PERTANYAAN:
Assalaamu’alaykum Ustadz, ada beberapa pertanyaan:
1. Berdasarkan para ahli sejarah Ahlu Sunnah, apakah benar ada perjanjian antara Muawiyah r.a. dan Sayidinna Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa sayidina Hasan akan menjadi khalifah setelah Muawiyah?
2. Bagaimana pandangan para ulama Aswaja terkait Yazid bin Muawiyah, terutama terkait dengan tragedi Karbala 10 Muharram? Benarkah ada yang berpendapat bahwa Yazid ada gangguan jiwa sehingga tak dapat dianggap bersalah?
3. Kenapa sahabat Abdullaah bin Zubair bin Awwam r.a. tidak dianggap sebagai Khilafah oleh kebanyakan sejahrawan, walau beliau bertahun-tahun merupakan penguasa Mekkah sebagai pusat Islam?
JazakAllaahu ahsanul jazaa, ustadz
JAWABAN
Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh
1. Ya, perjanjiannya bukan antara Ali dan Muawiyah tapi antara Al Hasan dan Muawiyah sendiri.
Sepeninggal Ali Radhiallahu ‘Anhu, Al Hasan menjadi khalifah dibai’at oleh penduduk Kufah dahulu lalu menyusul lainnya.
Namun Muawiyah Radhiallahu ‘Anhu mendatangi Al Hasan untuk meminta kekhalifahan untuk dirinya karena dialah yang berhak atas jabatan itu. Al Hasan menyetujui, dia meletakkan jabatan agar pengikut Muawiyah dan Ali tidak terjadi pertumpahan darah. Namun Al Hasan memberikan syarat, jika Muawiyah wafat maka tampuk kekhalifahan kembali ke Al Hasan.
Namun Al Hasan wafat duluan, Beliau wafat diracun oleh Istrinya sendiri atas rayuan Yazid bin Muawiyah.
Ini semua dikisahkan dalam Tarikhul Khulafa, Imam As Suyuthi. Hal. 147. Cet. 1,th.2004. Maktabah Nizar Mushthafa Al Baaz
2. Pernah dibahas di sini: Menyikapi Yazid bin Muawiyah
3. Abdullah bin Zubeir bin ‘Awwam dihitung sebagai khalifah di sekitar Hijaz oleh pendukungnya dan penduduk Hijaz. Ada pun di luar itu, mayoritas dunia Islam di kuasai Bani Umayyah, dan Abdullah bin Zubeir dianggap oposisi.
Wallahu A’lam
Farid Nu’man Hasan