💦💥💦💥💦💥
📨 PERTANYAAN:
Assalamu’alaikum. Saya mau tanya, tentang shalat. Tentang shalat fardhu. Kan kita tahunya shalat fardhu itu seperti yang dicontohkan nabi pada raka’at pertama dan kedua yang ada tambahan bacaan surat lain, untuk raka’at selanjutnya tidak ada. Saudari saya dia dan suaminya pernah di debat seorang muslimah yang berjilbab lebar, kata adik saya, karna saya juga berjilbab lebar, jilbabnya lebar sama seperti saya. Muslimah tersebut menyatakan intinya seperti ini shalat fardhu itu pada raka’at ketiga dan empat itu harus ditambahkan surat lain, kalau tidak berarti shalatnya salah. Logikanya al Qur’an itu kan terdiri dari banyak surat, masa iya al Qur’an yang stebal itu pada raka’at ketiga dan keempat yang dibaca hanya surat al fatihah saja. Waktu itu saya kaget dan syok, saya belum mahir ilmu agama. Tapi saya hanya jawab, yang dicontohkan nabi demikian (hanya di rakaat pertama dan kedua saja ada penambahan surat lain setelah surat al fatihah) bukan demikian, sperti yg disampaikan muslimah itu. Tapi jawaban saya terasa belum kuat, saudari saya ini suka sekali jidal dengan saya, logikanya mendominasi dalam beberapa hal. Mohon jawabannya ya ustadz, setidaknya mungkin ada kaidah atau ushul, dalil kuat yang bisa saya sampaikan atau berikan padanya ketika saya bertemu dia nanti. Karena dia sudah mempraktekkan menambahkan surat lain pada raka’at ketiga dan keempat tersebut.
📬 JAWABAN
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..,
Bismillah wal Hamdulillah wash shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:
Hanya membaca Al Fatihah pada rakaat ketiga dan keempat adalah SHAHIH, sebagaimana riwayat dari Abu Qatadah Radhiallahu ‘Anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في الركعتين الأوليين من الظهر والعصر بفاتحة الكتاب وسورة ويسمعنا الآية أحيانا ويقرأ في الركعتين الأخريين بفاتحة الكتاب
Bahwa Nabi ﷺ membaca pada dua rakaat pertama di shalat zhuhur dan ‘ashr surat Al Fatihah dan sebuah surat, dan kami mendengarkan ayat tersebut kadang-kadang (maksudnya nabi suaranya dikeraskan), dan BELIAU MEMBACA PADA DUA RAKAAT TERAKHIR SURAT AL FATIHAH SAJA. (HR. Muslim No. 451)
Maka, sikap menyalahkan perbuatan ini adalah sikap berlebihan dan tidak pantas. Sebab justru inilah pendapat MAYORITAS ulama. Berkata Imam Ibnu Rajab Rahimahullah:
وقد ذهب أكثر العلماء إلى القول بذلك ، وأنه لا يزيد في الركعتين الأخريين والثالثة من المغرب على فاتحة الكتاب
Mayoritas ulama berpendapat dengan pendapat ini, bahwasanya tidak ada tambahan -pada dua rakaat terakhir, dan juga pada rakaat ketiga dishalat Maghrib- atas bacaan surat Al Fatihah. (Fathul Bari, 4/476)
Justru tambahan membaca surat di rakaat ketiga dan keempat dianggap sebagai pendapat lemah, sebab tidak adanya hadits shahih yang mendukungnya.
Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah menjelaskan:
ولم يثبت عنه أنه قرأ في الركعتين الأخريين بعد الفاتحة شيئاً، وقد ذهب الشافعي في أحد قوليه وغيره إلى استحباب القراءة بما زاد على الفاتحة في الأخريين، واحتج لهذا القولِ بحديث أبي سعيد الذي في “الصحيح”: حزرْنَا قيامَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الظهر في الركعتين الأوليين قَدْر قِراءة (ألم تنزيلَ السَّجدة)، وحزرنا قيامَه في الركعتين الأخريين قَدْرَ النصف مِن ذلك، وحزرنا قيامَه في الركعتين الأوليين من العصر على قدر قيامه في الركعتين الأُخْرَيَيْنِ من الظهر، وفي الأُخريين من العصر على النصف من ذلك. وحديث أبي قتادة المتفق عليه ظاهرٌ في الاقتصار على فاتحة الكتاب في الركعتين الأُخريين.
قال أبو قتادة رضي الله عنه: وكانَ رسولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصلي بنا، فيقرأ في الظُّهر والعصر في الركعتين الأوليين بفاتحة الكتاب وسُورتين، ويُسمعنا
“Tidak ada hadits yang shahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau membaca sesuatu dari Al Quran setelah Al Fatihah di dua rakaat terakhir. Imam Asy Syafi’i dalam salah satu pendapat di antara dua pendapatnya, dan ulama lainnya, berpendapat bahwa dianjurkannya menambahkan bacaan setelah Al Fatihah di dalamnya (dua rakaat terakhir), berdasarkan hadits Abu Sa’id dalam “Ash Shahih”, “Kami memperkirakan lama berdirinya Rasulullah ﷺ pada dua rakaat pertama di sholat zhuhur selama bacaan Alif Lam Tanzil As Sajdah, dan lama berdirinya di dua rakaat terakhir setengah dari itu.
Lama berdirinya di dua rakaat pertama saat shalat ‘ashar, setara dengan berdirinya di dua rakaat terakhir pada shalat zhuhur, dan dua rakaat terakhir pada shalat ‘ashar setara dengan setengah dari itu.”
Dalam Hadits Abu Qatadah, telah muttafaq ‘alaih, bahwa zhahirnya mencukupkan dengan membaca Al Fatihah di dua rakaat terakhir saat shalat zhuhur dan ‘ashar.”
Abu Qatadah berkata: “Dahulu Rasulullah ﷺ shalat bersama kami, Beliau membaca pada shalat zhuhur dan ashar di rakaat pertama dan kedua surat Al Fatihah dan Surat, dan kadang dia memperdengarkan bacaannya kepada kami (maksudnya mengeraskan bacaannya).” (Zaadul Ma’ad, 1/246-247)
📌 Maka, benarlah yang membaca Al Fatihah saja tanpa surat dalam rakaat ketiga dan keempat shalat zhuhur dan ‘ashar, atau rakaat ketiga shalat maghrib, sebagaimana mayoritas ulama, berdasarkan riwayat Abu Qatadah.
📌 Benar pula yang mau menambahkannya dengan membaca surat sebagaimana salah satu pendapat Imam Asy Syafi’i dan lainnya, berdasarkan riwayat Abu Sa’id.
Yang salah adalah orang yang terburu-buru menyalahkan orang yang tidak salah tanpa dasar.
Semoga Allah ﷻ melapangkan dada kita untuk menerima petunjuk dan kebenaran.
Wallahu A’lam
🍃🌺☘🌹💚🌻🌴🌿
✏ Farid Nu’man Hasan
Assalamualaykum, Bolehkah ketika jadi Imam sholat Tarawih naruh Al Qur’an di depannya,agar klo ada yang lupa bisa lihat? ?
wa’alaikumussalam, Bismillah wal Hamdulillah … hal itu pernah dilakukan oleh Dzakwan (pelayan ‘Aisyah) ketika jadi imam trwih untuk kaum wanita atas permintaan Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Ini diriwayatkan Imam Malik dalam Al Muwatha, dan Madzhab Syafi’i membolehkan shalat sprti itu, jika shalat sunnah saja. Bahkan menjadi wajib lihat mushaf jika blm hapal alfatihah, krn itu rukun. Wallahu A’lam.
Penjelasan selengkapnya ada di tautan berikut: https://depok.tanyasyariah.com/konsultasi/shalat-wajib-sambil-membaca-mushaf.html