Ikatlah Untamu, lalu tawakkal!

💢💢💢💢💢💢💢💢

Dari Amru bin Umayyah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُرْسِلُ نَاقَتِي، وَأَتَوَكَّلُ؟، قَالَ: «اِعْقِلْهَا، وَتَوَكَّلْ»

Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Apakah Unta betinaku ini aku lepas dan aku bertawakkal?”

Beliau bersabda: “Ikatlah, lalu tawakkal-lah!”

📚 HR. Ibnu Hibban no. 731

– Hadits ini sanadnya JAYYID (bagus), sebagaimana dikatakan oleh Imam adz Dzahabi. (Talkhis al Mustadrak, 3/623), dan Imam al Iraqi (Takhrijul Ihya’, 5/2316) sedangkan Imam az Zarkasyi mengatakan SHAHIH. (Faidhul Qadir, 2/7)

Penjelasan:

📌 Hadits ini menjelaskan rasionalitas dalam Islam, agar seorang hamba berusaha, ikhtiar, meraih atau mencari sebab, baru kemudian tawakkal (menyerahkan urusan kepada Allah Ta’ala).

📌 Berusaha dan ikhtiar manusia tidaklah menafikan tawakkal, justru itu memperkuatnya.

Imam al Munawi Rahimahullah mengatakan:

وذلك لأن عقلها لا ينافي التوكل الذي هو الاعتماد على الله …

Hal itu disebabkan, mengikat Unta tersebut tidaklah menafikan tawakkal yang merupakan upaya bersandar kepada Allah…

Lalu katanya:

وفيه بيان فضل الاحتياط والأخذ بالحزم

Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang keutamaan sikap hati-hati dan sigap. (Faidhul Qadir, 2/7)

📌 Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, juga memakai baju besi dan membuat strategi saat perang, memerintahkan bekerja untuk mencari nafkah, memerintahkan menjauhi wabah penyakit, memerintahkan berobat saat sakit, dan lainnya, tidak hanya menyuruh doa, tawakkal, atau menanti keajaiban.

📌 Maka tidak dibenarkan masuk ke kandang singa yang buas tanpa pengaman atau pawang, atau nyeberang secara sembarang di jalan raya, duduk di rel kereta di jam sibuk kereta, lompat dari lantai 10 gedung, melawan arus sungai yang membahayakan, atau sengaja mendatangi daerah yg sedang wabah, … dll, dengan alasan mati itu di tangan Allah, mati sudah ada jadwalnya. Kalimat ini benar tapi tidak pada tempatnya.

📌 Ini namanya bunuh diri atau sengaja mengantarkan diri pada kebinasaan dan itu sangat terlarang dalam Al Qur’an. (QS. Al Baqarah: 195. An Nisa: 29)

📌 Tidak dibenarkan menyepelekan keadaan. Padahal seandainya Unta itu hilang, Unta itu tidak akan pergi jauh dan mudah dicari. Sebab, saat itu negeri muslim masih hanyalah kota kecil. Tapi, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam tetap memerintahkan mengikatnya.

📌 Hadits ini sejalan dengan ayat:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali ‘Imran, Ayat 159)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

أي إذا شاورتهم في الأمر وعزمت عليه فتوكل على الله فيه إن الله يحب المتوكلين

Yaitu jika engkau sudah musyawarah dengan mereka dalam sebuah urusan dan telah bertekad atas urusan itu, maka bertawakal lah kepada Allah karena Allah cinta orang-orang yang bertawakal.

(Tafsir Ibnu Katsir, 2/132)

– Umat Islam sama seperti manusia lainnya, mesti berjalan bersama sunnatullah kehidupan di bumi. Selain menjalankan as sabab asy syar’i (sebab yang syar’i), dia juga tidak mengabaikan as sabab al kauni (sebab yang rasional yang mesti dilakukan dalam kehidupan dunia).

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwaamith Thariq

🌷🌸🍃🌿🌻🍀🍄🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top