Membaca Ta’awudz Sebelum Al Fatihah di dalam Shalat

◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum ustadz, izin bertanya tentang membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Fatihah dalam shalat apakah di rakaat pertama saja atau setiap rakaat? Jazaakallahu sebelumnya (DG)

✒️❕JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bismillahirrahmanirrahim..

Membaca ta’awudz sebelum membaca surat Al Fatihah di dalam shalat, diperselisihkan ulama tentang hukumnya.

1. Wajib

Ini adalah pendapat Atha’, Sufyan Ats Tsauri, Al Awza’i, dan Daud azh Zhahiri. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, 3/247-248) Ibnu Hazm sendiri ikut pendapat ini.

Yang mengatakan wajib juga dari Ishaq, salah satu riwayat dari Ahmad, dan Ibnu Baththah. (Al Inshaf, 2/199)

Dalil kelompok ini:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. [Surat An-Nahl: 98]

Ayat ini menunjukkan kata perintah, dan perintah pada dasarnya menunjukkan wajib selama tidak ada dalil yang membelokkan menjadi tidak wajib. Kewajiban ini berlaku di dalam shalat dan luar shalat.

2. Sunnah

Membaca ta’awudz bukanlah wajib tapi sunnah, yaitu di rakaat pertama saat membaca Al Fatihah, sebagai pengusir dari gangguan syetan.

Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Baik para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i, dan pendapat resmi (mu’tamad) dari Imam Ahmad. (Lihat Tabyin Al Haqaiq, 1/107, Al Majmu’, 3/280-282, Al Mughni, 1/283, Al Fatawa Al Kubra, 5/332)

Dalil kelompok ini, menurut mereka ayat di atas (An Nahl: 98) tidaklah menunjukkan perintah wajib, karena ada indikasi pada dalil yang lain yg menunjukkan tidak wajib. Di antaranya hadits berikut:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ

Jika engkau hendak shalat maka takbirlah, lalu bacalah yang mudah bagimu dari Al Quran… (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Hadits ini menunjukkan tidak ada isti’adzah di awal bacaan shalat.

Di sisi lain, kaum salaf telah ijma’ bahwa itu sunnah. Ijma’ ini menjadi dalil yang telak bahwa itu bukan wajib.

Dalam Al Mausu’ah tertulis:

واحتجّ الجمهور بأنّ الأمر للنّدب ، وصرفه عن الوجوب إجماع السّلف على سنّيّته

Mayoritas ulama berhujjah bahwa perintah tersebut bermakna nadb (sunnah) dan telah keluar dari makna wajib, yaitu adanya ijma’ kaum salaf atas kesunnahannya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 4/6)

Imam Asy Syafi’i menjelaskan:

وإن تركه ناسيا أو جاهلا أو عامدا لم يكن عليه إعادة ولا سجود سهو ، وأكره له تركه عامدا

Jika meninggalkan ta’awudz karena lupa atau jahil (tidak tahu) atau sengaja, maka dia tidak perlu mengulangi shalatnya dan tidak ada sujud sahwi, dan aku menganggap makruh orang yang meninggalkan secara sengaja

Beliau juga berkata:

عَلَّمَ رجلا ما يكفيه في الصلاة فقال : ( كَبِّر ثُمَّ اقْرَأ ) قال : ولم يُروَ عنه أنه أمره بتعوذ ولا افتتاح ، فدل على أن افتتاح رسول الله صلى الله عليه وسلم اختيارٌ ، وأن التعوذ مما لا يُفسِدُ الصلاةَ إن تركه

Rasulullah ﷺ mengajarkan seseorang bacaan yang mencukupi dalam shalat: “bertakbirlah lalu bacalah”, tidak ada riwayat Beliau memerintahkan membaca ta’awudz dan iftitah. Ini menunjukkan ta’awudz dan ifititah-nya Rasulullah ﷺ adalah OPSIONAL (pilihan) saja, sesungguhnya ta’awudz termasuk hal yang jika ditinggalkan tidaklah merusak shalat. (Al Umm, 1/208)

3. Makruh di shalat wajib, boleh di shalat sunnah

Ini adalah pendapat para ulama Malikiyah. Imam Ad Dardir Al Maliki mengatakan:

وكره تعوذ وبسملة قبل الفاتحة والسورة (بفرض) أصلي، وجازا بنفل ولو منذورًا، وتركهما أولى ما لم يراع الخلاف

Pada dasarnya, dimakruhkan membaca ta’awudz dan basmalah sebelum membaca Al Fatihah dan surah pada shalat wajib, dan dibolehkan pada shalat sunnah walau itu shalat sunnah yang disebabkan nazar, dan meninggalkan keduanya (ta’awudz dan basmalah) adalah lebih utama selagi tidak memperpanjang perselisihan. (Asy Syarh Ash Shaghir, 1/337)

Alasan kelompok ini adalah basmalah dan ta’awudz bukan bagian dari Al Fatihah, dan tidak ada riwayat yang menunjukkan adanya bacaan ta’awudz dalam shalat.

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top