Dakwah dan perjuangan harus berbasiskan target, bukan asal bikin program di tengah masyarakat. Tapi mau apa dan mau kemana?
Berikut ini tahapan dakwah (maratibul ‘amal), yang digagas oleh Imam Hasan Al Banna Rahimahullah, yang merupakan hasil renungan panjang Beliau atas nash-nash dan juga perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihinwa sallam dan para sahabatnya.
ومراتب العمل المطلوبة من اللأخ الصادق :
1 – إصلاح نفسه حتى يكون : قوي الجسم , متين الخلق , مثقف الفكر , قادرا على الكسب , سليم العقيدة , صحيح العبادة , مجاهدا لنفسه , حريصا على وقته , منظما في شؤونه , نافعا لغيره , وذلك واجب كل أخ على حدته
Dan tingkatan (urutan) amal yang dituntut dari seorang Al Akh Ash Shaadiq (saudara yang jujur dan benar), adalah:
1 – Memperbaiki dirinya sendiri, hingga menjadi:
– kuat fisiknya,
– mulia akhlaknya,
– luas wawasannya,
– mampu mencari penghidupan,
– lurus akidahnya,
– benar ibadahnya,
– berjuang melawan hawa nafsunya,
– menjaga waktunya,
– teratur dalam urusannya,
– bermanfaat bagi orang lain.
Ini adalah kewajiban setiap saudara secara pribadi.
Ini adalah urutan pertama dalam maratibul ‘amal seorang Al Akh dan Al Ukht dalam menjalankan amal Islaminya; yaitu hendaknya memperbaiki diri sendiri dulu sebelum melangkah pada program dan amal-amal lainnya. Sebab, inilah fondasi, inilah labinatul ula (batu bata pertama) dari bangunan besar dan istana yang megah yang bernama “peradaban Islam”.
Secara global, ada tiga dimensi yang diperbaiki:
a. Perbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala dalam amal: Aqidah yang bersih (Salimul ‘Aqidah) dan ibadah yang benar (Shahihul ‘Ibadah). Aqidah yang bersih yaitu bersih dari aliran menyimpang dan kesyirikan dan khurafat. Ibadah yang benar yaitu ikhlas dan sejalan dengan sunnah.
b. Perbaiki hubungan dengan diri sendiri dengan amal: luas wawasannya (mutsaqaful fikri), kuat badannya (qawwiyul jismi), teratur urusannya (munazhaman fi syu’unih), berjuang melawan nafsunya (mujahidan linafsih), dan pandai mengatur waktu (harishun ‘ala waqtihi), mampu menafkahi diri sendiri (qaadiran ‘alal kasbi).
c. Perbaiki hubungan dengan masyarakatnya, dengan amal: mulia akhlaknya (matinul khuluq), bermanfaat bagi orang lain (naafi’an lighairihi)
Dari semua ini akan lahir kepercayaan dan mishdaqiyah fardiyah (kredibilitas individu) di tengah masyarakat dan umat. Sehingga para aktivis Islam menjadi problem solver, bukan justru menambah problem bagi masyarakat.
Wallahu Muwafiq Ilaa Aqwaamith Thariq
✍ Farid Nu’man Hasan