Tidak Mengingkari Kebiasaan Baik Di Sebuah Negeri

💥💦💥💦💥💦💥💦

Kadang kita temui adanya para pemuda yang semangat terhadap Islam. Ketika mendapatkan ilmu baru dari sebuah buku, atau ceramah, dia anggap sebagai satu-satunya kebenaran yang mesti dihidupkan.

Lalu dia memaksakan kepada manusia sekitarnya untuk mengikutinya, padahal mereka sudah memiliki keyakinan dan kebiasaan yang baik, yang juga rekomendasi para imam kaum muslimin.

Akhirnya, yang terjadi adalah fitnah dan ketegangan. Lucunya para pemuda ini menganggap penolakan masyarakat itu sebagai “ujian dalam da’wah” dan “kebodohan masyarakat”, padahal itu disebabkan ketidakpahaman mereka sendiri dalam menerapkan sebuah pendapat dan mengkaitkannya dengan objek fiqihnya (baca: tahqiqul manath).

Coba perhatikan mutiara para salaf berikut ini ….

📌 Imam Ad Darimi berkata:

أخبرنا يزيد بن هارون عن حماد بن سلمة عن حميد قال قلت لعمر بن عبد العزيز لو جمعت الناس على شيء فقال ما يسرني انهم لم يختلفوا قال ثم كتب إلى الآفاق أو إلى الأمصار ليقضي كل قوم بما اجتمع عليه فقهاؤهم

Mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, dia berkata: Aku berkata kepada Umar bin Abdil ‘Aziz: “Alangkah baiknya engkau menyatukan manusia dalam satu pendapat.”

Beliau menjawab: “Aku tidak senang jika mereka tidak berbeda pendapat.” Humaid berkata: “Lalu Umar bin ‘Abdil Aziz menulis surat ke semua penjuru negeri: “Setiap penduduk di suatu negeri hendaknya memutuskan urusannya sesuai kesepakatan ahli fiqih mereka (di negeri masing-masing).” (Sunan Ad Darimi No. 652, Bab Ikhtilaf Al Fuqaha)

Sikap Umar bin ‘Abdul Aziz Rahimahullah ini memiliki dasar dari generasi sahabat Radhiallahu ‘Anhum sebagaimana riwayat di bawah ini.

📌 Imam Abu Bakar Al Khathib Al Baghdadi berkata:

عن أبي عبيدة قَالَ: قَالَ عَلِيّ: اقضوا ما كنتم تقضون فإني أكره الاختلاف حتى يكون للناس جماعة، أو أموت كما مات أصحابي

Dari Abu Ubaidah, dia berkata: Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu:

Putuskanlah dengan keputusan yang biasa kalian putuskan. Sungguh, saya tidak suka dengan perselisihan sampai aku mendapati manusia memiliki jamaahnya sendiri-sendiri, atau aku mati sebagaimana matinya para sahabatku. (Tarikh Baghdad, 8/42)

Wallahu A’lam

🌴🌻🍃☘🌺🌷🌸🌾

✏ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top