💢💢💢💢💢💢💢
Allah Ta’ala berfirman :
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya (puasa Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(Al-Baqarah: 185)
Ibn Abbas rahimahullah, berkata tentang ayat ini:
حق على المسلمين إذا رأوا هلال شوال أن يكبروا
“Adalah kemestian bagi umat Islam, jika mereka melihat bulan sabit Syawal, untuk bertakbir.” (Tafsir Al-Tabari, 3/222)
Dari sini kita tahu, bahwa waktu takbir dimulai setelah matahari terbenam di akhir Ramadhan.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah, berkata tentang ayat ini:
فَسَمِعْت من أَرْضَى من أَهْلِ الْعِلْمِ بِالْقُرْآنِ أَنْ يَقُولَ لِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ عِدَّةَ صَوْمِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَتُكَبِّرُوا اللَّهُ عِنْدَ إكْمَالِهِ على ما هَدَاكُمْ وَإِكْمَالُهُ مَغِيبُ الشَّمْسِ من آخِرِ يَوْمٍ من أَيَّامِ شَهْرِ رَمَضَانَ……. فإذا رَأَوْا هِلَالَ شَوَّالٍ أَحْبَبْتُ أَنْ يُكَبِّرَ الناس جَمَاعَةً وَفُرَادَى في الْمَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالطُّرُقِ وَالْمَنَازِلِ وَمُسَافِرِينَ وَمُقِيمِينَ في كل حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوا وَأَنْ يُظْهِرُوا التَّكْبِيرَ وَلَا يَزَالُونَ يُكَبِّرُونَ حتى يَغْدُوَا إلَى الْمُصَلَّى وَبَعْدَ الْغُدُوِّ حتى يَخْرُجَ الْإِمَامُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَدَعُوا التَّكْبِيرَ
Aku mendengar dari orang-orang yang aku ridhai dari kalangan ulama yang mengerti Al Quran, yang mengatakan “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya” yaitu bilangan puasa di bulan Ramadhan, dan bertakbir ketika sempurna bilangannya “atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu” sempurnanya itu adalah ketika tenggelamnya matahari pada akhir hari di hari-hari bulan Ramadhan… Maka, jika sudah terlihat hilal bulan Syawal, aku suka bila manusia bertakbir baik secara berjamaah atau sendiri di masjid, pasar, jalan-jalan, rumah-rumah, para musafir, dan para mukimin pada setiap keadaan, di mana saja mereka berada hendaknya menampakkan takbirnya, dan terus menerus takbir sampai datangnya pagi hingga menuju lapangan dan setelah itu sampai imam keluar untuk shalat, kemudian mereka sudahi takbir itu. (Al Umm, 1/231)
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah juga berpendapat demikian, Beliau berkata:
“وابتداؤه من غروب الشمس ليلة العيد إذا علم دخول الشهر قبل الغروب كما لو أكمل الناس الشهر ثلاثين يوماً ، أو من ثبوت رؤية هلال شوال ، وينتهي بالصلاة يعني إذا شرع الناس في صلاة العيد انتهى وقت التكبير
Dan mulainya takbir sejak awal matahari terbenam pada malam Idul Fitri, jika telah diketahui masuknya bulan dimulai sebelum matahari terbenam, sebagaimana yang orang menyelesaikan puasa dengan menyempurnakan sampai tiga puluh hari, atau jika terbukti penampakan bulan sabit syawal, dan takbir diakhiri dengan shalat, artinya jika orang memulai shalat Id maka waktu takbir berakhir.
(Majmu ‘Fataawa Ibnu Utsaimin, 16/272)
Takbir setelah shalat magrib telah menjadi kebiasaan di banyak negara Muslim, khususnya di Indonesia. Ini (Takbiran) adalah suatu perkara yang baik yang berasal dari Al-Qur’an dan tradisi para salafus shaleh. Jadi, takbiran pada malam Idul Fitri bukanlah bid’ah
Demikian. Wallahu a’lam
🌳🌿🌷🍃🌸🍀🌻
✍ Farid Numan Hassan