Gigi Palsu Permanen

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz😊, Ada pertanyaan..bolehkah pasang gigi palsu yg ditanam secara permanent dan bagaimana hukumnya kalau pas uda meninggal tidak dicabut gigi palsu tersebut. syukron

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah, ..Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Allihi wa Shahbihi wa Man waalah wa ba’d:

Memakai gigi palsu baik permanen atau sementara, jika tujuannya untuk mengembalikan fungsi pencernaan seperti semula, atau untuk pengobatan, tidak apa-apa. Hal ini sama seperti seseorang yang telah putus kakinya lalu dipasangkan kaki palsu baik permanen atau sementara.

Berkata Imam Ath Thabari Rahimahullah, sebagaimana dikutip Imam Ibnu Hajar:

ويستثنى من ذلك ما يحصل به الضرر والأذية كمن يكون لها سن زائدة أو طويلة تعيقها في الأكل

“Dikecualikan dari hal itu, yakni apa-apa yang bisa mendatangkan bahaya dan gangguan seperti wanita yang memiliki gigi yang lebih atau kepanjangan (tonggos) yang dapat mengganggunya ketika makan.” (Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/377. Darul Fikr)

Dalilnya adalah, dari Urfujah bin As’ad Radhiyallahu ‘Anhu:

أَنَّهُ أُصِيبَ أَنْفُهُ يَوْمَ الْكُلَابِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَاتَّخَذَ أَنْفًا مِنْ وَرِقٍ فَأَنْتَنَ عَلَيْهِ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَّخِذَ أَنْفًا مِنْ ذَهَبٍ

Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al Kulab di masa jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya membusuk. Kemudian Nabi ﷺ memerintahkannya untuk menambal hidungnya dari emas.

(HR. An Nasa’i 5161, Abu Daud 4232, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 4392, Ath Thabarani, Al Kabir No. 370, Ahmad No. 19006, 20271, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. Ta’liq Musnad Ahmad No. 19006. Dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban).

Bagaimana jika wafat? Jika dicabut gigi palsu permanen tesebut justru merusak mulut si mayat maka tidak boleh. Sebab itu menyakitinya, dan seorang muslim baik hidup matinya adalah terhormat.

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Mematahkan tulang seorang mayat, sama halnya dengan mematahkannya ketika dia masih hidup.” (HR. Abu Daud No. 3207, Ibnu Majah No. 1616, Ahmad No. 24783, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Para perawinya terpercaya dan merupakan perawi hadits shahih, kecuali Abdurrahman bin Ubay, yang merupakan perawi kitab-kitab sunan, dan dia shaduq (jujur).” Lihat Taliq Musnad Ahmad No. 24783. Syaikh Al Albani juga menshahihkannya. Lihat Shahihul Jami’ No. 2132)

Maka menyakitinya ketika sudah wafat adalah sama dengan menyakitinya ketika masih hidup, yaitu sama dalam dosanya. (Imam Abu Thayyib Abadi, ‘Aunul Ma’bud, 9/18) karena mayit juga merasakan sakit. (Ibid)

Menyakiti seorang mukmin ketika matinya, sama dengan menyakitinya ketika dia masih hidup. (Lihat Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No. 12115)

Dengan demikian, pada dasarnya adalah hal yang terlarang menyakiti dan melukai mayit muslim menurut keterangan-keterangan di atas, termasuk melakukan anestesi saat mencabut gigi palsu permanen tersebut.

KECUALI, jika tidak permanen, maka hendaknya dicabut apalagi jika dari emas, maka itu pemborosan jika dikubur bersama mayatnya.

Wallahu A’lam. Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.

🌴🌻🍃🌷☘🌺🌸🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Kebaikan yang Membawa ke Neraka dan Keburukan yang Membawa ke Surga

💦💥💦💥💦💥💦

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu berkata:

لا خير في خير بعده نار، ولا شرَّ في شرٍّ بعده الجنة

“Bukanlah kebaikan namanya pada kebaikan yang setelahnya ternyata neraka, dan bukanlah keburukan namanya jika pada setelahnya ternyata surga.”

📚 Hikam wa Aqwaal Ash Shahaabah

🌴🌻🍃☘🌹🌺🌾🌿

✏ Farid Nu’man Hasan

Surban; Sunah atau Adat Kebiasaan?

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustadz, apakah ada dalil keutamaan shalat menggunakan sorban dan kain yang diselempangkan di leher – bahu? (+62 852-2901-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Tidak ada hadits Shahih yang menyebut keutamaannya, tetapi memang SHAHIH bahwa Nabi ﷺ senantiasa memakainya .. kecuali dalam keadaan tertentu Beliau membukanya.

Tapi, pakaian Nabi ﷺ bukan hanya surban, tapi juga gamis, kain sarung (izar), Rida’ (selendang), sebagaimana pakaian kaumnya saat itu.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizahullah menjelaskan:

واختلف العلماء في لبس العمامة هل هو من المباحات والعادات ، أم يعدّ سنة يشرع فيه الاقتداء بالرسول صلى الله عليه وسلم ، والأظهر أن ذلك من باب العادات والمباحات ، والأصل أن يلبس الإنسان ما يلبسه قومه – ما لم يكن محرما – وألا يشذ عنهم بلباس يشتهر به ؛ لنهي النبي صلى الله عليه وسلم عن لباس الشهرة ، ولو قيل بأن العمامة سنة من أجل أن النبي صلى الله عليه وسلم لبسها ، لقيل أيضا بأن لبس الإزار والرداء سنة لأن النبي صلى الله عليه وسلم لبسهما

Para ulama berbeda pendapat tentang status memakai surban apakah ini masuk dalam “perkara yang dibolehkan” dan “adat kebiasaan” saja, ataukah dihitung sebagai sunnah yang disyariatkan dalam rangka mengikuti perbuatan Nabi ﷺ.

YANG BENAR, ini adalah hal yang dibolehkan dan merupakan adat kebiasaan saja.

Sebab hukum dasar pakaian manusia adalah pakaian yang biasa dipakai kaumnya -selama bukan pakaian yang diharamkan- dan tidak lain sendiri dengan menggunakan pakaian syuhrah (ketenaran).

Seandainya ada yg mengatakan surban itu Sunnah karena Nabi ﷺ memakainya, maka tentunya kain sarung dan selendang juga menjadi Sunnah sebab Nabi ﷺ pun memakai keduanya.

(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 113894)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Zakat Dari Harta Haram

▪▫▪▫▪▫▪▫

📨 PERTANYAAN:

Ustadz, apakah zakat dari harta riba itu diterima Alloh? Seperti zakat gaji pegawai bank konven. (+62 856-1653-xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim ..

Membayar zakat dengan uang haram, tidaklah sah.

Nabi ﷺ bersabda:

ان الله طيب لا يقبل الا طيبا

Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali dari yang baik-baik. (HR. Muslim)

Imam An Nawawi mengatakan:

وَفِيهِ الْحَثُّ عَلَى الْإِنْفَاقِ مِنَ الْحَلَالِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْإِنْفَاقِ مِنْ غَيْرِهِ

Pada hadits ini terdapat dorongan untuk berinfak dari harta yang halal dan larangan dari selainnya. (Syarh Shahih Muslim, 8/100)

Kenapa dilarang? Karena itu uang kotor dan diperoleh dari cara yang kotor.

Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin mengatakan:

والطيب من الأموال: ما اكتسب عن طريق حلال، وأما ما اكتسب عن طريق محرّم فإنه خبيث

Harta yang thayyib (baik) adalah apa-apa yang diperoleh dari jalan halal, sedangkan yg didapat dari jalan haram adalah khabits (buruk).

(Syarhul Arbain, Hal. 142)

Syaikh Nuh Ali Salman mengatakan:

إذا كسب مالاً بطريقة غير مشروعة كأن وضع ماله في بنك ربويٍّ وأخذ الربا فهذا أيضاً -المال الذي في يده- ليس له ولم يملكه فلا تجب فيه الزكاة، لكن لو أخرج مقدار الزكاة فهذا لا يُسمّى زكاة بل هو إبراء لذمته مما وجب فيها، لأنه لا يستطيع ردّ المال إلى مالكه الأصليّ وعندئذٍ يُسمَّى هذا المال بالمال الضائع يتصدَّق به على الفقراء والمساكين، أما لو كان الربا مأخوذاً من شخص مُعيَّن فهذا كالمال المغصوب يجب ردُّه إلى صاحبه ولا تُخرَج منه الزكاة

Jika seseorang memperoleh hartanya dari cara yang tidak sesuai syariat, seperti orang yang menyimpan di bank ribawi, lalu dia mengambil ribanya -maka harta ini juga- yang ada ditangannya itu sebenarnya BUKANLAH MILIK DIA, maka tidak wajib zakat atasnya. Tapi, seandainya dia mengeluarkan hartanya seukuran zakat maka itu tidaklah dinamakan zakat, itu sekedar gugur kewajiban atas harta yang ada dalam tanggungannya.

Sebab, dia sendiri tidak mampu mengembalikan riba itu ke pemilik aslinya, oleh karena itu harta ini lebih dinamakan harta buangan yang disedekahkan kepada orang fakir dan miskin saja.

Ada pun jika riba diambil dari seseorang individu, maka ini sama seperti harta rampasan, wajib baginya mengembalikan dan tidak wajib zakat

(Dairatul Ifta, Fatwa No. 2288)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻🌿🌸🍃🍄🌷 💐☘

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top