🍃🌸 Serial Fiqih Pergaulan Dengan Non Muslim🌸🍃
💢💢💢💢💢💢💢💢
Bismillah al hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ba’d:
Dalam masalah ini, umat Islam hari ini berbeda pandangan. Sebagian kaum muslimin meyakini, bahwa zaman ini tidak ada lagi Ahli Kitab seperti yang dimaksud dalam Al Quran. Alasannya, karena mereka, Yahudi dan Nasrani, telah mengubah ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla yang terdapat dalam kitab suci mereka. Sehingga tidak pantas mereka menyandang sebutan ini.
Seperti Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma, yang mengatakan bahwa Nasrani adalah musyrik:
وَلَا أَعْلَمُ مِنَ الْإِشْرَاكِ شَيْئًا أَكْبَرَ مِنْ أَنْ تَقُولَ الْمَرْأَةُ رَبُّهَا عِيسَى
Aku tidak ketahui suatu kesyirikan yang lebih besar dibanding seorang wanita yang berkata Tuhannya adalah Isa. 1]
Pendapat lain menyebutkan bahwa Yahudi dan Nasrani zaman ini masih disebut Ahli Kitab, yang dengan itu maka berlaku hukum-hukum terkait Ahli Kitab untuk mereka. Inilah pendapat yang lebih kuat.
Alasannya adalah:
A. Perubahan kitab suci sudah mereka lakukan sebelum zaman Islam, sehingga jika mereka dianggap bukan Ahli Kitab karena ini, tentu sudah sejak dahulu mereka bukan di sebut Ahli Kitab.
Allah Ta’ala berfirman tentang perilaku mereka yang menulis kitab suci dengan karangan mereka sendiri:
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah (2): 79)
Ayat ini merupakan salah satu rangkaian kisah tentang perilaku orang Yahudi pada masa sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Artinya, dengan ini sungguh jelas terjadi perubahan ayat-ayat Allah Ta’ala oleh tangan-tangan kotor mereka sudah ada sebelum zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
B. Dalam Al Quran, Allah ‘Azza wa Jalla tetap menamakan dan memanggil mereka dengan sebutan Ahli Kitab.
Tentu kenyataan ini menjadi dalil yang jelas dan kuat bahwa panggilan Ahli Kitab tetap melekat bagi mereka, walau mereka telah merubah ayat-ayat Allah Ta’ala dalam kitab suci. Artinya, alasan bahwa mereka bukan lagi Ahli Kitab karena telah mengubah kitab suci, adalah alasan yang lemah sebab perubahan itu sudah lama mereka lakukan namun Allah ‘Azza wa Jalla masih menyebut mereka Ahli Kitab.
Dalam Al Quran, Allah Ta’ala memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk memanggil mereka dengan sebutan: “Wahai Ahli Kitab ….” ketika mengajak mereka untuk mengikuti ajaran tauhid yang benar.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah (Muhammad): “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran (3): 64)
Tertulis dalam Tafsir Muyassar:
“Katakanlah –wahai Rasul- kepada Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani: marilah berpegang kepada kalimat yang adil dan benar, yang semestinya kita bersama-sama memegang eratnya, yaitu mengkhususkan Allah satu-satunya dalam ibadah, dan tidak mengambil sekutu apapun bersamaNya, baik berupa berhala, patung, salib, atau thaghut, atau selain itu … ” 2]
Walaupun Ahli Kitab kafir, Allah ‘Azza wa Jalla masih menyebut mereka dengan sebutan Ahli Kitab, dan panggilan ini Allah ‘Azza wa Jalla ajarkan kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Panggilan: Wahai orang-orang kafir …, pernah Allah Ta’ala sebutkan tetapi untuk kaum musyrikin Quraisy dalam surat Al Kafirun, bukan untuk Ahli Kitab. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak menyamaratakan kedudukan orang kafir di dunia, oleh karenanya ada dampak fiqih sosial –dalam beberapa hal- yang berbeda antara Ahli Kitab dan Musyrikin. (Hal ini akan ada pembahasan khusus)
C. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menyebut mereka dengan Ahli Kitab.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memanggil mereka juga dengan sebutan Ahli Kitab, walau Al Quran telah menerangkan perilaku mereka yang telah mengubah ayat-ayatNya. Nabi pun tahu bahwa mereka telah mengubah ayat-ayatNya.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ
Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab, dan jangan pula mendustakannya. 3]
Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ ….
Aku berkata: “Wahai Nabiyallah, sesungguhnya kami tinggal di negerinya kaum Ahli Kitab, apakah kami boleh makan di wadah mereka …. dst
Jawaban Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah:
أَمَّا مَا ذَكَرْتَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَإِنْ وَجَدْتُمْ غَيْرَهَا فَلَا تَأْكُلُوا فِيهَا وَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا فِيهَا
“Ada pun apa yang kamu ceritakan tentang Ahli Kitab, maka jika kamu mendapatkan selain bejana mereka, maka kamu jangan memakan menggunakan wadah mereka. Jika kamu tidak mendapatkan wadah lain, maka cuci saja wadah mereka dan makanlah padanya .. ” 4]
Kisah-kisah ini dan semisalnya, menunjukkan bahwa sebutan Ahli Kitab tidak pernah lepas dari Yahudi dan Nasrani. Oleh karenanya, panggilan ini tetap berlaku sampai kapan pun sebab tidak ada keterangan yang merubah sebutan mereka dari Ahli Kitab menjadi sebutan lain. Ada pun alasan bahwa mereka telah merubah kitab-kitab Allah maka tidak layak lagi dipanggil ahli kitab, sudah terjawab sebelumnya bahwa perubahan itu pun sudah mereka lakukan sebelum zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka tetap dipanggil Ahli Kitab. Oleh karena itu, para ulama pun mendefinisikan Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nasrani:
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ ( أَهْل الْكِتَابِ ) هُمُ : الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى بِفِرَقِهِمُ الْمُخْتَلِفَةِ
“Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa Ahli Kitab, mereka adalah Yahudi dan Nasrani dengan berbagai firqah mereka yang berbeda-beda”. 5]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah pernah di tanya:
Penanya: Apakah Yahudi dan Nasrani yang ada sekarang masih disebut Ahli Kitab?
Syaikh: Menurutku mereka masih disebut Ahli kitab, selama mereka beragama dengan agama Ahli Kitab, dan menyandarkan diri mereka dengan agama Ahli Kitab, maka mereka adalah Ahli Kitab. Karena Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Maidah: “Hewan sembelihan Ahli kitab adalah halal bagimu, dan sembelihan kamu pun halal bagi mereka.” (QS. Al Maidah (5): 5).
Juga dalam surat Al Maidah: “Telah kafirlah orang-orang yang mengatakan ‘Allah adalah Al Masih putera Maryam”. (QS. Al Maidah (5): 72), juga ayat: “Telah kafirlah orang-orang yang mengatakan ‘Allah adalah salah satu dari yang tiga.’ “ (QS. Al Maidah (5): 73), maka mereka itu kafir namun halal sembelihannya.
Penanya: walaupun kitab mereka sudah mereka ubah?
Syaikh : Ya, walaupun kitab mereka sudah berubah, sebab perubahan itu sudah terjadi sejak masa Rasulullah juga. 6]
Demikian. Wallahu A’lam
Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahibihi wa Sallam
📙📘📕📒📔📓📗
🖋 Farid Nu’man Hasan
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
1) HR. Al Bukhari no. 5258
2) Tafsir Al Muyassar, Hal. 363
3) HR. Bukhari No. 2684
4) HR. Bukhari No. 5478
5) Ibnu ‘Abidin, 3/268, Fathul Qadir, 3/373, Penerbit Bulaq. Tafsir Al Qurthubi, 20/140, Darul Kutub. Al Muhadzdzab, 2/250, Al Halabi. Al Mughni, 7/501. Al Khulashah fi Ahkam Ahli Adz Dzimmah, 1/237. Al Mufashshal fi Syarh Asy Syuruth Al ‘Umariyah, 1/194
5) Liqa Bab Al Maftuh, kaset no. 94