Pengertian Makna Setan

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

والشيطان في لغة العرب مشتق من شطن إذا بعد فهو بعيد بطبعه عن طباع البشر وبعيد بفسقه عن كل خير وقيل مشتق من شاط لأنه مخلوق من نار ومنهم من يقول كلاهما صحيح في المعنى ولكن الأول أصح

Syaithan (syetan) dalam bahasa Arab akar katanya berasal dari kata SYATHONA, artinya “jika dia jauh”. Maka,  dengan tabiatnya itu dia jauh dari tabiat manusia, dan karena kefasikannya dia jauh dari semua kebaikan.

Ada pula yang mengatakan berasal dari kata SYAATHO  (terbakar) karena syaithan tercipta dari api.

Ada di antara manusia yang mengatakan keduanya sama-sama benar maknanya, tetapi yang pertama (syathona) lebih shahih.

وعليه يدل كلام العرب قال أمية بن أبي الصلت في ذكر ما أوتي سليمان عليه السلام:

أيما شاطن عصاه عكاه … ثم يلقى في السجن والأغلال

Hal ini didukung oleh perkataan orang Arab. Umayyah bin Abi Ash Shalt mengatakan dalam syairnya tentang anugerah yang diberikan kepada Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam:

“Syaithan (Syaathinin) mana pun yang berbuat durhaka terhadapnya, niscaya dia (Nabi Sulaiman) menangkapnya, kemudian memenjarakannya dalam keadaan dibelenggu.”

فقال أيما شاطن ولم يقل أيما شائط. وقال النابغة الذبياني وهو زياد بن عمرو بن معاوية بن جابر بن ضباب بن يربوع بن مرة بن سعد بن ذبيان:
نأت بسعاد عنك نوى شطون … فباتت والفؤاد به رهين
يقول: بعدت بها طريق بعيدة

Ternyata Umayyah bin Abi Ash Shalt mengatakan syaathinin, bukan syaa’ithin.

Berkatalah An Nabighah Az Zibyani, yaitu Ziad bin Amr bin Mu’awiyah bin Jabir bin Dhabab bin Yarbu’ bin Murrah bin Sa’d bin Zibyan:

“Kini Su’ad berada jauh darimu, nun jauh di sana ia tinggal, dan kini hariku selalu teringat kepadanya.”

An Nabighah mengatakan bahwa Su’ad kini berada di tempat yang sangat jauh.

وقال سيبويه: العرب تقول تشيطن فلان إذا فعل فعل الشياطين ولو كان من شاط لقالوا تشيط فالشيطان مشتق من البعد على الصحيح، ولهذا يسمون كل من تمرد من جني وإنسي وحيوان شيطانا

Imam Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaithona fulanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ), artinya “si Fulan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan”. Seandainya kata syaitan ini berasal dari kata SYAATHO, niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyatho (تشيط). Dengan demikian yang benar adalah lafaz syaithan  berakar dari kata SYATHONA yang berarti “jauh”. Karena itu, mereka menamakan apa pun yang durhaka (membangkang) baik dari kalangan jin, manusia, dan hewan dengan penamaan SYAITHAN.

. قال الله تعالى: وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الإنس والجن يوحي بعضهم إلى بعض زخرف القول غرورا [الأنعام: ١١٢]

وفي مسند الإمام أحمد عن أبي ذر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا أبا ذر «تعوذ بالله من شياطين الإنس والجن» فقلت أو للإنس شياطين؟ قال: «نعم»

وفي صحيح مسلم عن أبي ذر أيضا قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم «يقطع الصلاة المرأة والحمار والكلب الأسود» فقلت: يا رسول الله ما بال الكلب الأسود من الأحمر والأصفر؟ فقال: «الكلب الأسود شيطان»

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(Al-An’am: 112)

Di dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abu Zar Radhiyallahu Anhu yang menceritakan:

Rasulullah   ﷺ bersabda, “Hai Abu Zar, berlindunglah kepada Allah dari godaan syetan manusia dan syetan jin (yang tidak kelihatan)!” Aku bertanya.”Apakah syetan itu ada yang dari kalangan manusia’? ‘Beliau menjawab, “Ya.”

Di dalam kitab Shahih Muslim disebutkan dari Abu Zar pula bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Shalat terputus karena lewatnya wanita, keledai, dan anjing hitam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah bedanya antara anjing hitam, anjing merah, dan anjing kuning?’ Nabi  ﷺ menjawab: anjing hitam itu syetan.”

وقال ابن وهب أخبرني هشام بن سعد عن زيد بن أسلم عن أبيه أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه ركب برذونا فجعل يتبختر به فجعل يضربه فلا يزداد إلا تبخترا فنزل عنه وقال ما حملتموني إلا على شيطان ما نزلت عنه حتى أنكرت نفسي إسناده صحيح

Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Hisyam bin Sa’d, dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, bahwa  Umar bin Khathab Radhiallahu ‘Anhu pernah mengendarai seekor kuda Birzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong, maka Umar memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya.

Lalu Umar turun darinya dan berkata,  “Kalian tidak memberikan kendaraan kepadaku kecuali  syetan, dan aku tidak turun darinya melainkan setelah aku mengingkari  diriku sendiri.” Sanadnya shahih.

(Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 1, Hal. 30)

🍃🌸🌵🌷🌿🌴🌻🌺

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top