َAisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Pada sepuluh terakhir bulan Ramadan Rasulullah ﷺ lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
Fiqhul Hadits:
– Ini merupakan 1/3 akhir Ramadhan, dan menunjukkan keistimewaan waktu tersebut dibanding lainnya.
– Imam Al Munawi mengatakan:
أي يجتهد فيه من العبادة فوق العادة ويزيد فيها في العشر الأواخر من رمضان بإحياء لياليه
Yaitu Beliau bersungguh-sungguh pada malam itu dengan melakukan berbagai ibadah melebihi kebiasaan dan menambahkan lagi di 10 hari terakhir Ramadhan dengan menghidupkan malamnya (dgn ibadah). (Faidhul Qadir, 5/203)
Al ‘Allamah Mazhharuddin Az Zidani mengatakan:
يعني: يبالغ في طلب ليلة القدر في العشر الأواخر أكثر مما يبالغ في غيرهن من الليالي
Yakni begitu mendalam upayanya memburu Lailatul Qadar di 10 hari akhir melebihi keseriusannya di malam-malam lainnya.
(Al Mafatih fi Syarh Al Mashabih, 3/55)
– Hal ini dimungkinkan karena peluang terjadinya Lailatul Qadar adalah di 10 malam terakhir. Sebagaimana hadits:
وَإِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ
“Sesungguhnya (Lailatul Qadar) pada sepuluh malam terakhir, pada malam ganjil.” (HR. Bukhari No. 813, 2036)
– Keseriusannya juga ditularkan kepada keluarganya, sebagaimana hadits:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi ﷺ bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadan), Beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malamnya dengan beribadah, dan membangunkan keluarga Beliau”. (HR. Bukhari no. 2024)
– Maka, janganlah sia-siakan momen ini, jika kita tidak bisa melakukan banyak agenda ibadah, minimal jadikanlah satu agenda unggulan lalu istiqamahlah dgnnya.
Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam
✍ Farid Nu’man Hasan