Kata yang sering kita dengan dalam pengajian adalah berkah atau keberkahan. Tapi terkadang belum terlintas di kepala kita maksudnya dan kandungan maknanya. Apa lantas makna dan kandungannya? Berkah berasal dari bahasa Arab barakah (بركة) yang bermakna “berkembang”, “bertambah” dan “kebaikan yang banyak dan langgeng” dan “berkumpul dan berhimpunnya kebaikan” baik yang kasat mata atau yang abstrak. Allah memberkahinya, memberkahi di dalamnya, memberkahi atasnya dan memberkahi baginya.
Istilah “ngalap berkah” (jawa) berarti mencari dan meminta keberkahan dari sesuatu. Atau lebih ditepat di dalam istilah syariat tabarruk. Pada prinsipnya Allah-lah pemegang kebaikan, manfaat dan mara bahaya. Allah lah yang menciptakan berkah dan memberkahi dalam berbagai urusan. Maka ngalap berkah tidak lepas dari dua hal:
Pertama, meminta dan mencari berkah dengan hal-hal yang disyariatkan. Seperti meminta dan mencari berka dengan Al-Quran. Hal ini disyariatkan karena memang Al-Quran itu diberkahi dan juga kepada orang yang membaca dan mengamalkannya serta mengajarkannya.
{وَهَذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ}(92)
“Dan kitab ini kami turunkan, ia kitab yang diberkahi.” (Al-An’am: 92)
Artinya meminta berkah dengan Al-Quran adalah menjadikannya sebagai petunjuk hati, pengobat hati dan perbaikan jiwa serta pendidik akhlak dan lain-lain.
Kedua, tabarruk dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat. Seperti meminta dan mencari berkah dari pohon, batu, akik, cincin, kuburan, dan tempat atau barang-barang lain yang tidak ada keterangan dalam syariat bahwa tempat dan sesuati itu mengandung keberkahan. Hal ini termasuk dari kesyirikan.
Sebab Allah yang menciptakan keberkahan dalam segala hal. Keberkahan yang disandarkan kepada Allah itu adalah dua macam; Ibnu Qayyim berkata dalam Badaiul fawaid, “Berkah yang bersumber dari perbuatan Allah dimana Allah menjadikannya diberkahi-Nya. Kedua, keberkahan yang bermakna rahmat dan kemuliaan.
Keberkahan Tempat, Waktu dan Sosok
Allah memberikan kekhususan keberkahan kepada tempat, waktu dan sosok (seseorang). Allah memberikan keberkahan kepada beberapa tempat seperti Allah memberkahi Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya.
{سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ}(1) سورة الإسراء،
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Al Isra’: 1)
At-Thabari mengatakan, “Yang Kami jadikan di sekelilingnya keberkahan bagi penduduknya dalam hidup, mencari makan, beternak, dan bercocok tanam.”
Allah juga memberikan keberkahan kepada sebagian manusia seperti para Nabi dan utusan Allah.
{قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِّنَّا وَبَركَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ}(48) سورة هود.
“Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.”
Juga Allah memberkahi Nabi Isa alaihissalam. (Maryam: 31) Demikian juga Nabi Muhammad dan seluruh nabi Allah diberkahi jasad dan fisiknya.
Allah juga memberkahi pohon zaitun.
{يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ}(35) سورة النــور،
“yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.” (An-Nur: 35)
Artinya pohon yang banyak manfaat.
Allah juga memberikan berkah kepada air hujan dari langit (Qaaf: 9).
Allah juga memberikan keberkahan kepada waktu-waktu tertentu seperti waktu sahur dan waktu berjamaah serta waktu pagi hari, ucapan salam dan lain-lain.
Lantas apa saja yang membuat sebuah pekerjaan dan rizki menjadi diberkahi Allah? Kita bahas dalam tulisan berikutnya insyaAllah. wallahu a’lam
Oleh: Ahmad Tarmuli LC. MHI