نقول: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} الحمد لله، إذا كان من أقربائك لا بأس، كل الناس إلى الله راجعون، كل الناس ملك لله سبحانه وتعالى، لا بأس بهذا، ولكن لا يدعى له ما دام كافرا لا يدعى له

Jika orang kafir wafat tidak apa-apa kita mengucapkan “Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun”. Alhamdulillah, jika dia adalah kerabat Anda tidak apa-apa. Semua manusia akan kembali kepada Allah, semua manusia kepunyaan Allah Ta’ala, tidak masalah dengan hal ini. Tetapi, tidak boleh mendoakan dia, selama dia kafir tidak mendoakan dia. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 14/365)

📙 Bolehkah berta’ziyah kepadanya?

Boleh, dan itu merupakan pendapat mayoritas ulama.

Demikian ini keterangannya:

يجوز للمسلم أن يعزي غير المسلم في ميته وهذا قول جمهور أهل العلم وذكر العلماء عدة عبارات تقال في هذه التعزية منها :

– أخلف الله عليك ولا نقص عددك .

– أعطاك الله على مصيبتك أفضل ما أعطى أحداً من أهل دينك . المغني 2/46 .

– ألهمك الله الصبر وأصلح بالك ، ومنها : أكثر الله مالك وأطال حياتك أو عمرك

– ومنها لا يصيبك إلا خير . أحكام أهل الذمة 1/161 .

Boleh bagi seorang muslim berta’ziyah kepada mayat non muslim. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Para ulama menyebutkan beberapa ucapan yang bisa diucapkan ketika berta’ziyah kepada mereka. Di antaranya:

🔸 Semoga Allah menggantikan untukmu dan tidak mengurangi jumlahmu (maksudnya supaya tetap ada harta untuk membayar jizyah, pen)

🔹 Semoga Allah memberikan kepadamu hal yang lebih baik dibanding pemberian seorang dari pemeluk agamamu. (Al Mughni, 2/46)

🔸 Semoga Allah memberikanmu kesabaran dan memperbaiki keadaanmu, dan di antaranya juga: semoga Allah memperbanyak hartamu dan memanjangkan hidup dan usiamu.

🔹 Juga: semoga tidak ada yang menimpamu kecuali kebaikan. (Ahkam Ahludz Dzimmah, 1/161).

📚 Lihat Al Khulashah fi Ahkam Ahli Adz Dzimmah, 3/149

Tapi, kebolehannya memiliki beberapa patokan:

1⃣ Tidak ikut pada acara ritualnya

2⃣ Tidak mendoakan ampunan bagi mereka

3⃣ Tidak merendahkan diri di sana seakan mereka adalah kelompok yang benar

Jika kita tidak mampu menjaga hal-hal ini, maka sebaiknya tidak berta’ziyah, demi menjaga keselamatan aqidah kita.

Demikian. Wallahu A’lam

🔶🔷🔶🔷

✏ Farid Nu’man

scroll to top