Shalat Jenazah di Kubur

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum
Ust tdi ade brta di metrotv, seorang dubes ind untk arab saudi sholat jenazah di kuburan . Bgmna hukum y ust. جزاك الله احسن الجزاء
(+62 896-7005-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Ya, Hal itu dibolehkan berdasarkan hadits berikut.

عَنْ خَارِجَةَ بْنِ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ عَمِّهِ يَزِيدَ بْنِ ثَابِتٍ
أَنَّهُمْ خَرَجُوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَأَى قَبْرًا جَدِيدًا فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذِهِ فُلَانَةُ مَوْلَاةُ بَنِي فُلَانٍ فَعَرَفَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاتَتْ ظُهْرًا وَأَنْتَ نَائِمٌ قَائِلٌ فَلَمْ نُحِبَّ أَنْ نُوقِظَكَ بِهَا فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفَّ النَّاسَ خَلْفَهُ وَكَبَّرَ عَلَيْهَا أَرْبَعًا ثُمَّ قَالَ لَا يَمُوتُ فِيكُمْ مَيِّتٌ مَا دُمْتُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ إِلَّا آذَنْتُمُونِي بِهِ فَإِنَّ صَلَاتِي لَهُ رَحْمَةٌ

Dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit dari pamannya Yazid bin Tsabit bahwasanya mereka keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari, lalu beliau melihat kuburan baru, beliau bertanya kuburan siapa ini?” para sahabat menjawab ini adalah kuburan fulanah, budak Bani Fulan, Rasulullah ﷺ mengetahui wanita itu yang mati pada waktu dluhur. Engkau sedang tidur siang, kami tidak ingin membangunkanmu karena kematiannya, kemudian Rasulullah ﷺ berdiri dan orang-orang membuat shaf di belakang beliau, lalu beliau bertakbir atasnya empat kali, kemudian beliau bersabda:

“Tidaklah seseorang mati diantara kalian selama aku masih berada ditengah-tengah kalian kecuali kabarkan aku tentangnya, karena shalatku adalah rahmat baginya.” (HR. An Nasa’i no. 2022, SHAHIH)

Hanya saja para ulama berbeda pendapat, sampai kapankah itu dilakukan ? Ada yang memberikan batasan maksimal setelah tiga hari penguburan, ada pula sebulan, bahkan ada pula yang mengatakan tidak ada batasan sebab itu tidak ada dalilnya.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:

ومن فاتته الصلاة عليه، صلى على القبر، وجملة ذلك أن من فاتته الصلاة على الجنازة، فله أن يصلي عليها ما لم تدفن، فإن دفنت، فله أن يصلي على القبر إلى شهر، هذا قول أكثر أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، وغيرهم، وروي ذلك عن أبي موسى، وابن عمر، وعائشة -رضي الله عنهم- وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الْأَوْزَاعِيُّ، وَالشَّافِعِيُّ

Siapa yang ketinggalan shalat jenazah, maka dia hendaknya shalat di kuburnya. Secara umum, siapa yang tertinggal shalat jenazah hendaknya dia shalat dikuburnya saat dia belum dikubur. Jika sudah dikubur, maka dia boleh shalat dikuburnya sampai waktu satu bulan (setelah penguburan). Inilah pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat Nabi ﷺ dan selain mereka. Hal ini diriwayatkan dari Abu Musa, Ibnu Umar, dan Radhiallahu Anhum. Ini juga pendapat Al Auza’iy dan Asy Syafi’iy.

(Al Mughni, 2/381)

Sementara, Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata:

أما أمر تحديد الصلاة بشهر أو ثلاثة أيام فخطأ لا يشكل ، لأنه تحديد بلا دليل

Ada pun permasalahan pembatasan shalatnya selama sebulan, atau tiga hari, ini keliru, karena ini pembatasan yang tidak ada dalilnya. (Al Muhalla, 3/366)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Suami Mengeluarkan Mani Dengan tangan Istri

▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaykum wr.wb.

Afwan ustd… saya ikhsan fahmi dari banjarnegara..
Saya mengikuti kajian manis sudah sekitar 3 th…
Alhamdulillah banyak wawasan agama yg saya dapat…
Jazakallah atas materi2 yang telah diberikan…

Mau minta bantuannya…
Ada temen cerita kalau pada suatu ketika istrinya sedang haid, tp dia pengen berhungan badan.
Dah ahirnya si istri cuma memainkan kemaluan suami sampai keluar maninya…
Itu hukumnya bagaimana ya ustad?
Jazakallah…(+62 811-3460-xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Jika dgn tangan istri tidak apa-apa ..

Imam Ibnu Hajar Al Haitami Rahimahullah berkata:

وهو استخراج المني بغير جماع حراما كان كإخراج بيده أو مباحا كإخراجه بيد حليلته

Yaitu mengeluarkan air mani dengan tanpa jima’ adalah haram seperti mengeluarkannya dengan tangannya, atau BOLEH dengan tangan istrinya.

(Tuhfatul Muhtaj, 3/409)

Imam Al Hijawiy Rahimahullah berkata:

وللزوج الاستمتاع بزوجته كل وقت على أي صفة كانت إذا كان في القبل، وله الاستمناء بيدها

Seorang suami boleh bersenang-senang terhadap istrinya ditiap waktu yaitu dalam berbagai sifat (cara) jika melalui kemaluan, dan baginya boleh mengeluarkan air maninya dengan tangan istrinya. (Al Iqna’, 3/239)

Dalil pembolehan ini adalah ayat:

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

Dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. (QS. Al-Mu’minun: 5-6)

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Taubat dan Shalat Sunah Taubat

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustad Farid, mohon info bagaimana jika ingin mengajukan pertanyaan di group tausyiah Ustad? Saya ingin bertanya mengenai dalil Shalat Taubat. Jazakallah khairan. Wassalamu’alaikum wr wb. Adi

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wabarakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:

Shalat sunah taubat jelas syariatnya:

1⃣ Dalilnya:

Dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

” مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ} [آل عمران: 135] إِلَى آخِرِ الْآيَةِ

Tidaklah seorang hamba melakukan dosa, lalu dia bersuci sebaik-baiknya, lalu melakukan shalat dua rakaat, lalu dia beristighfar kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuninya, lalu Beliau membaca ayat ini: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali ‘Imran: 135)

(HR. At Tirmidzi No. 406,  katanya: hasan. Abu Daud No. 1521, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6676, dll. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat Shahihul Jami’ No. 5738)

2⃣ Hukumnya

Hukumnya sunah, menurut kesepakatan empat madzhab Ahlus Sunnah:

صَلاَةُ التَّوْبَةِ مُسْتَحَبَّةٌ بِاتِّفَاقِ الْمَذَاهِبِ الأْرْبَعَةِ

Shalat taubat adalah sunah menurut kesepakatan madzhab yang empat.(Hasyiah Ibni ‘Abidin, 1/462, Hasyiah Ad Dasuqi, 1/314, Asnal Mathalib, 1/205, Kasysyaaf Al Qina’, 1/443)

3⃣ Cara Pelaksanaannya

Caranya sama dengan shalat lainnya, yaitu terpenuhi syarat dan rukunnya. Dilakukan sebanyak dua rakaat sebagaimana shalat dua rakaat biasa. Tidak ada riwayat yang menunjukkan surat khusus yang mesti dibaca. Surat apa pun boleh dan sah. Dan, dilakukan secara sendiri, karena ini termasuk shalat sunah yang memang dilakukan secara munfarid (sendiri).

4⃣ Waktu pelaksanaanya

Shalat sunah taubat waktunya adalah mutlaq, kapan pun boleh dilaksanakan. Sebagusnya memang dilakukan setelah melakukan kesalahan dan maksiat, sebagaimana keterangan hadits di atas, juga hadits lainnya sebagai berikut:

Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu: Berkata kepadaku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Bertaqwa-lah kamu di mana saja berada, dan susulilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya akan menghapuskannya. Dan bergaul-lah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1987)

Ada pun melakukan shalat sunah taubat (dan shalat sunah lainnya seperti shalat jenazah, shalat gerhana. tahiyatul masjid, dll) pada waktu-waktu terlarang diperselisihkan para ulama kebolehannya. Sebagian ulama, seperti Imam An Nawawi, Imam Abul Hasan Al Mawardi mengatakan boleh, dan itu merupakan ijma’ sahabat. Menurut mereka shalat-shalat yang terikat oleh sebab, boleh dilakukan kapan pun termasuk di waktu terlarang. Alasannya adalah karena para sahabat nabi melakukan shalat jenazah setelah ashar, dan tidak ada satu pun yang mengingkarinya. Selain itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah mengqadha shalat sunah ba’diyah zhuhur, dilakukannya setelah ashar. Di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada seorang sahabat yang mengqadha shalat sunah fajar (qabliyah subuh), dilakukannya setelah shalat subuh, dan Beliau membiarkannya. Ada pun ulama lain, tetap pada pendirian terlarangnya shalat sunah dilakukan pada waktu terlarang tersebut. Wallahu A’lam

5⃣ Banyak berbuat baik dalam pertaubatan

Bagi orang yang bertaubat, selain melakukan shalat sunah taubat, juga dianjurkan banyak melakukan kebaikan, karena kebaikan itu akan menghilangkan keburukan-keburukan yang pernah dilakukannya. Hal ini sejalan dengan firmanNya:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Sesungguhnya kebaikan-kebaikan, akan melenyapkan keburukan-keburukan. (QS. Huud: 114)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar:

إنَّ فِعْلَ الخيرات يكفِّر الذنوب السالفة ويمحو آثارها

Sesungguhnya melakukan banyak kebaikan akan menghapuskan dosa-dosa terdahulu sekaligus menghilangkan bekas-bekasnya. (Tafsir Al Muyassar, 1/234)

Di antara kebaikan tersebut adalah bersedekah, sebagaimana riwayat dari Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ

Sedekah dapat memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api. (HR. At Tirmidzi No. 614, katanya: hasan. Ahmad No. 15284. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Isnadnya kuat, sesuai standar Imam Muslim. semua perawi terpercaya, kecuali Ibnu Khutsaim, dia orang yang jujur dan tidak ada masalah.” Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 15284)

📌 Anjuran Bertaubat

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

قال العلماء: التوبة واجبة من كل ذنب, فإن كانت المعصية بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلق بحق آدمي, فلها ثلاثة شروط:
أحدها: أن يقلع عن المعصية.
والثاني: أن يندم على فعلها.
والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً. فإن فقد أحد الثلاثة لم تصح توبته.
وإن كانت المعصية تتعلق بآدمي فشروطها أربعة: هذه الثلاثة, وأن يبرأ من حق صاحبها, فإن كانت مالاً أو نحوه رده إليه, وإن كانت حد قذف ونحوه مكنه منه أو طلب عفوه, وإن كانت غيبة استحله منها. ويجب أن يتوب من جميع الذنوب, فإن تاب من بعضها صحت توبته عند أهل الحق من ذلك الذنب, وبقي عليه الباقي

Para ulama mengatakan: taubat itu wajib pada setiap dosa. Jika maksiatnya adalah antara manusia dengan Allah Ta’ala, tidak kaitan dengan manusia lain, maka ada syarat taubat:

Pertama. Dia meninggalkan maksiatnya itu.

Kedua. Menyesali perbuatannya

Ketiga. Dia bertekad tidak mengulangi lagi selamanya. Jika satu saja luput dari tiga syarat ini maka tidak sah taubatnya.

Jika maksiatnya terkait kesalahan kepada sesama manusia, maka syaratnya empat; yaitu tiga yang di atas, dan membersihkan kesalahannya itu kepada saudaranya. Jika terkait harta atau semisalnya maka kembalikan kepadanya harta tersebut, kalau kesalahannya berupa “menuduh” maka minta maaf kepadanya, jika dosanya berupa ghibah maka minta dihalalkan kepadanya, dan wajib bertaubat dari semua dosa, jika dia bertaubat dari sebagian dosa maka taubatnya tetap sah menurut ahlul haq, dan dia tinggal menyempurnakan taubat yang sisanya. (Riyadhushshalihin, Hal. 33-34)

Wallahu A’lam

🍀🌾🌴🌻🌿🍃🌷🌺


🍃🌸 Mau Hijrah? Seriuslah!🌸🍃

▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪

Ibrahim bin Ad-ham Rahimahullah berkata:

من أراد التوبة فليخـرج من المظالم، وليدع مخالطـة من كان يخالطه، وإلا لم ينل ما يري

Barangsiapa yg ingin bertobat hendaknya dia keluar dari kubangan kegelapan, dan tinggalkan pergaulan dengan orang-orang yang bergaul dengan kegelapan itu, jika tidak, niscaya dia tidak akan mencapai apa yang diinginkannya

📚 Imam Al Baihaqiy dalam Syu’abul Iman no. 6689

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Hukum Bertepuk Tangan

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaykum, ustadz apa hukumnya bertepuk tangan baik di dalam masjid maupun di luar masjid?
baik utk pembelajaran anak maupun bukan pembelajaran anak? baik bercanda dgn anak maupun tdk? Jazakallohu khoyron ustadz.. (I1)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh. Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Telah terjadi perbedaan pendapat para ulama tentang hukum bertepuk tangan (At-Tashfiiq atau At-Tashfiih). Umumnya mereka mencelanya dan menyebutnya sebagai perbuatan haram minimal makruh. Namun ada pula yang membolehkan jika untuk menyemangati anak-anak.

Tidak diingkari bahwa bertepuk tangan adalah cara kaum wanita untuk meluruskan kesalahan imam ketika shalat, sedangkan kaum laki-laki dengan cara bertasbih.

Dalam hadits disebutkan:

عن النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ نَابَهُ شَيْءٌ فِي صَلَاتِهِ فَلْيُسَبِّحْ فَإِنَّهُ إِذَا سَبَّحَ الْتُفِتَ إِلَيْهِ وَإِنَّمَا التَّصْفِيحُ لِلنِّسَاءِ

Dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barangsiapa yang terganggu dalam shalatnya oleh suatu hal maka bertasbihlah, sesungguhnya jika dia bertasbih hendaknya menengok kepadanya, dan bertepuk tangan hanyalah untuk kaum wanita.” (HR. Bukhari No. 652, Muslim No. 421, Abu Daud No. 940, Ibnu Hibban No. 2260, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 3147, 5089, Ibnu Khuzaimah No. 1623, Malik dalam Al Muwaththa’ No. 390)

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

يجوز التسبيح للرجال والتصفيق للنساء إذا عرض أمر من الامور، كتنبيه الامام إذا أخطأ وكالاذن للداخل أو الارشاد للاعمى أو نحو ذلك

“Dibolehkan bagi laki-laki bertasbih dan bertepuk tangan bagi wanita, jika ada hal yang membuatnya tidak nyaman seperti: mengingatkan imam ketika berbuat kesalahan, memberi izin kepada orang yang akan masuk, atau memandu orang buta atau yang semisalnya.” (Fiqhus Sunnah,1/264)

Kecuali menurut Imam Malik yang menurutnya baik laki-laki dan wanita sama saja, yaitu tasbih. Berikut keterangannya:

قال: المشروع في حق الرجال والنساء جميعاً التسبيح دون التصفيق

Imam Malik berkata: yang disyariatkan adalah yang mesti dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita semuanya adalah bertasbih, bukan bertepuk tangan. (Mir’ah Al Mafatih, 3/358)

Tetapi pendapat ini menyelisihi hadits di atas. Wallahu A’lam

Nah, karena itu beragam alasan disampaikan untuk melarang bertepuk tangan, diantaranya:

1⃣ Tepuk tangan adalah perbuatan wanita, maka terlarang bagi laki-laki menyerupai mereka.

Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim mengatakan:

وَكَانَ مَنْعُ النِّسَاءِ مِنَ التَّسْبِيحِ لِأَنَّهَا مَأْمُورَةٌ بِخَفْضِ صَوْتِهَا فِي الصَّلَاةِ مُطْلَقًا لِمَا يُخْشَى مِنَ الِافْتِتَانِ وَمُنِعَ الرِّجَالُ مِنَ التَّصْفِيقِ لِأَنَّهُ مِنْ شَأْنِ النِّسَاءِ

Wanita dilarang bertasbih karena mereka diperintahkan untuk merendahkan suaranya dalam shalat secara mutlak sebab dikhawatiri terjadi fitnah, sedangkan dilarang bagi kaum laki-laki untuk melakukan tepuk tangan karena itu adalah perbuatan kaum wanita. (‘Aunul Ma’bud, 3/152)

Imam Asy-Syaukani mengatakan:

قَوْلُهُ: ” إنَّمَا التَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ ” يَدُلُّ عَلَى مَنْعِ الرِّجَالِ مِنْهُ مُطْلَقًا

Sabdanya “tepuk tangan untuk kaum wanita” menunjukkan terlarangnya secara mutlak (umum) hal tersebut bagi kaum laki-laki. (Nailul Authar, 3/178)

Imam Al-Qurthubi berkata –sebagaimana dikutip oleh Syaikh Abul Hasan Al-Mubarkafuri sebagai berikut:

القول بمشروعية التصفيق للنساء هو الصحيح خبراً ونظراً؛ لأنها مأمورة بخفض صوتها مطلقاً لما يخشى من الإفتان، ومن ثم منعت من الأذان مطلقاً، ومن الإقامة للرجال، ومنع الرجال من التصفيق؛ لأنه من شأن النساء

Pendapat yang sesuai syariat adalah bertepuk tangan bagi kaum wanita adalah benar, baik secara khabar (berita) maupun pemahaman, karena mereka diperintahkan untuk menundukkan suaranya secara mutlak karena dikhawatiri terjadi fitnah, begitu pula terlarangnya bagi mereka untuk azan secara mutlak, meng-iqamatkan shalatnya kaum laki-laki, dan terlarang bagi kaum laki-laki untuk bertepuk tangan karena itu adalah perbuatan wanita. (Mir’ah Al-Mafatih, 3/358)

2⃣ Bertepuk tangan adalah kebiasaan orang kafir dalam peribadatan mereka

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً

Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan. (QS. Al Anfal: 35)

3⃣ Bertepuk tangan juga perbuatan ahli maksiat dan kefasikan

Imam Ash Shan’ani mengatakan:

وَأَمَّا الرَّقْصُ وَالتَّصْفِيقُ فَشَأْنُ أَهْلِ الْفِسْقِ

Ada pun menari dan bertepuk tangan, itu adalah perbuatan ahli kefasikan. (Subulus Salam, 2/192)

Sedangkan orang beriman, mereka bertakbir ketika ada hal-hal yang mengagumkan, bukan bertepuk tangan.

Syaikh Abdullah Al-Bassam mengatakan:

ولهذا فإني أهيب بجميع المسلمين أن يفزعوا إلى التكبير عندما يعجبهم أمر، فهذا سنة نبيهم، وليس التصفيق الذي جاءنا من أعدائنا المستعمرين، وخاصة في اجتماعاتهم ومؤتمراتهم

Oleh karena itu saya tegaskan kepada semua kaum muslimin agar mereka membiasakan takbir ketika ada sesuatu yang mengagumkan, dan itulah sunah nabi mereka, bukan dengan bertepuk tangan yang merupakan budaya musuh-musuh kita yang memasuki budaya kita, khususnya dalam acara pertemuan dan muktamar. (Taisir Al-‘Alam Syarh ‘Umdatil Ahkam, 1/258)

📌 Bertepuk Tangan Di luar shalat Jika ada kebutuhan

Jika bertepuk tangan karena ada kebutuhan untuk melakukannya seperti sedang memanggil seseorang, maka itu tetap dimakruhkan. Ada pun tanpa kebutuhan untuk maka haram, apalagi sengaja untuk menyerupai wanita atau sekadar hiburan saja.

Hal ini disebutkan dalam oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Al-Makki Rahimahullah –ulama madzhab Syafi’i- sebagai berikut:

وَفِي فَتَاوَى م ر سُئِلَ عَنْ التَّصْفِيقِ خَارِجَ الصَّلَاةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَأَجَابَ إنْ قَصَدَ الرَّجُلُ بِذَلِكَ اللَّهْوَ أَوْ التَّشَبُّهَ بِالنِّسَاءِ حَرُمَ وَإِلَّا كُرِهَ انْتَهَى

Dalam fatwa-fatwa Imam Ar-Ramli, Beliau ditanya tentang bertepuk tangan di luar shalat tanpa adanya kebutuhan. Beliau menjawab: jika seorang laki-laki bermaksud dengan tepuk tangannya itu adalah untuk senda gurau atau menyerupai wanita maka itu diharamkan, jika bukan karena itu, maka itu makruh. Selesai. (Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj, 2/150)

Dalam kitab Nihayatul Muhtaj ada keterangan lebih detail sebagai berikut:

وَفِي فَتَاوَى م ر سُئِلَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَنْ قَوْلِ الزَّرْكَشِيّ إنَّ التَّصْفِيقَ بِالْيَدِ لِلرِّجَالِ لِلَّهْوِ حَرَامٌ لِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِالنِّسَاءِ هَلْ هُوَ مُسَلَّمٌ أَمْ لَا، وَهَلْ الْحُرْمَةُ مُقَيَّدَةٌ بِمَا إذَا قُصِدَ التَّشَبُّهُ أَوْ يُقَالُ مَا اخْتَصَّ بِهِ النِّسَاءُ يَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ فِعْلُهُ، وَإِنْ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ التَّشَبُّهُ بِالنِّسَاءِ

فَأَجَابَ هُوَ مُسَلَّمٌ حَيْثُ كَانَ لِلَّهْوِ، وَإِنْ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ التَّشَبُّهُ بِالنِّسَاءِ. وَسُئِلَ عَنْ التَّصْفِيقِ خَارِجَ الصَّلَاةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ هَلْ هُوَ حَرَامٌ أَمْ لَا؟ فَأَجَابَ إنْ قَصَدَ الرَّجُلُ بِذَلِكَ التَّشَبُّهَ بِالنِّسَاءِ حَرُمَ، وَإِلَّا كُرِهَ. اه

Imam Ar-Ramli Radhiallahu ‘Anhu dalam fatwa-fatwanya ditanya tentang perkataan Az-Zarkasyi “bertepuk tangan bagi kaum laki-laki untuk hiburan adalah haram” karena di dalamnya mengandung penyerupaan terhadap wanita, apakah dia sedang diberikan salam atau tidak , dan apakah keharaman itu terikat dengan sebab penyerupaan dengan wanita ataukah dikatakan itu khusus wanita dan haram bagi laki-laki melakukannya walau pun dia tidak bermaksud menyerupai wanita.

Beliau menjawab: “Pendapat itu bisa diterima jika bertepuk tangan dilakukan untuk hiburan walau pun dia tidak bermaksud menyerupai kaum wanita.” Dia juga ditanya tentang bertepuk tangan di luar shalat tanpa ada keperluan, apakah itu haram atau tidak? Beliau menjawab: “Jika seorang laki-laki bertepuk tangan bermaksud menyerupai wanita maka itu diharamkan, jika tidak bermaksud demikian, maka itu dimakruhkan.” (Nihayatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, 2/47. Lihat juga Hasyiah Al-Jamal, 1/432)

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah – dia termasuk Hambali kontemporer- pernah ditanya tentang hukum bertepuk tangan dalam sebuah haflah (acara), Beliau menjawab:

التصفيق في الحفلات من أعمال الجاهلية وأقل ما يقال فيه الكراهة، والأظهر في الدليل تحريمه؛ لأن المسلمين منهيون عن

التشبه بالكفرة وقد قال الله سبحانه في وصف الكفار من أهل مكة {وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً}

قال العلماء المكاء الصفير والتصدية التصفيق والسنة للمؤمن إذا رأى أو سمع ما يعجبه أو ما ينكره أن يقول: سبحان الله أو يقول: الله أكبر كما صح ذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم في أحاديث كثيرة، ويشرع التصفيق للنساء خاصة إذا نابهن شيء في الصلاة أو كن مع الرجال فسهى الإمام في الصلاة فإنه يشرع لهن التنبيه بالتصفيق أما الرجال فينبهونه بالتسبيح كما صحت بذلك السنة عن النبي صلى الله عليه وسلم وبهذا يعلم أن التصفيق من الرجال فيه تشبه بالكفرة وبالنساء وكلا ذلك منهي عنه. والله ولي التوفيق

Bertepuk tangan dalam berbagai acara adalah perbuatan jahiliyah, minimal seperti yang dikatakan, hal itu adalah makruh. Secara lahiriyah dalilnya menunjukkan haram. Karena kaum muslimin dilarang menyerupai orang-orang kafir. Allah Taala berfirman dalam menyifati orang kafir Mekkah: (Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan.)

Para ulama mengatakan, Al-Mukaa’ artinya siulan, dan At-Tashfiiq artinya tepuk tangan. Bagi seorang muslim, yang sesuai sunah jika melihat atau mendengar hal yang mengagumkan atau hal yang diingkari hendaknya mengucapkan Subhanallah atau Allahu Akbar, sebagaimana yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam riwayat hadits yang banyak. Secara khusus, bertepuk tangan itu dilakukan oleh kaum wanita ketika terjadi sesuatu pada mereka dalam shalatnya atau ketika mereka shalat bersama kaum laki-laki dan imam melakukan kelalaian, maka bagi mereka disyariatkan memberikan peringatan dengan cara bertepuk tangan. Ada pun kaum laki-laki memberikan peringatan dengan cara bertasbih, sebagaimana telah shahih sunah tersebut dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan ini, diketahui bahwasanya bertepuk tangan bagi kaum laki-laki adalah perbuatan yang menyerupai kaum wanita dan kekafiran, keduanya terlarang baginya. Wallahu waliyut Taufiq. (Majmuu’ Fatawa Ibni Baaz, 4/151)

📌 Pendapat yang memberikan keringanan

Sebagian ulama ada yang merinci masalah tepuk tangan ini, haram, makruh, dan boleh tergantung keadaan, motivasi, dan siapa pelakunya. Berikut ini fatwa-fatwa mereka:

Syaikh Abdullah Al-Faqih Hafizhahullah

Beliau berkata:

فالتصفيق عموماً له حالتان:

الأولى: أن يكون داخل الصلاة لمن نابه شيء، وهذا منهي عنه للرجال مستحب للنساء، فقد روى البخاري ومسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من نابه شيء في صلاته فليسبح فإنه إذا سبح التفت إليه، وإنما التصفيق للنساء.
والثانية: أن يكون خارج الصلاة.. والتصفيق خارج الصلاة على قسمين:
الأول: أن يكون لحاجة، كالاستئذان والتنبيه وملاعبة النساء لأطفالهن أو تحسين النشيد ونحو ذلك فهذا جائز، قال في حاشية الجمل 1/432: وأفتى شيخنا الرملي بأنه لا يحرم حيث لم يقصد به اللعب…… وإن احتيج إليه لتحسين صناعة من إنشاد ونحوه، ومنه ما تفعله النساء عند ملاعبة أولادهن. انتهى
والثاني: أن يكون لغير حاجة، وهذا منهي عنه.. فمن العلماء من حرمه ومنهم من كرهه، ودليل النهي قوله تعالى عن المشركين: وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ [الأنفال:35] قال المفسرون التصدية: التصفيق. وعليه، فلا بأس في ما ذكر في السؤال إذا خلا من محاذير شرعية أخرى.
والله أعلم.

Secara umum, bertepuk tangan ada dua keadaan:

Pertama. Terjadi di dalam shalat bagi untuk yang keliru, ini terlarang bagi laki-laki namun sunah bagi wanita. Imam Al Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang terganggu dalam shalatnya oleh suatu hal maka bertasbihlah, sesungguhnya jika dia bertasbih hendaknya menengok kepadanya, dan bertepuk tangan hanyalah untuk kaum wanita.”

Kedua. Bertepuk tangan di luar shalat, ini ada dua jenis:

Jika memiliki hajat (keperluan), seperti minta izin, memberi peringatan, permainan ibu-ibu kepada anaknya, atau memperbagus nasyid, atau semisalnya, maka ini diperbolehkan. Disebutkan dalam Hasyiah Al Jamal (1/432): “Tidak diharamkan jika tidak bermaksud untuk permainan ……, sesungguhnya hal itu diperlukan untuk memperbagus nasyid dan semisalnya, seperti yang dilakukan kaum wanita ketika bermain dengan anak-anak mereka.” Selesai.

Jika tidak ada keperluan, maka ini terlarang. Di antara ulama ada yang mengharamkannya dan ada pula yang memakruhkannya. Dalil mereka adalah firman Allah Taala tentang kaum musyrikin: Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

Berkata para ahli tafsir: At-Tashdiyah artinya At-Tashfiiq (bertepuk tangan). Atas dasar ini, maka apa-apa yang ditanyakan itu tidaklah mengapa selama tidak mengandung perkara yang memang dilarang oleh syariah. (Fatawa Syabakah Islamiyah, 9/3584)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullah

Beliau ditanya tentang hukum bertepuk tangan dalam berbagai acara:

التصفيق في الحفلات ليس من عادة السلف الصالح وإنما كانوا إذا أعجبهم شيء سبحوا أحيانا أو كبروا أحيانا لكنهم لا يكبرون تكبيرا جماعيا ولا يسبحون تسبيحا جماعيا بل كل واحد يكبر لنفسه أو يسبح لنفسه بدون أن يكون هناك رفع صوت بحيث يسمعه من بقربه فالأولى الكف عن التصفيق ولكننا لا نقول بأنه حرام لأنه قد شاع بين المسلمين اليوم والناس لا يتخذونه عبادة ولهذا لا يصح الاستدلال على تحريمه بقوله تعالي عن المشركين (وَمَا كَانَ صَلاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلاَّ مُكَاءً وَتَصْدِيَةً) فإن المشركين يتخذون التصفيق عند البيت عبادة وهؤلاء الذين يصفقون عند سماع ما يعجبهم أو رؤية ما يعجبهم لا يريدون بذلك العبادة وخلاصة القول أن ترك هذا التصفيق أولى وأحسن ولكنه ليس بحرام

Bertepuk tangan dalam berbagai acara bukanlah kebiasaan salafush shalih. Jika ada hal-hal yang mengagumkan kadang mereka bertasbih kadang mereka bertakbir. Tapi mereka tidak bertakbir dan bertasbih bersama-sama, melainkan mereka lakukan sendiri-sendiri, tanpa meninggikan suara yang bisa didengar oleh orang yang di dekatnya. Maka, yang lebih utama adalah menahan diri dari bertepuk tangan. Tetapi kami tidak mengatakan bahwa itu haram, karena hal itu sudah terjadi di antara kaum muslimin sampai hari ini dan mereka tidak menjadikannya sebagai sarana beribadah. Oleh karena itu, tidak benar berdalil atas pengharamannya itu dengan firman Allah Taala tentang kaum musyrikin: Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan.

Kaum musyrikin menjadikan bertepuk tangan adalah cara ibadah di Baitullah. Sedangkan mereka yang bertepuk tangan ketika mendengarkan atau melihat sesuatu yang mengagumkan tidaklah memaksudkan hal itu sebagai ibadah. Kesimpulannya, bahwa meninggalkan tepuk tangan adalah lebih utama dan lebih baik, tetapi dia tidaklah haram. (Fatawa Nur ‘Ala Ad-Darb, 24/2)

Demikianlah masalah ini, umumnya para imam kaum muslimin berpendapat mengharamkan jika hal itu untuk menyerupai wanita, hiburan, dan permainan, apalagi jika dilakukan di dalam masjid. Adapun jika ada kebutuhan untuk bertepuk tangan mereka memakruhkan, bahkan ada yang membolehkan. Pembolehan ini selama tidak ada perkara lain yang terlarang, karena hukum dasar semua urusan dunia adalah mubah selama tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Wallahu a’lam

☘🌴🌾🍃🌿🌻🌹🌺

✏ Farid Nu’man Hasan

scroll to top