🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Nabi ﷺ berdoa:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أمْرِ أُمَّتِي شَيْئاً فَشَقَّ عَلَيْهِمْ ، فاشْقُقْ عَلَيْهِ ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ ، فَارفُقْ بِهِ
Ya Allah, barang siapa yang diberikan amanah mengurus urusan umatku lalu dia mempersulit mereka maka persulitlah dia, dan barang siapa yang diberikan amanah mengurus urusan umatku lalu dia berlaku baik kepada mereka, maka, perlakukanlah dia dengan baik pula.
(HR. Muslim No. 1828, Ahmad No. 24622, Ibnu Hibban No. 553, Abu ‘Uwanah No. 7025, dll)
Hadits ini menjadi peringatan bagi para pejabat negara yang diberikan amanah mengurus rakyatnya. Doa Nabi ﷺ bagi mereka adalah mustajab. Jika mereka mempersulit rakyatnya dengan kebijakannya, maka Nabi ﷺ mendoakan semoga Allah ﷻ persulit hidup mereka. Jika mereka memberikan kemudahan dan kebaikan bagi rakyatnya, maka semoga Allah ﷻ memudahkan mereka.
Ini juga koreksi bagi sebagian kecil da’i dan muballigh yang apatis dan masa bodo dengan masalah ini, bahkan membela kezaliman penguasa, dengan alasan sezalim apa pun sebuah kebijakan kita harus taat dan tidak boleh protes. Itu semua sudah ketentuan taqdir Allahﷻ. Pemahaman ini adalah Neo Jabbariyah, mengajarkan hidup fatalis, cuek, tidak melakukan hal-hal yang sifatnya sunnatullah kehidupan, hanya berpangku tangan mengandalkan takdir semata.
📌 Sungguh sikap diam bukanlah sikap Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, saat penguasa masanya, Najamuddin Ayyub, membiarkan minuman keras dijual bebas di negerinya.
📌 Sungguh sikap diam bukanlah sikap Imam An Nawawi, saat penguasa, Sultan Azh Zhahir, yg ingin memungut harta rakyat untuk biaya perang melawan Tartar, saat Rakyat yang sedang sulit karena kemarau, padahal harta kekayaan sang raja dan budak-budaknya sudah cukup untuk membiayai perang.
📌 Sungguh sikap diam bukanlah sikap Imam Ibnu Taimiyah, saat penguasa masanya, Sultan Ghazan, bekerjasa sama dengan Raja Al Karaj untuk menyerang rakyatnya sendiri di Damaskus. Beliau bersama umat Islam, pemuda, dan tokohnya, mendatangi istana Sultan untuk memprotesnya.
Dan masih banyak lagi contoh para imam Rabbani yang tidak diam saat penguasa mengeluarkan kebijakan zalim.
Sebab mereka paham betul konsekuensi hadits:
عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رضي الله عنه أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ يَارَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: للهِ،ولكتابه، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ . رواه مسلم
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin, dan orang umumnya.” (HR. Muslim No. 55)
Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah
🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻
✍ Farid Nu’man Hasan