PERTANYAAN
Maaf apakah memiliki keyakinan itu adalah pilihan atau turun temurun?
Jikalau pilihan, apakah saya yg keturunan keluarga muslim bisa memilih untuk memilih memiliki keyakinan Kristiani?
Dan bagaimana pendapat bapak?
Terimakasih? (Hesa-Indramayu)
JAWABAN
Bismillahirrahmanirrahim..
Dalam Al Quran dan As Sunnah diterangkan bahwa seluruh manusia terlahir pada awalnya hakikatnya adalah muslim. Di alam ruh -sebelum di alam rahim- telah terjadi ikatan antara manusia dengan Allah ﷻ, bahwa mereka telah mengikrarkan ketuhanan Allah ﷻ:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi (bersyahadat)”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al A’raf (7): 172)
Begitu juga dalam hadits Rasulullah ﷺ:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka bapaknyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari No. 1319. Muslim No. 2658)
Apakah maksud fitrah dalam hadits ini? Dijelaskan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah (w. 852H):
وَأَشْهَرُ الْأَقْوَال أَنَّ الْمُرَاد بِالْفِطْرَةِ الْإِسْلَام ، قَالَ اِبْن عَبْد الْبَرّ : وَهُوَ الْمَعْرُوف عِنْد عَامَّة السَّلَف . وَأَجْمَعَ أَهْل الْعِلْم بِالتَّأْوِيلِ عَلَى أَنَّ الْمُرَاد بِقَوْلِهِ تَعَالَى ( فِطْرَة اللَّه الَّتِي فَطَرَ النَّاس عَلَيْهَا ) الْإِسْلَام
“Pandangan yang paling masyhur bahwasanya maksud dari fitrah adalah Islam. Berkata Ibnu Abdil Bar: ‘Itu sudah dikenal oleh umumnya kaum salaf.’ Para ulama telah ijma’ (sepakat) dengan ta’wil maksud ayat: “(tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah,” adalah Islam.” (Fathul Bari, 3/248. Darul Fikr)
Oleh karena itu dari awalnya semua manusia hakikatnya adalah muslim, lalu selepas lahirnya di dunia ada yang berubah menjadi Nasrani, Yahudi, Majusi, dan lainnya, yang dibentuk oleh orang tua dan lingkungannya. Maka, ketika ada non muslim masuk Islam maka lebih tepat dikatakan kembali kepada Islam karena fitrahnya manusia dulunya adalah muslim.
Islam agama fitrah-nya manusia, maka perkembangannya tidak bisa dibendung, terus bertumbuh dan berkembang bahkan sudah melebihi dua milyar penduduk bumi hampir menyamai Kristiani walau gabungan Katolik dan Protestan. Diperkirakan tahun 2050-an jumlah umat Islam akan melebihi pemeluk Kristiani.
Islam tidak pernah memaksa manusia untuk kembali lagi kepada Islam karena sudah jelas antara jalan petunjuk dan kesesatan. Tanpa paksaan seharusnya manusia sudah bisa melihat kebenaran.
Allah ﷻ menjelaskan:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang mengingkari thagut (sembahan selain Allah) dan dia beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 256)
Karena tidak ada paksaan, maka Allah ﷻ membebaskan kepada hamba-hamba-Nya untuk memilih mukmin atau kafir, dan masing-masing jalan diujungnya ada akibat atau konsekuensi yang logis; ada reward dan punishment.
Allah ﷻ menjelaskan:
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman. Dan barangsiapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir.” (QS. Al Kahfi: 29)
Konsekuensi memilih jalan kafir maka dia mendapatkan punishment sesuai keadilan-Nya, Allah ﷻ menjelaskan:
{ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ }
Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 6)
Konsekuensi memilih jalan iman maka dia mendapatkan reward sesuai kasih sayang-Nya yang maha luas, Allah ﷻ menjelaskan:
{ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ }
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 7)
Demikian. Wallahu A’lam
Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam
Farid Nu’man Hasan