Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berqurban satu kibasy untuk dirinya, dan keluarganya. Dari Aisyah Radhiallahu Anha:
قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ
‘Nabi mengucapkan: “Bismillahi Allahumma taqabbal min Muhammadin wa Aali Muhammad wa min ummati Muhammadin (Dengan Nama Allah, Ya Allah terimalah Qurban dari Muhammad, dari keluarga Muhammad dan umat Muhammad), lalu beliau pun menyembelih. (HR. Muslim no. 1967)
 Abu Ayyub al Anshari Radhiallahu ‘Anhu ditanya oleh Atha bin Yassar:
كَيْفَ كَانَتْ الضَّحَايَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَ : كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ
Bagaimana tata cara qurban di zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Beliau menjawab: “Dahulu seorang laki-laki berqurban satu ekor kambing untuk dirinya dan keluarganya.”
(HR. At Tirmidzi no. 1505, Imam at Tirmidzi berkata: Hasan shahih)
Daftar Isi
 Penjelasan:
SAHnya qurban satu ekor kambing untuk sendiri dan keluarga, adalah pendapat mayoritas ulama, baik Malikiyah, Hanabilah, dan sebagian Syafi’iyyah. Ada pun Hanafiyah, mereka MEMAKRUHKAN, begitu pula Abdullah bin Mubarak dan sebagian Syafi’iyyah yg mengatakan TIDAK SAH.
Imam At Tirmidzi berkata:
وَالعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ العِلْمِ، وَهُوَ قَوْلُ أَحْمَدَ، وَإِسْحَاقَ، وَاحْتَجَّا بِحَدِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ضَحَّى بِكَبْشٍ، فَقَالَ: هَذَا عَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي، وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ: لاَ تُجْزِي الشَّاةُ إِلاَّ عَنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ، وَهُوَ قَوْلُ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُبَارَكِ، وَغَيْرِهِ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ
Sebagian ulama mengamalkan hadits ini, dan ini pendapat Ahmad dan Ishaq, mereka beralasan dengan hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berqurban dengan satu ekor Kibasy dan berkata: “Ini untuk umatku yang belum berqurban”. Sebagian ulama mengatakan tidak sah, kecuali satu ekor untuk satu jiwa saja. Inilah pendapat Abdullah bin Mubarak dan lainnya. (Sunan At Tirmidzi no. 1505)
Imam An Nawawi berkata:
تُجْزِئُ الشَّاةُ عَنْ وَاحِدٍ وَلَا تُجْزِئُ عَنْ أَكْثَرَ مِنْ وَاحِدٍ لَكِنْ إذَا ضَحَّى بِهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ تَأَدَّى الشِّعَارُ فِي حَقِّ جَمِيعِهِمْ وَتَكُونُ التَّضْحِيَةُ فِي حَقِّهِمْ سُنَّةَ كِفَايَةٍ
SAHnya Satu ekor kambing untuk satu orang dan TIDAK SAH untuk lebih dari satu orang. Tapi jika salah satu keluarga berqurban maka itu sudah menunaikan syiar bagi semua anggota keluarga, dan qurban bagi mereka (anggota keluarga lainnya) menjadi sunnah kifayah. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdab, 8/397)
Namun pendapat pihak yang mengatakan tidak sah, seperti Abdullah bin Mubarak dikomentari oleh Imam Ibnul ‘Arabi:
الْآثَارُ الصِّحَاحُ تَرُدُّ عَلَيْهِ
“Atsar-atsar yang shahih menyanggah pendapat Beliau.” (Hasyiyah As Sindi ‘ala Ibni Majah, 2/272)
Imam al ‘Aini Rahimahullah, mengutip dari Imam al Khathabi Rahimahullah -seorang tokoh mazhab Syafi’i:
الشاة الواحدة تجزئ عن الرجل وأهله وإن كثروا وأجازه مالك والشافعي وجماعة وكرهه أبو حنيفة
Satu ekor kambing itu SAH untuk seseorang, dan untuk keluarganya, walau jumlah mereka banyak. Hal ini dibolehkan oleh Imam Malik, Imam asy Syafi’i, dan segolongan ulama, ada pun Abu Hanifah memakruhkannya. (Nakhbul Afkar, 12/543)
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Rahimahullah mengatakan:
اتفق أهل العلم – عدا الحنفية – على أن أضحية الرجل عنه وعن أهل بيته تجزئ عنهم سنة الكفاية
Para ulama sepakat -selain Hanafiyah- bahwa seseorang berqurban atas nama dirinya dan keluarganya adalah sah untuk mereka semua, sebagai sunnah kifayah. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 160395)
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:
وَكَانَ مِنْ هَدْيِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الشَّاةَ تُجْزِئُ عَنِ الرَّجُلِ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَلَوْ كَثُرَ عَدَدُهُمْ
Berdasarkan petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa satu ekor kambing untuk satu keluarga adalah sah walau jumlah anggota keluarga mereka banyak. (Zaadul Ma’ad, 2/295)
Syaikh Abul ‘Ala al Mubarkafuri Rahimahullah mengatakan:
وَبِهَذِهِ الْأَخْبَارِ ذَهَبَ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَاللَّيْثُ وَالْأَوْزَاعِيُّ إِلَى جَوَازِ الشَّاةِ عَنْ أَكْثَرَ مِنْ وَاحِدٍ
Berdasarkan berbagai riwayat ini, Imam Malik, Imam Ahmad, al Laits, al Auza’ i, berpendapat bolehnya berqurban satu ekor kambing untuk/atas nama lebih dari satu orang. (Tuhfah al Ahwadzi, 5/76)
Imam asy Syaukani Rahimahullah mengatakan:
وَالْحَقُّ أَنَّ الشَّاةَ الْوَاحِدَةَ تُجْزِئُ عَنْ أَهْلِ الْبَيْتِ وَإِنْ كَانُوا مِائَةَ نَفْسٍ أَوْ أَكْثَرَ كَمَا قَضَتْ بِذَلِكَ السُّنَّةُ
Pendapat yang BENAR adalah satu ekor kambing itu sah untuk satu keluarga, walau jumlah mereka ada 100 jiwa atau lebih sebagaimana yang ditetapkan oleh as Sunnah. (Nailul Authar, 5/144)
Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi Rahimahullah mengatakan:
قُلْتُ الْمَذْهَبُ الْحَقُّ هو أن الشاة تجزيء عَنْ أَهْلِ الْبَيْتِ لِأَنَّ الصَّحَابَةَ كَانُوا يَفْعَلُونَ ذلك فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku berkata: madzhab yang benar adalah seekor kambing itu sah untuk satu keluarga, karena para sahabat nabi melakukannya di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (‘Aunul Ma’bud, 8/3)
Bukan Patungan
Pembahasan di atas adalah satu ekor kambing yang diatasnamakan satu keluarga atau tawsi’uts tsawwab (memperluas pahala). Bukan bermakna beramai-ramai patungan satu ekor.
Imam an Nawawi Rahimahullah berkata:
وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ الشَّاة لا يَجُوز الاشْتِرَاك فِيهَا . وَفِي هَذِهِ الأَحَادِيث أَنَّ الْبَدَنَة تُجْزِئ عَنْ سَبْعَة , وَالْبَقَرَة عَنْ سَبْعَة
Para ulama telah IJMA’ bahwa untuk kambing tidak boleh patungan. Dan pada hadits-hadits ini menunjukkan bahwa untuk Unta sah untuk 7 orang dan Sapi untuk 7 orang. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/67)
Solusi:
Disekolah-sekolah sering diadakan patungan qurban untuk kambing, sebenarnya ini bagus untuk pendidikan. Dan ini dinilai sebagai infaq biasa. Tapi bisa saja dijadikan qurban, agar momen qurban ini tidak sia-sia, maka sebaiknya kambing itu dihadiahkan atau dihibahkan kepada salah satu guru, penjaga sekolah, atau siswa, sehingga kambing itu menjadi milik dia.
Lalu boleh dia qurban atas nama dirinya atau keluarganya. Sebab kambing itu telah menjadi miliknya, dan dia sudah bebas memanfaatkannya, tentunya jika dia berqurban dengannya adalah hal yang sudah selayaknya.
Demikian. Wallahu A’lam
✍ Farid Nu’man Hasan


