Pembagian Waktu Shalat Ashar Menurut Madzhab Syafi’iy

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Imam An Nawawi Rahimahullah:

قَالَ أَصْحَابنَا – رَحِمَهُمْ اللَّه تَعَالَى قَوْله تَعَالَى – : لِلْعَصْرِ خَمْسَة أَوْقَات : وَقْت فَضِيلَة ، وَاخْتِيَار ، وَجَوَاز بِلَا كَرَاهَة ، وَجَوَاز مَعَ كَرَاهَة وَوَقْت عُذْر . فَأَمَّا وَقْت الْفَضِيلَة : فَأَوَّل وَقْتهَا ، وَوَقْت الِاخْتِيَار يَمْتَدّ إِلَى أَنْ يَصِير ظِلّ كُلّ شَيْء مِثْلَيْهِ ، وَوَقْت الْجَوَاز إِلَى الِاصْفِرَار ، وَوَقْت الْجَوَاز مَعَ الْكَرَاهَة حَالَة الِاصْفِرَار إِلَى الْغُرُوب ، وَوَقْت الْعُذْر وَهُوَ وَقْت الظُّهْر فِي حَقّ مَنْ يَجْمَع بَيْن الظُّهْر وَالْعَصْر لِسَفَرٍ أَوْ مَطَر ، وَيَكُون الْعَصْر فِي هَذِهِ الْأَوْقَات الْخَمْسَة أَدَاء ، فَإِذَا فَاتَتْ كُلّهَا بِغُرُوبِ الشَّمْس صَارَتْ قَضَاء . وَاللَّهُ أَعْلَم

“Sahabat-sahabat kami –rahimahumullah- berkata: “Shalat Ashar itu ada lima jenis waktu; waktu fadhilah (utama), waktu ikhtiyar (biasa/baik), waktu jawaz bilaa makruh (boleh tidak makruh), waktu jawaz ma’al makruh (boleh tapi makruh), dan waktu ‘udzur.

📌 Waktu fadhilah adalah shalat Ashar pada awal waktunya,

📌 waktu ikhtiyar adalah berlangsung sampai panjang bayangan dua kali aslinya,

📌 waktu jawaz adalah dari ikhtiyar sampai matahari menguning,

📌 waktu makruh adalah dari menguning hingga terbenam matahari

📌 sedangkan waktu ‘udzur adalah waktu zhuhur yang memiliki hak untuk dijamak shalat Ashar dengan Zhuhur, disebabkan karena perjalanan atau hujan.

Melakukan shalat Ashar pada waktu lima ini, disebut ada’i (menunaikan shalat), dan jika telah luput ke semuanya disebabkan matahari terbenam maka, itu disebut qadha’ (membayar hutang). Wallahu A’lam.” Selesai kutipan dari Imam An Nawawi.

🌴🌴🌴🌴🌴

📚 Imam An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 5/110. Cet. 2, 1392H. Dar Ihya At Turats Al ‘Arabiy, Beirut

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Shalat Berjamaah Berdua, Sejajar atau Mundur Dikit?

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum, tadz ada yg bertanya tentang kaifiyat shalat jamaah yg cuma 2 orang, terkait posisi. Apakah persis sejajar atau agak kebelakang dikit. Yg ana pahami tdk persis sejajar. Terkait hadits dibawah ini bgmn?. Syukron

Cara shalat berjemaah yang dilakukan dua orang, satu imam dan satu makmum, dirinci sebagai berikut:

Sesama jenis, keduanya laki-laki atau keduanya wanita. Posisi makmum tepat persis di samping kanan imam, dan tidak bergeser sedikit ke belakang. Ini sebagaimana riwayat dari Ibnu Abbasradhiallahu ‘anha; beliau menceritakan, “Saya pernah menginap di rumah Maimunah (bibi Ibnu Abbas dan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam). Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat tahajud, aku pun menyusul beliau dan berdiri di sebelah kiri beliau. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memindahkanku ke sebelah kanan, sejajar.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah .., Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Hadits Ibnu Abbas tersebut, secara zhahir menunjukkan bahwa antara imam dan makmum, jika shalat hanya berdua, adalah sejajar.

Oleh karena itu Imam Al Bukhari membuat BAB dalam kitab Shahih-nya berjudul:

باب يَقُومُ عَنْ يَمِينِ الْإِمَامِ بِحِذَائِهِ سَوَاءً إِذَا كَانَا اثْنَيْنِ

“Bab berdiri di samping kanan Imam secara sejajar jika hanya dua orang”

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata tentang maksud kata Sawaa’an (sejajar sama rata):

لَا يَتَقَدَّمُ وَلَا يَتَأَخَّرُ

Tidak kedepan dan tidak mundur. (Fathul Bari, 3/38)

Beliau juga mengatakan, “Ucapan Ibnu ‘Abbas “Aku berdiri di sampingnya” secara zhahir menunjukkan berdiri sejajar.” (Ibid)

Beliau mengutip, Ibnu Juraij yang berdialog dengan ‘Atha:

الرَّجُلُ يُصَلِّي مَعَ الرَّجُلِ أَيْنَ يَكُونُ مِنْهُ ؟ قَالَ : إِلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ . قُلْتُ : أَيُحَاذِي بِهِ حَتَّى يَصُفَّ مَعَهُ لَا يَفُوتُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قُلْتُ : أَتُحِبُّ أَنْ يُسَاوِيَهُ حَتَّى لَا تَكُونَ بَيْنَهُمَا فُرْجَةٌ ؟ قَالَ : نَعَمْ

Seorang laki-laki yang shalat bersama seorang laki-laki, di mana posisinya? Beliau menjawab: “Di sisi kanannya.” Aku bertanya lagi: apakah dia mesti berada disampingnya sampai tidak bisa disisipi org lain?” Dia jawab: “Ya.” Aku bertanya: “Apakah kamu suka menyejajarkan mereka sampai tidak ada celah di antara mereka berdua?” Beliau menjawab: “Ya.”
(Ibid)

Tapi …., hadits itu dipahami beda oleh ulama lain. Mereka menganggap tidak berarti sejajar, disamping bukan berarti sejajar persis.

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari:

وَقَدْ قَالَ أَصْحَابُنَا : يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقِفَ الْمَأْمُومُ دُونَهُ قَلِيلًا

“Para sahabat kami (Syafi’iyyah) mengatakan: disunnahkan posisi makmum adalah dibelakang sedikit (dari imam).”

Beliau berkata lagi:

وَفِي الْمُوَطَّأِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : دَخَلْتُ عَلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِالْهَاجِرَةِ فَوَجَدْتُهُ يُسَبِّحُ فَقُمْتُ وَرَاءَهُ فَقَرَّبَنِي حَتَّى جَعَلَنِي حِذَاءَهُ عَنْ يَمِينِهِ

Dalam Al Muwaththa’, dari Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud, dia berkata: “Aku masuk menemui Umar bin Al Khathab di siang hari, aku temui Beliau sedang bertasbih, lalu aku berdiri di belakangnya, dia menarik aku untuk MENDEKAT sampai berada di samping kanannya.” (Fathul Bari, 3/38)

Imam Asy Syaukani mengomentari pendapat golongan Syafi’iyah yang dibawakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar, katanya:

وليس عليه فيما أعلم دليل

Sejauh yang saya ketahui, hal itu tidak ada dalilnya. (Nailul Authar, 3/174)

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah berkata:

فذهب جمهور أهل العلم إلى أنه يقوم عن يمين الإمام متأخراً عنه قليلاً، بحيث يقف عند عقبه. قال في المبدع: ويندب تخلفه قليلا خوفاً من التقدم، وقال محمد صاحب أبي حنيفة ينبغي أن تكون أصابعه عند عقب الإمام

Mayoritas ulama mengatakan bahwa posisi makmum adalah di sebalah kanan imam agak sedikit mundur, sehingga dia berada dibelakangnya. Dalam Al Mubdi’ disebutkan: “Disunahkan berada di belakangnya sedikit, sebab dikhawatirkan dia mendahului barisan imam.” Dan berkata Muhammad –kawan Abu Hanifah- : hendaknya dia berada di belakang imam sejarak kumpulan jari jemarinya. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 11/10864)

Wal hasil, perbedaan ini sudah ada sejak masa salaf, keduanya sah. Maka, bertoleranlah. Ini pun bukan masalah sah atau tidaknya shalat, atau halal dan haram dalam shalat.

Demikian. Wallahu a’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Pelajarilah Adab Jangan Hanya Fiqih

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📌 Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا …

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .. (Qs. At Tahrim: 6)

Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu berkata tentang cara menjaga mereka dari api neraka:

ادبوهم و علموهم …

Ajarkan mereka adab dan ajarkan mereka ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/167)

Kemudian …

📌 Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu berkata:

تَأَدَّبُوا ثُمَّ تَعَلَّمُوا

Pelajarilah Adab, lalu pelajarilah ilmu. (Imam As Safarayini, Ghidza’ul Baab Syarh Manzhuumah Al Aadab, Hal. 27. Lihat juga Imam Ibnu Muflih, Al Adab Asy Syar’iyyah, 4/264)

📌 Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

اُطْلُبْ الأَدَبَ فَإِنَّهُ زِيَادَةٌ فِي الْعَقْلِ ، وَدَلِيلٌ عَلَى الْمُرُوءَةِ مُؤْنِسٌ فِي الْوَحْدَةِ ، وَصَاحِبٌ فِي الْغُرْبَةِ ، وَمَالٌ عِنْدَ الْقِلَّةِ

Carilah adab karena itu adalah tambahan bagi akal, petunjuk bagi keluhuran budi, keramahan dalam kesepian, kawan dalam keterasingan, dan harta di saat sedikit kekayaan. (Ibid)

📌 Abu Abdillah Al Balkhiy Rahimahullah berkata:

أَدَبُ الْعِلْمِ أَكْثَرُ مِنْ الْعِلْمِ

Adabnya ilmu lebih banyak dibanding ilmu itu sendiri. (Ibid, Lihat juga Al Adab Asy Syar’iyyah, 4/264)

📌 Imam Abdullah bin Al Mubarak Rahimahullah berkata:

لا يَنْبُلُ الرَّجُلُ بِنَوْعٍ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَمْ يُزَيِّنْ عِلْمَهُ بِالأَدَبِ

Seseorang tidaklah mulia dengan beragam ilmu selama dia tidak menghiasinya dengan adab. (Ibid. Lihat juga Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/264)

📌 Ahnaf bin Qais Rahimahullah berkata:

الأَدَبُ نُورُ الْعَقْلِ كَمَا أَنَّ النَّارَ نُورُ الْبَصَرِ

Adab adalah cahaya bagi akal, sebagaimana api adalah cahaya bagi mata. (Ibid. Lihat juga Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/264)

📌 Sebagian Ahli Hikmah mengatakan:

لا أَدَبَ إلا بِعَقْلٍ ، وَلا عَقْلَ إلا بِأَدَبٍ

Tidak ada adab kecuali dengan akal, dan tidak ada akal kecuali dengan adab. (Ibid. Lihat juga Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/264)

📌 Juga ada yang mengatakan:

الْعَوْنُ لِمَنْ لا عَوْنَ لَهُ الأَدَبُ

Pertolongan bagi orang yang tidak ada pertolongan adalah adab. (Ibid. Lihat juga Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/264)

📌 Makhladah bin Al Husein berkata:

نَحْنُ إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ

Kita adalah kaum yang lebih banyak membutuhkan adab dibanding hadits. (Al Khathib Al Baghdadi, Al jaami’ Liakhlaaq Ar Raawiy wa Adab As Saami’, No. 11)

📌 Ibrahim bin Habib Rahimahullah berkata:

قَالَ لِي أَبِي: يَا بُنَيَّ، إِيتِ الْفُقَهَاءَ وَالْعُلَمَاءَ، وَتَعَلَّمْ مِنْهُمْ، وَخُذْ مِنْ أَدَبِهِمْ وَأَخْلَاقِهِمْ وَهَدْيِهِمْ، فَإِنَّ ذَاكَ أَحَبُّ إِلَيَّ لَكَ مِنْ كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ

Ayahku berkata kepadaku: “Wahai anakku, datangilah ahli fiqih dan ulama, belajarlah dari mereka, ambil-lah adab mereka, akhlak dan juga arahan mereka, sebab itu lebih aku sukai bagimu dibanding banyak memiliki hadits.” (Ibid, No. 10)

📌 Abu Zakaria Al ‘Anbari Rahimahullah berkata:

عِلْمٌ بِلَا أَدَبٍ كَنَارٍ بِلَا حَطَبٍ، وَأَدَبٌ بِلَا عِلْمٍ كَرُوحٍ بِلَا جِسْم

Ilmu Tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar dan adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad. (Ibid, No. 12)

🌷🌺🌴☘🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Ciri Cowok Mukmin itu Rajin Ke Masjid

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إذا رأيتم الرجل يتعاهد المسجد فاشهدوا له بالإيمان فإن الله تعالى يقول ( إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة وآتى الزكاة ) الآية

Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang biasa ke masjid maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman. Allah ‘azza wajalla berfirman : “Innamaa ya’muru masaajidallaahi man aamana billaahi wal yaumil aakhir wa aqaamash shalah wa aataz zakaah” (Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menegakkan shalat dan menunaikan zakat).

📚 HR. At Tirmidzi No. 2617, Ibnu Majah No. 802, Ad Darimi No. 1223, Ahmad No. 11725.

💦 Hadits ini dihasankan oleh Imam At Tirmidzi, Imam An Nawawi, Syaikh Muhammad Ibrahim, Syaikh Ibnu Jibrin, dan lainnya.

💦 SHAHIH, menurut Imam Al Hakim (Al Mustadrak No. 3280),juga Imam Adz Dzahabi Talkhishnya. Imam Ibnu Hibban, Imam Ibnu Khuzaimah juga memasukkanya dalam kitab Shahih mereka. (Ibnu Hibban No. 1721, Ibnu Khuzaimah No. 1502). Dishahihkan oleh Imam Al Munawi. (At Taysir, 1/198), juga Imam As Sakhawi (Maqashid Al Hasanah Hal. 87), Imam Al ‘Ajluni (Kasyful Khafa, 1/90), dan Syaikh Ahmad Mushthafa Al A’zhami dalam Tahqiq Ibni Khuzaimah. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 54303),

💦 Tapi Syaikh Al Albani mendhaifkannya, tapi menurutnya secara makna shahih. (Tahqiq Riyadhishshalihin, 1067)

Masjid .. I’m In Love …!

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top