Nanah Dari Kemaluan, Bagaimana Status Shalatnya?

Pertanyaan

Kondisi saya sedang sakit mengeluarkan nanah di alat kelamin, apakah saya sah jika saya solat. (Ag, Lampung)

Jawaban

Bismillahirrahmanirrahim..

Kenajisan nanah itu diperselisihkan ulama, karena tidak ada nash yang benar-benar membicarakannya.

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah ditanya tentang DARAH dan NANAH, Beliau menjawab:

الدم لم يختلف الناس فيه ، والقيح قد اختلف الناس فيه

Manusia tidak berbeda pendapat tentang najisnya darah, ada pun nanah manusia berbeda pendapat tentangnya.

(Syarh Al ‘Umdah, 1/105)

Namun menurut mayoritas ulama nanah adalah najis, namun demikian jika keluarnya sedikit atau sulit dihindari saat shalat, maka itu dimaafkan sebagaimana darah pun jika sedikit dimaafkan. Sehingga shalatnya tetap sah.

Imam Zakaria Al Anshari Rahimahullah mengatakan:

اذا قلنا الكثير مبطل دون القليل

Jadi, kami katakan darah banyak itu membatalkan shalat, kalau sedikit tidak.

(Asnal Mathalib, 1/241)

Begitu juga darah lainnya seperti jerawat, bisul, nyamuk, jika sedikit maka dimaafkan.

فصلى فيه أجزأته صلاته وان صلى وفي ثوبه دم البراغيث أو اليسير من سائر الدماء 

Maka, shalat tetap sah walau pada pakaiannya terdapat darah kutu, atau darah yg sedikit, dari darah-darah apa pun.

(At Tanbih fil Fiqhi Asy Syafi’iy, 1/28)

Dalilnya adalah, terdapat dalam Shahih Bukhari di ceritakan oleh Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah:

ﻣَﺎ ﺯَﺍﻝَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ ﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻓِﻰ ﺟِﺮَﺍﺣَﺎﺗِﻬِﻢْ

Kaum muslimin senantiasa shalat dalam keadaan mereka terluka.

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan:

وحكم القيح والصديد : حكم الدم ، عند جمهور الفقهاء من المذاهب الأربعة وغيرهم من حيث النجاسة والعفو عن يسيره ؛ لأن القيح والصديد في أصله دمٌ ، استحال إلى نتنٍ وفساد ، فإذا كان الدم نجساً ، فالقيح أولى

Hukum tentang nanah adalah sama dengan hukum darah, menurut mayoritas ahli fiqih empat mazhab dan lainnya dari sisi kenajisannya dan dimaafkan jika sedikit. Karena nanah itu pada asalnya dari darah lalu berubah menjadi busuk dan rusak, maka jika darah itu najis maka nanah lebih layak dikatakan najis.

(Al Islam Su’aal Wa Jawaab no. 209123)

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top