Sedang Rapat, Terdengar Bacaan al-Qur’an

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum, Tanya pak ustad. Seperti biasa klo habis salat subuh berjamaah sejenak kita ngumpul membahas ketakmiran masjid. Lalu salah satu jamaah seperti biasa ngaji qur’an dgn suara keras, sama sama dalam satu ruang tsb. Bagaimana sikap kita, diam mendengarkan atau tetap melanjutkan (Nur Aswandi)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Lanjutkan rapat, seharusnya dia yang merendahkan suaranya.

Ada pun ayat:

{ وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ }

Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat. [Surat Al-A’raf: 204]

Ini maksudnya jika dibacakan Al Quran di saat sedang shalat maka hendaknya perhatikan.

Menurut Ibnu Abbas, ayat di atas yaitu perintah mendengarkan secara serius dan hendaknya diam saat dibacakan Al Quran, adalah perintah di dalam shalat wajib.

Beliau berkata:

يعني في الصلاة المفروضة

Yakni di dalam shalat wajib.

Begitu pula As Suddi, Beliau mengatakan bahwa maksud ayat tersebut berlaku di dalam shalat.

Begitu pula kata Ibnu Zaid:

هذا إذا قام الإمامُ للصلاة فاستمعوا له وأنصتوا

Hal ini jika imam sudah menegakkan shalat maka dengarkan dan perhatikan.

(Tafsir ath Thabari, jilid. 10, hal. 663)

Ini adalah mazhab mayoritas kecuali Hanafi. Bagi Hanafi itu berlaku di dalam shalat dan di luar shalat. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, jilid. 4, hal. 86)

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Dalil Larangan Memata-Matai Sesama Muslim

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz Farid, izin bertanya : Adakah dalil-dalil yg melarang seorang muslim, untuk memata-matai, saling mengawasi, atau melakukan spionase, terhadap saudaranya sesama muslim. Atau barangkali sdh ada tulisan ustadz yg khusus membahas hal ini.?? (+62 813-9877-xxxx)
Syukron Katsiron.


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ya, itu istilahnya tajasus, orangnya disebut jasus.

Dalam Al Qur’an:

{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ }

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, Sungguh, Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. [Surat Al-Hujurat: 12]

Dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا

dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Jauhilah oleh kalian buruk sangka, sebab buruk sangka adalah sejelek-jelek perkataan. Jangan saling mencari tahu (aib orang lain) dan jangan saling memata-matai.”

(HR. Abu Daud no. 4917, shahih)

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Patungan Kurban Sapi Diniatkan Untuk Keluarga

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum wr wb Ustadz
Afwan Ustadz terkait hewan qurban berupa sapi yg mana sapi tsb hasil patungan dari 7 org pequrban, lalu salah satu dr mereka menginginkan dicantumkan atas nama dirinya & keluarganya, pertanyaannya apakah boleh patungan sapi salah satunya diatas namakan yg bersangkutan & keluarganya, atau tetap atas nama 7 org tapi pahalanya boleh diniatkan utk keluarga masing² ? Karena maksimal sapi utk 7 org.
Mhn pencerahannya Ustadz (+62 812-8333-xxxx)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Hal itu diperdebatkan para ulama:

– Malikiyah menolak secara mutlak patungan Sapi, baik 2 org atau lebih ..

– Jumhur membolehkannya

– Ada pun satu orang dari tujuh itu meniatkan untuk isytirakuts tsawab (berbagi pahala) ke keluarganya. Ini juga diperdebatkan. Sebagian ulama membolehkan, diqiyaskan dengan qurban kambing untuk 1 orang dan keluarganya.

– Apakah perlu dituliskan? Tidak perlu, dan jika itu mendatangkan fitnah dari jamaah lain yang berbeda paham sebaiknya tidak usah dipaksakan. Jika dia meniatkan untuk dirinya dan keluarganya maka sudah cukup. Audit Allah Ta’ala tidak akan salah.

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Keutamaan Berdoa dan Berzikir di hari Arafah; Apakah Khusus Bagi Yang Sedang di Arafah?

Telah diketahui bahwa shaum di hari arafah memiliki keistimewaan, yaitu dihapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang. Puasa ini dianjurkan bagi yang sedang tidak wuquf (haji).

Namun keutamaan hari arafah bukan hanya itu, tapi juga salah satu hari terbaik untuk berdoa. Sebagaimana hadits:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ …

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah … ” (HR. At Tirmidzi No. 3509, status: Hasan)

Ada pun doa terbanyak yang Nabi ﷺ baca:

كان أكثر دعاء النبي – صلى الله عليه وسلم – يوم عرفة: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد بيده الخير وهو على كل شيء قدير

Doa yang paling banyak Nabi ﷺ baca di hari ‘Arafah adalah:

“LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).”

(HR. Ahmad, 2/210. Imam Nuruddin Al Haitsami berkata: “Para rijal/perawinya terpercaya.” Lihat Majma’ Az Zawaid, No. 5550)

Apakah keutamaan ini berlaku bagi yang sedang wuquf saja? Para ulama berbeda pendapat, namun yang dipilih para muhaqqiq (peneliti) adalah keutamaan tersebut berlaku secara umum baik yang sedang wuquf dan tidak.

Hal ini berdasarkan perilaku kaum salaf, ketika mereka sedang tidak haji, mereka melakukan AT TA’RIF yaitu berkumpul di masjid di hari Arafah untuk berdzikir dan berdoa, sebagaimana yang dilakukan Ibnu Abbas dan ‘Amr bin Huraits.

Imam Ibnu Qudamah menjelaskan:

قال القاضي: ولا بأس بـ “التعريف” عشية عرفة بالأمصار (أي ِ: بغير عرفة)، وقال الأثرم: سألت أبا عبد الله – أي: الإمام أحمد – عن التعريف في الأمصار يجتمعون في المساجد يوم عرفة، قال: “أرجو أن لا يكون به بأس قد فعله غير واحد”، وروى الأثرم عن الحسن قال: أول من عرف بالبصرة ابن عباس رحمه الله وقال أحمد: “أول من فعله ابن عباس وعمرو بن حُرَيث.
وقال الحسن وبكر وثابت ومحمد بن واسع: كانوا يشهدون المسجد يوم عرفة، قال أحمد: لا بأس به ؛ إنما هو دعاء وذكر لله . فقيل له: تفعله أنت ؟ قال: أما أنا فلا، وروي عن يحيى بن معين أنه حضر مع الناس عشية عرفة

Al Qadhi berkata:
“Tidak mengapa melakukan TA’RIF (yakni berkumpul untuk berzikir dan berdoa pada sore hari Arafah) di berbagai kota selain Arafah.”

Al-Atsram berkata:
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah -yaitu Imam Ahmad bin Hambal- tentang TA’RIF di kota-kota: mereka berkumpul di masjid-masjid pada hari Arafah. Ia menjawab:

“Aku berharap tidak mengapa, karena telah dilakukan oleh banyak orang.”

Dan Al-Atsram meriwayatkan dari Hasan Al-Bashri, ia berkata:

Orang pertama yang melakukan taʿrīf di Bashrah adalah Ibn ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma.

Dan Imam Ahmad juga berkata:

“Orang pertama yang melakukannya adalah Ibn ‘Abbas dan ‘Amr bin Huraits.”

Al-Hasan (al-Bashri), Bakar (bin ‘Abdullah al-Muzani), Tsabit (al-Bunani), dan Muhammad bin Wasi‘ berkata:

“Mereka hadir di masjid pada hari Arafah.”

Imam Ahmad berkata:

“Tidak mengapa (dengan hal itu); karena itu hanyalah doa dan zikir kepada Allah.”

Lalu ada yang bertanya kepadanya:

“Apakah Anda sendiri melakukannya?” Beliau menjawab: “Adapun aku sendiri, maka tidak.” Diriwayatkan bahwa Yahya bin Ma‘in pernah menghadiri (berkumpul bersama orang-orang) pada sore hari Arafah. (Al Mughni, jilid. 2, hal. 129)

Semua ini menunjukkan bahwa sebagian salaf menganggap keutamaan hari Arafah untuk berzikir dan berdoa bukan hanya khusus bagi yang sedang wuquf tapi juga bagi yang sedang di tempatnya. Silahkan berkumpul di masjid sebagaimana yang dilakukan kaum salaf untuk berzikir, berdoa, dan amal shaleh lainnya.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:

وهذا يدل على أنهم رأوا أن فضل يوم عرفة ليس خاصاً بالحجاج فقط، وإن كان الاجتماع للذكر والدعاء في المساجد يوم عرفة، لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولذلك كان الإمام أحمد لا يفعله، وكان يرخص فيه ولا ينهى عنه لوروده عن بعض الصحابة، كابن عباس وعمرو بن حريث رضي الله عنهم

Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para ulama dan salaf) memandang bahwa keutamaan Hari Arafah tidak khusus bagi para jemaah haji saja.

Meskipun berkumpul untuk berzikir dan berdoa di masjid-masjid pada Hari Arafah tidak pernah diriwayatkan dari Nabi ﷺ, karena itu pula Imam Ahmad tidak melakukannya sendiri.

Namun, beliau membolehkan dan tidak melarangnya, karena amalan itu telah diriwayatkan dari sebagian sahabat, seperti Ibnu ‘Abbas dan ‘Amr bin Huraits radhiayallahu ‘anhuma.” (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 70282)

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq

Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

✍ Farid Nu’man Hasan

scroll to top